Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

COMPARISON STUDY OF ANTIOXIDANT ACTIVITY FROM THREE BANANA LEAVES EXTRACTS Ratna Handayani; Kinkstie Fans; Titri Siratantri Mastuti; Dela Rosa
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 32 No. 1 (2021): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB Indonesia bekerjasama dengan PATPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6066/jtip.2021.32.1.92

Abstract

Banana (Musa spp.) is mainly grown in the tropical and subtropical countries. Previous study reported that Musa spp. leaves had a potential antioxidant activity, but it was still rarely studied further. In this research, leaves of Musa balbisiana, Musa acuminate, and Musa paradisiaca were extracted using maceration method for 24 hours with three kinds of solvent having different polarities: ethanol (polar), ethyl acetate (semi polar), and hexane (nonpolar). The goal of this research was to compare and determine the stability of the antioxidant activity extracted from different Musa sp. leaves. The highest antioxidant activity is found from Musa balbisiana leaves extract with IC50 value 340.07±22.54 ppm (hexane fraction). Correlation analysis between antioxidant activity, total phenolic content, and total flavonoid of the extracts cannot conclude that the active antioxidant substances in these three banana species leaves were from phenolic or flavonoid groups. This crude extract from Musa balbisiana was then subjected to various pH levels (3.0, 5.0, 7.0, and 9.0) and temperatures (50, 70, and 90°C) to determine the stability of its antioxidant activity. It is found that the best stability condition is at pH 3.0 and temperature of 50°C with an increase of 63.1% in IC50, a decrease of 15.72% in total phenolics, and a decrease of 3.67% in total flavonoids as compared to before treatment.
PENGARUH PENGKOMPOSISIAN DAN PENYIMPANAN DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK SURIMI IKAN PARI (Trygon sp.) DAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.) Joko Santoso; Fie Ling; Ratna Handayani
Jurnal Akuatika Vol 2, No 2 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.311 KB)

Abstract

High fat content in dark fleshed fish can affect on gel forming ability and high content of urea inelasmobranchii can arise ammonia odors in surimi product.Since surimi is an intermediate product, therefore storage of surimi in chill or frozen condition is usually performed. This experiment was carried out to study the effects of leaching, compositioning and chill storaging of stingray, mackerel and both combination surimi on the changes of physicochemical and microbiological properties. Three times leaching of minced-stingray could reduce the urea contents up to 95% and increased salt soluble protein (SSP) content 7.28%. Two times leaching of minced-mackerel could increase SSP content 8.24%. Surimi compositioning of stingray and mackerel in proportion 75%:25% gave the highest gel strength value 267.01 g cm. During 9 days chill storaging of surimi, the values of TVBN, and numbers of total microbes increased significantly. In opposite, the values of gel strength, WHC, whiteness, and SSP of surimi decreased continuously with the increasing time of chill storaging. Those indicated that physico-chemical and microbiologycal characteristics changes of surimi still occurred during 9 days of chill storaging.
