Pradnya Paramytha
Program Studi Desain Interior, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IKONOGRAFI ORNAMEN PADA INTERIOR KLENTENG CU AN KIONG DI LASEM pradnya paramytha
Saraswati Jurnal Mahasiswa Desain Interior
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/srs.v0i0.406

Abstract

Klenteng Cu An Kiong merupakan klenteng tertua dan terindah di Lasem. Ornamen klenteng Cu An Kiong berumur ratusan tahun dan keadaannya masih terawat dengan baik hingga kini. Pasang surut yang terjadi di Lasem tidak membuat klenteng Cu An Kiong kehilangan daya tariknya. Keberagaman dan keaslian ornamennya menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ornamen yang terdapat pada interior klenteng Cu An Kiong dan apa saja makna yang terkandung di dalam ornamen tersebut berdasarkan pendekatan ikonografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ornamen pada Klenteng Cu An Kiong lebih cenderung pada kepercayaan Tao. Hal ini dapat diketahui dari beberapa hal yaitu nama klenteng Cu An Kiong atau Ci An Gong. Gong merupakan salah satu ciri nama dari tempat ibadah Tao. Kemudian, bila dilihat dari orientasinya, klenteng Cu An Kiong yang menghadap ke sungai juga merupakan salah satu ciri dari orientasi tempat ibadah Tao. Dewi utama yang berada di Klenteng Cu An Kiong adalah Mak Co yang merupakan Dewi Pelindung Laut dari kepercayaan Tao. Pada ornamennya seperti dewi Xiwangmu yang merupakan salah satu dewi terpenting dalam kepercayaan Tao. Dewi Xiwangmu di klenteng ini tidak disakralkan lagi tetapi justru diletakkan di bagian bawah panil dinding teras yang tidak terlihat dengan mudah. Ornamen lain yang menunjukkan klenteng ini cenderung pada kepercayaan Tao antara lain Yin Yang, Delapan Trigram, Botol Labu, Seruling, serta Han Zhong Li dan Cao Guo Jiu yang merupakan perwakilan dari delapan dewa dari kepercayaan Taois. Ornamen pada klenteng Cu An Kiong juga mendapat sedikit pengaruh dari era Kolonial, hal ini dapat dilihat dari berbagai ornamen seperti, motif zig zag, motif lantai, dan patung singa di depan gerbang klenteng. Kata Kunci : makna, ornamen, klenteng
Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama RT dan RW Desa Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal Yeni Selfia; Pradnya Paramytha; Hajizah Azmi Siregar; Rahmi Darnis; Shinta Mutiara Rezeky
Jurnal Abmas Negeri (JAGRI) Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4 Nomor 2 Desember 2023
Publisher : Sarana Ilmu Indonesia (salnesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36590/jagri.v4i2.717

Abstract

Dusun Pangempon merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Dusun Pangempon terpilih dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat karena belum terdapat adanya papan identitas nama RT dan RW di wilayah tersebut. Hal ini menyebabkan kurangnya informasi masyarakat setempat ataupun masyarakat sekitar untuk mencari lokasi rumah Ketua RT dan Ketua RW. Kegiatan pelaksanaan pembuatan dan pemasangan papan nama RT dan RW di Dusun Pangempon terdiri dari 12 RT dan RW. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah survey, perancangan dan pembuatan papan nama dan terakhir adalah pemasangan. Material pembuatan papan petunjuk nama RT dan RW yaitu papan berukuran 30 x 40 cm, desain tulisan untuk keterangan nama RT dan RW, cat warna putih, cat pilok warna hitam, alat potong, dan alat-alat lainya. Proses pembuatan papan petunjuk nama RT dan RW dimulai dari proses pemotongan papan, penghalusan dasar papan, pengecatan papan, pembuatan kerangka tulisan, pencetakan nama sampai pada penyerahan dan pemasangan. Hasil dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan fasilitas desa dengan harapan dapat memberikan informasi guna mempermudah masyarakat Dusun Pangempon dan sekitarnya dalam mencari letak rumah Ketua RT dan Ketua RW.
Identifikasi Potensi Ekonomi Kreatif pada Ruang Publik di Kota Yogyakarta Paramytha, Pradnya; Kristina, Betris Ayu
Jurnal Linears Vol 7, No 1 (2024): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v7i1.14249

