p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Borobudur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Stabilitas Struktur Candi Mendut Fransiska Dian Ekarini; Joni Setiyawan; Winda Diah Puspita Rini; Pramudianto Dwi Hanggoro; Ahmad Mudzakkir
Borobudur Vol. 13 No. 2 (2019): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v13i2.227

Abstract

Kajian Stabilitas Struktur Candi Mendut ini sangat penting guna mengevaluasi kondisi stabilitas struktur bangunan Candi Mendut sehingga kelestariannya akan terjaga. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka kajian ini meliputi analisis data monitoring pengukuran kemiringan dinding candi dan kerenggangan nat batu candi, eksakavasi/penggalian arkeologi dalam rangka melihat struktur pondasi bangunan candi, melakukan pengukuran penggelembungan dinding candi, analisis daya dukung tanah halaman, dan penelusuran foto-foto lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, focus group discussion dan analisis data. Hasil kajian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis data monitoring pengukuran kemiringan dinding didapatkan hasil bahwa terjadi pergerakan kemiringan pada titik-titik pengamatan paling besar 4 detik. Sedangkan selama periode dua tahun ini terjadi penambahan kerenggangan nat batu candi berdasarkan data crackmeter yang dipasang pada nat batu. Berdasarkan ekskavasi ternyata struktur pondasi candi hanya terdiri dari satu lapis batu dan terdapat lapisan mortar sebagai penguat tanah pondasi. Perhitungan daya dukung tanah di halaman candi menunjukkan bahwa tanah di sekitar Candi Mendut masih baik untuk mendukung bangunan candi di atasnya. Besarnya penggembungan dinding candi sisi tenggara adalah maksimal 4 mm berdasarkan hasil pengukuran menggunakan 3D Laser Scanner. Sampai dengan saat ini belum ada pedoman tentang kemiringan dinding pada bangunan candi, sehingga perlu dibuat pedoman sehingga dapat menjadi perbandingan untuk pengukuran selanjutnya. Hasil penelusuran foto-foto lama Candi Mendut menunjukkan bahwa pemugaran pertama terdiri dari beberapa tahap, tidak ditemukan adanya foto pembongkaran total candi, dan ternyata di dalam struktur kaki candi terdapat struktur bata yang belum diketahui selama ini. Untuk menganalisis kondisi stabilitas struktur khususnya Candi Mendut, tentu saja kurang valid apabila hanya dilakukan dengan data selama tahun berjalan 2018, apalagi dengan keterbatasan data-data referensi tentang pemugaran sebelumnya. Data tahun 2018 ini akan menjadi baseline atau data dasar untuk kegiatan monitoring/pemantauan ke depan sehingga bisa didapatkan data periodik dan diketahui arah perkembangan stabilitas strukturnya.
Konservasi Benteng Bau-Bau: Konservasi Tiang Bendera pada Masjid Kuno dalam Benteng Keraton Buton di Kota Bau-Bau Ari Swastikawati; Marsis Sutopo; Dhanny Indra Permana; Pramudianto Dwi Hanggoro; Al Widyo Purwoko
Borobudur Vol. 14 No. 1 (2020): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v14i1.231

Abstract

Benteng Keraton Buton merupakan benteng terluas dan terpanjang di dunia yang terletak di Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Di tengah benteng terdapat sebuah Masjid Kuno Buton dan tiang bendera yang usianya seumur dengan masjid. Masjid tersebut dibangun pada masa pemerintahan Sultan Buton III La Sangaji Sultan Kaimuddin, yang berkuasa pada tahun 1591-1597. Saat ini kondisi tiang bendera mengalami kerusakan dan pelapukan. Oleh karena itu, Balai Konservasi Borobudur bekerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Makasar berinisiatif melaksanakan kegiatan kajian konservasi benteng Bau-Bau yang lebih difokuskan pada tiang bendera. Adapun tujuan kajian ini mengidentifikasi kerusakan dan pelapukan serta merumuskan penanganan konservasi tiang bendera. Metode penelitian dalam kajian ini adalah survei dan eksperimen. Metode survei dan eksperimen tersebut dilaksanakan melalui studi referensi, observasi lapangan dan analisis laboratorium dan eksperimen dilanjutkan pengolahan dan analisis data serta merumuskan rencana penanganan konservasi. Berdasarkan hasil survei dan analisis laboratorium diketahui seluruh material kayu telah mengalami pelapukan tingkat lanjut sehingga sebaiknya segera dilakukan tindakan konservasi terhadap material kayu tiang bendera. Jenis Kayu komponen tiang bendera Kesultanan Buton adalah kayu jati (Tectona grandis L.F). Struktur tiang bendera telah mengalami penurunan kekuatan sehingga perlu dilakukan tindakan rekonstruksi tiang bendera dan perkuatan struktur. Teknik dan metode perkuatan struktur ditentukan berdasarkan hasil penelitian dan kesepakatan para stakeholder. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu penelitian lanjutan untuk menentukan metode konsolidasi kayu, menentukan metode aplikasi terbaik, menentukan bahan injeksi pada retakan mikro, mengetahui volume rongga kayu dengan alat videoscope, menentukan teknik dan metode pengisian rongga kayu, modelling untuk menentukan besaran beban angin dan gempa yang dibutuhkan untuk meruntuhkan struktur tiang bendera dan menentukan metode perkuatan struktur yang paling tepat.
PENGARUH SARI TEBU DALAM PEMBUATAN MORTAR TRADISIONAL UNTUK PENANGANAN KEBOCORAN CANDI PAWON Ari Swastikawati; Leliek Agung Haldoko; Pramudianto Dwi Hanggoro; Arif Gunawan
Borobudur Vol. 16 No. 1 (2022): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v16i1.273

Abstract

Pawon Temple has the potential for weathering problems due to weather factors. Rainfall and temperature fluctuations trigger various damage and weathering. Rainwater that enters the stone grout on the roof of the temple can cause the surface of the walls and chambers of the Pawon Temple to become moist, and trigger the growth of microorganisms that will cause wear and tear on the walls of the temple. Therefore, conservation efforts are needed on the roof of the Pawon Temple to reduce the infiltration of rainwater into the body of the Pawon Temple. This study aims to determine the correct composition of traditional mortar to prevent leakage by covering the grout on the roof of Pawon Temple. The research method chosen is descriptive qualitative. The addition of sugarcane juice can reduce the saturated water content in the mortar. Mortar with the addition of sugarcane juice can reduce porosity. Mortar with a ratio of 2 sand: 1 brick powder: 1 lime and with the addition of sugarcane juice produces the best mortar with the highest compressive strength but with the lowest porosity.