SENYAWA KIMIA PENYUSUN EKSTRAK ETHYL ASETAT DARI DAUN PISANG BATU DAN AMBON HASIL DISTILASI AIR Titri Siratantri Mastuti; Ratna Handayani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2014): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 5 2014
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun pisang merupakan salah satu bahan pemberi flavor pada makanan. Flavor pada daun pisang diberikan saat daun pisang tersebut digunakan sebagai pembungkus produk pangan olahan saat memasak. Penelitian bertujuan  untuk mengetahui perbedaan komposisi senyawa kimia penghasil aroma dalam ekstrak dua jenis daun pisang (Musa spp.) yang dihasilkan dengan metode distilasi air yang kemudian diekstrak cair-cair dengan pelarut ethyl asetat. Jenis daun pisang yang digunakan adalah dari pisang batu (Musa balbisiana) dan pisang ambon (Musa acuminata). Ekstrak ethyl asetat daun pisang yang dihasilkan diidentifikasi senyawa penyusunnya dengan kromatografi GC-MS dan dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi senyawa kimia dari kedua jenis daun pisang hasil distilasi air yang   diekstrak   dengan  pelarut  ethyl  asetat   menunjukkan  adanya  senyawa yang sama    yaitu 2-Methoxy-4-vinylphenol, Phytol,   Vanillin, E-15-Heptadecenal dan   1,2-Benzenedicarboxylic acid, bis (2-ethylhexyl) ester. Kelima senyawa tersebut diduga berkontribusi terhadap aroma atau flavor pada kedua jenis daun pisang. Selain kelima senyawa tersebut, pada daun pisang ambon terdapat senyawa Phenol, 2,4-bis(1,1-dimethylethyl) dan Alloaromadendren yang diduga berkontribusi juga pada flavor yang dihasilkan. Kata kunci : daun pisang, distilasi, flavor, ethyl asetat
PELATIHAN PEMBUATAN BISKUIT DAN COOKIES BERBASIS PAKCOY DI KELOMPOK WANITA TANI DUMAY, TANGERANG SELATAN Yuniwaty Halim; Lucia Crysanthy Soedirga; Ratna Handayani; Tagor Marsillam Siregar
Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2021): Jurnal PkM : Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jurnalpkm.v4i2.6363

Abstract

Kelompok Wanita Tani (KWT) Dumay merupakan salah satu UMKM di Tangerang Selatan yang salah satu kegiatannya adalah membudidayakan tanaman hidroponik. Beberapa tanaman telah aktif dibudidayakan dengan pakcoy sebagai komoditas utamanya, tetapi kelompok ini belum mendapatkan pengetahuan mengenai cara mengolah pakcoy menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Pakcoy merupakan sayuran yang banyak dibudidayakan secara hidroponik karena permintaan pasar yang tinggi serta kandungan nutrisinya yang tinggi, walaupun umur simpannya cukup singkat dalam kondisi segar. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan mengenai teknologi pengolahan yang dapat diaplikasikan oleh KWT Dumay, yaitu pemanfaatan pakcoy untuk diolah menjadi biskuit dan cookies. Metode yang digunakan adalah metode PALS (Participatory Active Learning System), yang terdiri dari presentasi dan praktik pelatihan. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa para anggota KWT Dumay dapat membuat produk biskuit dan cookies berbasis pakcoy untuk meningkatkan umur simpan dan nilai ekonomi pakcoy.
PEMBUATAN TELUR PINDANG DENGAN PENAMBAHAN DAUN JATI (Tectona grandis L. f.) DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) Ratna Handayani
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 2, No 2 (2018): NOVEMBER
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemindangan telur dapat menjadi upaya untuk meningkatkan daya simpan telur rebus dan keragaman makanan di Indonesia. Telur pindang merupakan produk pangan olahan tradisional  dengan kombinasi penggaraman dan perebusan dengan menggunakan bahan penyamakan protein. Telur pindang dibuat dengan lima rasio penambahan daun jati dan daun jambu biji (100: 0, 75:25, 50:50, 25:75, dan 0: 100). Sampel kemudian dianalisis fisikokimia yang meliputi kandungan tanin, warna, kadar protein, dan kadar lemak, jumlah lempeng total selama penyimpanan, dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rasio daun jati dan daun jambu biji mempengaruhi total mikroorganisme dalam telur selama 24 jam penyimpanan, dan tingkat kecerahan telur pindang. Formulasi terbaik berdasarkan jumlah total lempeng dan uji organoleptik adalah telur pindang yang telah direbus dengan 2% daun yang terdiri dari 50: 50 daun jati: rasio daun jambu biji dan direndam pada air rebusan selama 12 jam. 