Abstract

Ruang publik yang berada di dalam Kampung Kota Yogyakarta dapat dijadikan sebagai wadahekspresi dari kreativitas masyarakat. Kampung tersebut berada di lahan terbatas seperti di kawasan padatpemukiman dan kawasan sempadan sungai namun keterbatasan tersebut tidak mengurungkan kreativitasmasyarakatnya untuk mendukung ekonomi kreatif di Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalahmengidentifikasi potensi ekonomi kreatif di ruang publik kampung Kota Yogyakarta. Metode penelitian yangdigunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan eksploratif, kemudian potensi akan diidentifikasi melalui16 sektor ekonomi kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi ekonomi kreatif sangat berkaitan erat bagipengembangan ruang publik secara maksimal, khususnya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Potensi ekonomi kreatifyang dimiliki oleh setiap Kampung di Kota Yogyakarta dapat dikemas lebih menarik lagi agar dapat diakseslebih luas. Pemberdayaan masyarakat kampung serta sinergi kolaborasi antar pihak sangat diperlukan agarpotensi yang dimiliki menjadi lebih optimal untuk peningkatan ekonomi kreatif. Keberadaan RTH baik yangberada di kawasan sempadan sungai ataupun di tengah pemukiman padat dapat digunakan masyarakat sebagaiwadah kreativitas. Lorong atau gang juga dapat disertakan menjadi bagian ruang publik kreatif sekaligus sebagaipendukung peningkatan ekonomi warga sekitar. Potensi yang dimiliki Gunungketur dan Sayidan dengan kondisilahan terbatas dapat menjadi acuan atau inspirasi bagi kampung lain di Kota Yogyakarta.
AKULTURASI BUDAYA ISLAM PADA MOTIF BATIK “PELO ATI” DESA KALIPUCANG WETAN KABUPATEN BATANG Rahmawati, Anik; Paramytha, Pradnya; Triyono, Agus
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia Vol. 10 No. 04 (2024): Desember 2024
Publisher : Dian Nuswantoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/andharupa.v10i04.9161

Abstract

Batik Rifa’iyah tumbuh dari Komunitas perajin di Desa Kalipucang Wetan, Kabupaten Batang yang menerapkan nilai-nilai ajaran Islam pada motifnya. Batik Rifa’iyah memiliki keunikan dari segi proses pembuatan, visualisasi bentuk serta wujud akulturasi budaya pada motifnya. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji teknik pembuatan, visualisasi motif batik, dan wujud akulturasi budaya pada motif batik Pelo Ati. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pembeda pada proses pembuatan batik Rifa’iyah yaitu perajin membaca syair kidung berbahasa Jawa yang berisi ajaran Islam ketika menorehkan malam ke selembar kain batik. Kedua, motif Pelo Ati pada dua sisi kain batik (Pagi- Sore) divisualisasikan dari hewan (unggas) dengan bagian tubuh yang terpisah.  Ketiga, wujud akulturasi budaya pada motif batik Rifa’iyah, diantaranya: (1) Motif batik Rifa’iyah mengikuti ajaran Islam bahwa tidak diperbolehkan menggambar makhluk hidup secara utuh. (2) Terdapat percampuran budaya lain pada motif yang mendapat pengaruh dari Eropa, Mataram dan China. Pengaruh dari Eropa tervisualisasikan pada motif renda-renda sebagai ornamen hiasan. Kemudian motif mataram terwujud pada motif Hujan Liris di pinggiran kain. Sedangkan pengaruh dari budaya Cina terwujud pada warna yang digunakan yaitu warna merah.
Adaptive Reuse of Kotagede Museum Building As A Strategy For Preserving Kalang Houses in Yogyakarta Pradnya Paramytha; Putra, Annanta Bayu
Arsir: Jurnal Arsitektur Vol 9 No 2 (2025): Arsir
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v9i2.548

Abstract

Adaptive reuse is a building transformation through a new function without eliminating its original form and historical value, and is a strategy for sustainable preservation of cultural heritage buildings. One example of sustainable heritage preservation in the Special Region of Yogyakarta is the Kotagede Museum, located in a heritage area and housed in the historic Kalang House. This study examines the implementation of adaptive reuse in Rumah Kalang, a heritage house located in the cultural heritage area of Kotagede, which now functions as the Kotagede Museum. A descriptive qualitative method with a case study approach was employed. The findings reveal that the transformation from a private residence to a museum has preserved the building's physical character, despite the addition of new structures at the rear and functional changes in some spaces. The implications of this study indicate that adaptive reuse not only maintains the continuity of historical values and revitalizes spatial function but also reinforces the identity of the Kotagede heritage area.