Melta Rini Fahmi
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Serotonin application in pregnant mare serum gonadotropin hormone and dopamin antagonist formulation to induce gonadal development of Indonesian tigerfish (Datnioides microlepis Bleeker, 1854) Bastiar Bastiar; Agus Oman Sudrajat; Melta Rini Fahmi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.302

Abstract

The objective of study was to analyze the effect of serotonin (5-HT) in the formulation of hormones Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) and dopamin antagonist (AD) hormones to gonad development of tigerfish. This study used completely randomized design (CRD) with five treatments of hormone namely: (P1) 1 ml of 0.9% NaCl (control); (P2) 20 IU PMSG+10 mg AD; (P3) 20 IU PMSG AD+10 mg+0.2 mg 5-HT; (P4) 20 IU PMSG+10 mg AD+2 mg 5-HT; and (P5) 20 IU PMSG+10 mg AD+4 mg 5-HT. Each treatment was tested on five fish as individual replications. Hormone injected intramuscularly at the lower part of the dorsal fin of fish every 10 days. The fish were reared for 60 days. Fish that were used at this study were originate from natural catches as much as 25 fishes with 17.5-33.0 cm of total length and 118-926 g of body weight. During the study, fish fed using shrimp and small fish (live) twice daily at satiation. Measured parameters were gonadosomatic index (GSI), hepatosomatic index (HSI), 17P-estradiol (E2) plasma concentration and gonad maturity level based on morphology and histology examination. The results showed that the use of 2 mg of 5-HT are added to 20 IU PMSG and 10 mg AD (treatment P4) has stimulated the fish to had the highest GSI (2.38 ± 0.06%) and HSI (3,09±0,12%) which was significantly different to other treatment. The treatment (P4) could increase the E2 plasma concentration (37.14±2.99 pg.ml-1) two fold compared with the concentration before injection and stimulated the gonadal development to stage III. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan serotonin (5- hydroxytryptamine atau 5-HT) dalam formulasi hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) dan antidopamin (AD) terhadap perkembangan gonad ikan ringau. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan (dosis.kg-1 bobot tubuh ikan): (P1) 1 ml NaCl 0,9% (kontrol); (P2) 20 IU PMSG+10 mg AD; (P3) 20 IU PMSG+10 mg AD+0,2 mg 5-HT; (P4) 20 IU PMSG+10 mg AD+2 mg 5-HT; dan (P5) 20 IU PMSG+10 mg AD+4 mg 5-HT. Setiap perlakuan diujikan pada lima ekor ikan sebagai ulangan individu. Penyuntikan hormon dilakukan setiap 10 hari dengan lama penelitian 60 hari. Hormon disuntikkan secara intramuskular pada bagian bawah sirip punggung ikan uji. Ikan yang digunakan merupakan hasil tangkapan alam dengan ukuran panjang total 17,5-33,0 cm dan bobot tubuh 118-926 g. Selama penelitian, ikan uji diberi pakan berupa udang dan ikan-ikan kecil (hidup) dua kali sehari secara satiasi. Parameter yang diamati adalah indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik, konsentrasi estradiol-17p plasma dan tingkat kematangan gonad berdasarkan morfologi dan histologi gonad. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan 2 mg 5-HT dalam 20 IU PMSG dan 10 mg AD (perlakuan P4) menghasilkan perkembangan gonad yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Nilai indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik, dan konsentrasi E2 plasma tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 dengan nilai masing-masing sebesar 2,38±0,06%; 3,09±0,12% dan 37,14±2,99 pg.ml-1. Nilai tersebut berbeda nyata p<0.05) dengan perlakuan lainnya. Perlakuan P4 meningkatkan konsentrasi E2 plasma dua kali lebih besar dibanding-kan sebelum penyuntikan serta menghasilkan perkembangan gonad yang mencapai tingkat kematangan gonad tahap III.
KONSERVASI GENETIK IKAN SIDAT TROPIS (Anguilla spp) DI PERAIRAN INDONESIA Melta Rini Fahmi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.004 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.1.2015.45-54

Abstract

Konservasi genetik merupakan upaya pengelolaan dan konservasi spesies dengan menggunakan pendekatan molekuler dalam memahami berbagai aspek biologi spesies. Penelitian ini menyajikan model pengelolaan dan konservasi ikan sidat berdasarkan data genetika populasi dengan pendekatan melokuler. Ikan sidat yang digunakan berasal dari perairan Indonesia meliputi Aceh, Mentawai, Padang, Bengkulu, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Bali, Lombok, Kalimantan Timur, Danau Poso, Manado, Perairan Ambon dan Tanjung Boy Papua. Penelitian terbagi tiga tahap; pertama adalah identifikasi dengan menggunakan metoda semi-multiplek PCR; kedua adalah membuat peta distribusi dan ketiga adalah analisis keragaman genetik dan struktur populasi menggunakan marka cytochrome b dan mikrosatelit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa perairan Indonesia didiami oleh tujuh spesies dan subspecies yaitu Anguilla marmorata, A. bicolor bicolor, A. b. pacifica, A. celebesensis, A. bornensis, A. interioris dan A. nebulosa nebulosa. Jenis A. marmorata dan A. bicolor merupakan spesies yang memiliki sebaran yang lebih luas dan keragaman genetik yang tinggi, sedangkan A. celebesensis, A. bornensis, A. interioris merupakan spesies dengan sebaran sempit dan spesies endemik Indonesia. Nilai keragaman genetik ikan sidat di perairan Indonesia cukup tinggi yaitu 0,98 dan 4,75% masingmasing untuk keragaman haplotipe dan keragaman nukleotid. Jenis A. borneensis merupakan spesies basal genus Anguilla yang mendiami perairan Indonesia. Pengelolaan dan konservasi ikan sidat wilayah perairan Indonesia dapat dilakukan berdasarkan distribusi dan tingkat keragaman genetik. Spesies-spesies yang memiliki nilai keragaman genetik yang tinggi dan penyebaran yang luas dapat dimanfaatkan atau dikelola sedangkan untuk spesies endemik perairan Indonesia dilakukan perlindungan atau konservasi.Conservation genetic is a management and conservation of the species by using a molecular approach to understand the biological aspects of these species. This study presented a model of management and conservation of eel based on population genetic data with melokuler approach. Sample was collected from Indonesian waters, that covering Aceh, Mentawai, Padang, Bengkulu, Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Cilacap, Bali, Lombok, East Kalimantan, Poso, Manado, Ambon and Papua. The study was divided into three stages; first, the identification of eel by using semimultiplex PCR; second, to establish the geographic distribution of eels and third, the analysis of genetic diversity and population structure of eel by using cytochrome b and microsatellite markers. The results showed that Indonesian waters is inhabited by seven species and subspecies of Anguilla marmorata, A. bicolor bicolor, A. b. pacifica, A. celebesensis, A. bornensis, A. A. nebulosa nebulosa and A. interioris. A. marmorata and A. bicolor are two species have has a wide distribution, whereas A. celebesensis, A. bornensis and A. interioris are species with a narrow distribution. The genetic diversity of eel in Indonesian waters was quite high that are 0.98 and 4.75%, respectively for haplotype and nukleotid diversity. A. borneensis indicated as basal species of the genus Anguilla that inhabit the waters of Indonesia. Management and conservation of Indonesian eels could be done based on the distribution and genetic variety. The species that have a high genetic diversity and widely distribution could be utilized under control while the endemic species and narrow distribution should be protected or conservation.