PRODUKSI N-ASETILGLUKOSAMIN DARI KULIT UDANG MENGGUNAKAN KITINASE EKSTRASELULER DARI Providencia stuartii Yuniwaty Halim; Cynthia Cynthia; Hardoko Hardoko; Ratna Handayani
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 4, No 1 (2020): MAY
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cangkang udang tersusun dari kitin. Salah satu turunan kitin, yaitu glukosamin, biasanya terdapat dalam bentuk N-asetilglukosamin dan dapat diproduksi melalui fermentasi enzimatis terhadap kitin dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik. Salah satu bakteri kitinolitik adalah Providencia stuartii. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kondisi fermentasi optimum, yaitu pH, suhu, konsentrasi substrat, dan lama inkubasi, untuk memproduksi N-asetilglukosamin menggunakan kitinase ekstraseluler dari Providencia stuartii. pH yang digunakan dalam fermentasi adalah 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, sedangkan suhu yang digunakan adalah 30, 40, 50, 60, 70 and 80oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitinase ekstraseluler kasar memiliki aktivitas optimum pada pH 5 dan suhu 40oC, yaitu berturut-turut sebesar 3,23 ± 0,06 U/ml dan 3,42 ± 0,06 U/ml. Kitinase ekstraseluler semi murni memiliki aktivitas optimum pada pH 7 dan suhu 40oC, yaitu berturut-turut sebesar 4,74 ± 0,06 U/ml and 4,44 ± 0,06 U/ml. Selanjutnya, konsentrasi kitin sebagai substrat yang digunakan adalah sebesar 0,5; 1; 1,5; dan 2% dengan lama inkubasi 2, 4, 6, dan 24 jam. Konsentrasi N-asetilglukosamin tertinggi diperoleh setelah lama inkubasi 6 jam dengan konsentrasi substrat sebesar 1%, yaitu sebesar 933,89 ± 12,55 ppm menggunakan kitinase ekstraseluler kasar dan 1050,56 ± 12,54 ppm menggunakan kitinase ekstraseluler semi murni.
EDIBLE COATING BERBASIS TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN BEESWAX DAN EKSTRAK TEH HIJAU PADA BUAH APEL MALANG POTONG [Cassava-Starch Edible Coating with the Addition of Beewax and Green Tea Extract Towards Fresh Cut Malang Apple] Ratna Handayani; Aldwin Aldwin
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 4, No 2 (2020): NOVEMBER
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fresh-cut fruits are a type of food product which has seen an increase in recent years, because of its practicality. However, some disadvantages such as short shelf-life and rapid deterioration of quality persists. One such solution to increase shelf-life and inhibit deterioration of fresh-cut fruits are usage of edible coating, which is a type of packaging meant to be eaten with the food itself. Usage of additional components can be utilised to better the properties of edible coating. This research was aimed to create an edible coating from tapioca starch with addition of beeswax and green tea extract to increase its value and application towards fresh-cut malang apple. A variation of several concentrations of green tea extract (0.25%, 0.5%, 0.75%, 1%) and beeswax (0.25%, 0.5%, 0.75%) were used to create an edible coating and observe its effect on fresh-cut malang apple. Addition of green tea extract and beeswax in edible coating are meant to improve Water Vapor Transmission Rate (WVTR), tensile strength, elongation, and thickness properties. Edible coating with addition of 0.75% green tea extract and 0.5% beeswax was chosen to be applicated to fresh-cut malang apple. The use of such edible coating was found to inhibit deterioration of quality in fresh-cut malang apple in cold and room temperature storage.AbstrakBuah potong merupakan salah satu produk pangan yang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, karena kepraktisannya. Beberapa kelemahan dari buah potong yaitu umur simpan yang singkat dan penurunan kualitas yang cepat. Salah satu cara untuk meningkatkan umur simpan dari buah potong dengan penerapan edible coating, yaitu proses pengemasan terhadap produk pangan yang aman dikonsumsi bersama produk. Penggunaan komponen tambahan dapat meningkatkan kualitas dan memperbaiki kualitas edible coating. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat edible coating berbasis tapioka dengan penambahan beeswax dan ekstrak teh hijau untuk meningkatkan nilai guna dari edible coating dan pelapisan terhadap apel malang potong. Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi penambahan ekstrak teh hijau menggunakan air  (0,25%, 0,5%, 0,75%, 1%) dan beeswax (0,25%, 0,5%, 0,75%), serta pelapisan pada buah apel malang potong untuk melihat pengaruh dan juga perubahan mutu yang terjadi. Penambahan ekstrak teh hijau dan beeswax berfungsi untuk memperbaiki kualitas dari sifat edible coating dari segi aktivitas antioksidan, total kandungan fenolik, laju transmisi uap air, kuat tarik, elongasi, serta ketebalan. Edible coating dengan formulasi penambahan ekstrak teh hijau 0,75% dan beeswax 0,5% dipilih sebagai formulasi terbaik digunakan dalam pelapisan pada buah apel malang potong. Pelapisan edible coating pada buah apel malang potong dapat menghambat penurunan kualitas sebesar 40% yang terjadi selama masa penyimpanan dalam suhu ruang (27°C) maupun suhu dingin (5°C).
