Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK Makawekes, Melkior T.; Kalangi, Sonny J. R.; Pasiak, Taufiq F.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.11250

Abstract

Abstract: Smoking habits have a bad effect for health, especially for respiratory organs. Various lung diseases arising from smoking include lung cancer and chronic obstructive pulmonary disease. In Indonesia, the prevalence of smokers is increasing not only men but also women. This study was performed to compare the levels of hemoglobin blood of smokers and nonsmokers in male students semester seventh of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi. This study was an observational study. The population in this study is male students semester seventh of Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi period January 2012. The total sample is 60 students, consisting of 30 smokers students and 30 nonsmokers students. Based on research data, average values of blood hemoglobin that is 16.263 (mg / dl), with a standard deviation of 0.9320 (mg / dl), whereas in the study sample 30 male nonsmokers had an average value of blood hemoglobin that is 15.723 (mg / dl), with a standard deviation of 0.8207 (mg / dl). Results of this study concluded that statistically there is comparison blood hemoglobin levels in student semester seventh period 2012 Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi both smokers and non smokers.Keywords: hemoglobin, male smokers and nonsmokers.Abstrak: Kebiasaan merokok mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan terutama pada organ pernafasan. Berbagai penyakit paru timbul akibat rokok antara lain kanker paru dan penyakit paru obstruktif kronik. Di Indonesia prevalensi perokok makin meningkat tidak saja laki-laki namun juga pada perempuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kadar hemoglobin darah perokok dan bukan perokok pada mahasiswa pria Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi semester tujuh. Adapun penelitian ini adalah penelitian observasional. Populasi dalam penelitian ini seluruh mahasiswa pria semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado periode Januari 2012. Jumlah sampel 60 mahasiswa, yang terdiri dari 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok. Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata hemoglobin darah yaitu 16,263 (mg/dl), dengan standar deviasi 0,9320 (mg/dl), sedangkan pada sampel penelitian 30 pria bukan perokok memiliki nilai rata-rata hemoglobin darah yaitu 15,723 (mg/dl), dengan standar deviasi 0,8207 (mg/dl). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara statistik ada perbandingan kadar hemoglobin darah mahasiswa semester tujuh tahun ajaran 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado yang perokok dan bukan perokokKata kunci: kadar hemoglobin, pria perokok dan bukan perokok.
HUBUNGAN KINERJA OTAK DENGAN SPIRITUALITAS MANUSIA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN INDONESIA SPIRITUAL HEALTH ASSESSMENT PADA DOSEN STAIN MANADO Dalili, Fitria Angraini; Pasiak, Taufiq F.; Wangko, Sunny
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4358

Abstract

Abstract: Neuroscience is a science about the nervous system especially the brain. According to Daniel Amen who used SPECT to watch brain activity that was associated with the soul, brain was  divided into five main systems: prefrontal cortex, limbic system, ganglia basalis, gyrus cingulatus, and temporal lobe. A person’s spirituality is related to the purpose and meaning of his/her life as a manifestation of one’s relationship with God. Spirituality has four dimensions, namely the meaning of life, positive emotions, spiritual experiences and rituals. In Indonesia, Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) is used to assess a person’s spirituality. The purpose of this research was to determine the relationship of spirituality with the human brain among Manado STAIN lecturers. This was a descriptive analytic study with 30 respondents. The results were analyzed by using the Spearmen correlation analysis. There was a significant correlation between the performance of the human brain and spirituality, in this case the relationship was between the prefrontal cortex and the meaning of life. Conclusion: There was a strong relationship between the human brain and spirituality. Keywords: brain, ISHA, spirituality.  Abstrak: Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang semua hal yang berkaitan dengan sistem saraf, dalam hal ini otak. Daniel Amen yang menggunakan SPECT dalam mengamati aktivitas otak yang berhubungan dengan jiwa, membagi otak ke dalam lima sistem utama: cortex prefrontalis, sistem limbik, ganglia basalis, gyrus cingulatus, dan lobus temporalis. Spiritualitas seseorang berkaitan dengan tujuan dan makna hidup kehidupan secara keseluruhan, sebagai manifestasi hubungannya dengan Tuhan. Spiritualitas mempunyai empat dimensi yaitu makna hidup, emosi positif, pengalaman spiritual, dan ritual. Di Indonesia, alat ukur spiritual yang digunakan yaitu Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kinerja otak dengan spiritualitas manusia pada dosen STAIN Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan jumlah responden 30 orang. Hasil penelitian dianalisis dengan analisis korelasi Spearmen yang menunjukkan adanya korelasi bermakna antara kinerja otak dan spiritualitas manusia, dalam hal ini hubungan antara cortex prefrontalis dan makna hidup. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kinerja otak dan spiritualitas manusia. Kata kunci: otak, ISHA, spiritualitas.
Hubungan kinerja otak dengan spiritualitas diukur dengan menggunakan Indonesia spiritual health assessment pada tokoh agama Kristen Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara Arie, Febryola; Pasiak, Taufiq F.; Kaseke, Martha M.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14663