PEMBUATAN TELUR PINDANG DENGAN PENAMBAHAN DAUN JATI (Tectona grandis L. f.) DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) [PRODUCTION OF TELUR PINDANG WITH ADDITION OF TEAK (Tectona grandis L. f.) LEAVES AND GUAVA (Psidium guajava L.) LEAVES] Ratna Handayani; Marshall Nathan
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 2, No 2 (2018): NOVEMBER
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemindangan of egg can be an attempt to increase the shelf life of boiled egg and diversity of food in Indonesia. Telur pindang are traditional processed food products with a combination of salting and boiling using protein tanning ingredients. Telur pindang was made with five levels of teak leaves and guava leaves (100:0, 75:25, 50:50, 25:75, and 0:100). Samplesare then analyzed for its physicochemical (tannin content, color, protein content, and fat content), total plate count during storage, and sensory analyses. The results show that the different of teak leaves and guava leaves ratio affected total microorganism in egg during 24 hours storage, and o lightness of telur pindang. The best formula based on total plate count and sensory analysis was telur pindang that had been boiled with 2% leaves which consisted of 50:50 teak leaves:guava leaves ratio and soaked for 12 hours. ABSTRAKPemindangan telur dapat menjadi upaya untuk meningkatkan daya simpan telur rebus dan keragaman makanan di Indonesia. Telur pindang merupakan produk pangan olahan tradisional dengan kombinasi penggaraman dan perebusan dengan menggunakan bahan penyamakan protein. Telur pindang dibuat dengan lima rasio penambahan daun jati dan daun jambu biji (100:0, 75:25, 50:50, 25:75, dan 0: 100). Sampel kemudian dianalisis fisikokimia yang meliputi kandungan tanin, warna, kadar protein, dan kadar lemak, jumlah lempeng total selama penyimpanan, dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rasio daun jati dan daun jambu biji mempengaruhi total mikroorganisme dalam telur selama 24 jam penyimpanan, dan tingkat kecerahan telur pindang. Formulasi terbaik berdasarkan jumlah total lempeng dan uji organoleptik adalah telur pindang yang telah direbus dengan 2% daun yang terdiri dari 50: 50 daun jati: rasio daun jambu biji dan direndam pada air rebusan selama 12 jam.Kata kunci : daun jambu, daun jati,  tanin, telur pindang
VARIASI pH, SUHU DAN WAKTU PADA EKSTRAKSI PEKTIN KULIT BUAH NAGA MERAH Ratna Handayani
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 5, No 1 (2021): MAY
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kulit buah naga merah diketahui mengandung pektin yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Pektin merupakan senyawa polisakarida yang banyak ditemukan pada dinding sel primer tumbuhan. Ekstraksi pektin dapat dipengaruhi oleh pH, suhu, dan waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pH, suhu, dan waktu terbaik dalam proses ekstraksi pektin kulit buah naga merah. Penelitian tahap I bertujuan untuk menentukan pH terbaik (2, 3, 4, dan 5). Penelitian tahap II bertujuan untuk menentukan suhu (70, 80, dan 90oC) dan waktu (40, 60, dan 80 menit) terbaik. Analisis yang dilakukan terhadap pektin kulit buah naga meliputi rendemen, berat ekivalen, kadar metoksil, kadar asam galakturonat, derajat esterifikasi, viskositas, dan lightness. Pemilihan metode terbaik berdasarkan uji viskositas, kadar metoksil dan derajat esterifikasi. Metode ekstraksi terpilih adalah ekstraksi dengan pH 5, suhu 70oC, dan waktu 80 menit. Karakteristik yang dihasilkan yaitu rendemen sebesar 11,14%, berat ekivalen sebesar 896,18 mg, kadar metoksil sebesar 3,73%, kadar galakturonat sebesar 40,86%, derajat esterifikasi sebesar 51,89%, viskositas sebesar 649,83 cP, dan nilai Lightness sebesar 35,63. Pektin yang dihasilkan merupakan pektin bermetoksil rendah.
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KOMBUCHA DAUN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) DENGAN PENAMBAHAN MADU [PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS OF KOMBUCHA FROM GOTU KOLA LEAVES (Centella asiatica (L.) Urban) WITH HONEY ADDITION] Ratna Handayani; Stefany Indah Pricilia Tjoa; Dela Rosa
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 5, No 2 (2021): NOVEMBER
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gotu kola (Centella asiatia (L.) Urban) is a type of plant that grows in Indonesia and is generally used as a brewed drink and traditional medicine. Kombucha is a fermented beverage of tea and sugar as a fermentation substrate using a kombucha starter culture called Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast. This research to determine the effect of honey addition and fermentation time for antioxidant activity of kombucha. Gotu kola with concentrations of 1%, 2% and 3% leafs with 12 days of fermentation. Kombucha with the best antioxidant activity added with honey and variations in fermentation time. Kombucha analyzed in the form of antioxidant activity, total phenolic, color, pH, total titrated acid, total dissolved solids, SCOBY thickness, total bacteria, total yeast, and hedonic. Gotu kola kombucha was added with 10%, 15%, and 20% honey with 4 days, 8 days, 12 days, and 16 days of fermentation. Gotu kola kombucha with the addition of 20% honey and 12 days of fermentation had the lowest IC50 amount of 4061,64±355,41 ppm, total phenolic amount of 995,8176±0,67 mg GAE/L, lightness amount of 42,34±0,07, oHue amount of 89,76±0,02, pH amount of 2,77±0,00, SCOBY thickness amount of 0,70±0,07 cm, total bacteria amount of 4,73±8,54 CFU/mL, total yeast amount of 6,72±7,33 CFU/mL, and overall acceptance 6,27±0,96. Gotu kola kombucha with the addition of 20% honey and 12 days of fermentation had the highest antioxidant activity indicated by the lowest IC value..Keywords: fermentation; gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban); honey; IC50; kombuchaABSTRAKPegagan (Centella asiatia (L.) Urban) adalah salah satu jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia dan pada umumnya dimanfaatkan sebagai minuman yang diseduh dan obat-obatan tradisional. Kombucha merupakan minuman yang diperoleh dari hasil fermentasi teh dan gula sebagai substrat fermentasi dengan menggunakan starter kultur kombucha yang disebut Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan madu dan lama fermentasi terhadap aktivitas antioksidan kombucha. Kombucha akan dilakukan analisis berupa aktivitas antioksidan, total fenolik, warna, pH, ketebalan pelikel, total bakteri, total khamir, dan penerimaan secara keseluruhan. Kombucha daun pegagan ditambahkan madu 10%, 15%, dan 20% dengan lama fermentasi selama 4 hari, 8 hari, 12 hari, dan 16 hari. Kombucha pegagan dengan penambahan madu 20% dan lama fermentasi 12 hari memiliki nilai IC50 terendah yaitu sebesar 4061,64±355,41 ppm, total fenolik 995,8176±0,67 mg GAE/L, lightness 42,34±0,07, oHue 89,76±0,02, pH 2,765±0,00, ketebalan pelikel 0,70±0,07 cm, total bakteri 4,73±8,54 CFU/mL, total khamir 6,72±7,33 CFU/mL, dan dan penerimaan keseluruhan 6,27±0,96. Kombucha pegagan dengan perlakuan penambahan madu 20% dan lama fermentasi 12 hari memiliki aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan dengan nilai IC50 yang terendah.          Kata kunci: IC50; kombucha; lama fermentasi; madu; pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)