Abstract

Abstract: To date, studies on brain field are growing and now they have touched the spiritual dimension. Amin divided the brain into five major systems, namely the prefrontal cortex, basal ganglia, the limbic system, gyrus cingulatus, and temporal lobes. One of the tools that can be used to measure the relationship between the performance of the brain and spirituality is Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). There are four components of spirituality: spiritual experiences, positive emotion, meaning of life, and rituals. This sudy was aimed to determine the relationship between the performance of brain and the spirituality of religious leaders of Mawar Sharon Church in North Sulawesi. This was a descriptive analytical study with a survey method. Data were analyzed with Spearman correlation test. Subjects were 50 Christian religious leaders of Mawar Sharon Church in North Sulawesi. The results showed that there was a weak but significant correlation between gyrus cingulatus and spiritual experiences as well as positive emotions; and between the temporal lobe and meaning of life and ritual. Conclusion: There was a weak but significant correlation between the brain performance and the human spirituality measured by ISHA in religious leaders of Mawar Sharon Church in North Sulawesi.Keywords: brain, ISHA, spirituality Abstrak: Dewasa ini penelitian mengenai ilmu otak semakin berkembang bahkan hingga saat ini pendekatannya telah menyentuh dimensi spiritual. Amin membagi otak ke dalam lima sistem utama yaitu korteks prefrontalis, ganglia basalis, sistem limbik, girus singulatus, dan lobus temporalis. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur hubungan antara kinerja otak dengan spiritualitas ialah instrumen Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). Terdapat empat komponen spiritualitas yaitu pengalaman spiritual, emosi positif, makna hidup, dan ritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kinerja otak dengan spiritualitas pada tokoh agama Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan metode survey. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Subjek penelitian ialah 50 orang tokoh agama Kristen Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara. Hasil penelitian mendapatkan hubungan lemah namun bermakna antara girus singulatus dengan pengalaman spiritual dan emosi positif, dan lobus temporalis dengan makna hidup dan ritual. Simpulan: Terdapat hubungan yang lemah namun bermakna antara kinerja otak dengan spiritualitas manusia diukur menggunakan ISHA pada tokoh agama Kristen Gereja Mawar Sharon di Sulawesi Utara. Kata kunci: otak, ISHA, spiritualitas
Gambaran histologik hati tikus Wistar yang diberi jus tomat setelah diinduksi monosodium gluatamat Legoh, Christantio; Kaseke, Martha M.; Pasiak, Taufiq F.
eBiomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.1.2017.15035

Abstract

Abstract: Monosodium glutamate (MSG) is one of the ingredients used as flavour additive. However, excessive consumption of MSG could damage the liver. This study was aimed to obtain the impact of MSG exposure on histopathological findings of the liver of Wistar rats administered with tomato juice. This was an experimental study with the post-test only control group design. Subjects were Wistar rats divided into three groups, as follows: the negative control group, treatment group I, and treatment group II. The negative control group was given AD2 pellets; the treatment group I was given AD2 pellets and MSG, while the treated group II was given MSG and tomato juice. This study was conducted for 14 days. The histopathological examination of the treatment group I showed fatty degeneration of hepatocytes and infiltration of inflammatory cells meanwhile of the treatment group II, there was less fatty degeneration of hepatocytes compared to the treatment group I and no inflammatory cells. Moreover, there was no fatty degeneration and inflammatory cells in the negative control group. Conclusion: Wistar rats treated with MSG showed fatty degeneration of hepatocytes and infiltration of inflammatory cells which could be reduced by administration of tomato juice along with MSG.Keywords: tomato juice, MSG Abstrak: Monosodium glutamat (MSG) merupakan salah satu bahan makanan yang sering digunakan sebagai penyedap rasa namun konsumsi MSG berlebihan dapat merusak hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan MSG terhadap gambaran histologik hati tikus Wistar dengan dan tanpa disertai pemberian jus tomat. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan post-test only control group design. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan I, dan kelompok perlakuan II. Kelompok kontrol negatif hanya diberikan pelet AD2; kelompok perlakuan 1 diberikan pelet AD2 dan MSG; kelompok perlakuan 2 diberikan MSG dan jus tomat. Penelitian ini dilakukan selama 14 hari. Hasil pengamatan gambaran histologik hati tikus Wistar pada kelompok perlakuan I mendapatkan adanya degenerasi lemak pada hepatosit dan sel-sel radang PMN. Pada kelompok perlakuan 2 masih ditemukan adanya degenerasi lemak pad hepatosit tetapi dengan jumlah yang lebih kurang daripada kelompok perlakuan I, serta tidak ditemukan sel-sel radang PMN. Pada kelompok kontrol negatif tidak ditemukan adanya degenerasi lemak pada hepatosit dan sel radang. Simpulan: Pada tikus wistar dengan pemberian MSG terdapat degenerasi lemak pada hepatosit dan adanya sel-sel radang. Pemberian jus tomat bersamaan dengan pemberian MSG berefek menurunkan terjadinya degenerasi lemak pada hepatosit dan tidak disertai sel-sel radang.Kata kunci: jus tomat, MSG
PROFIL MUSCULI FACIALIS PADA EKSPRESI WAJAH DAN EMOSI DENGAN MENGGUNAKAN FACIAL ACTION CODING SYSTEM PADA CALON PRESIDEN PRABOWO ., Supriadi; Pasiak, Taufiq F.; Wangko, Sunny
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6504

Abstract

Abstract: Limbic system consists of several subsystems with their own roles to back-up human emotion. Human emotion can be observed through facial expression which is controlled by musculi facialis. One of the tools that are used to determine basic emotion of human through facial expression is Facial Action Coding System (FACS) and its action units (AUs). This study aimed to obtain musculi facialis that oftenly and rarely be used by Prabowo and his emotion duringthe first session of 2014-Presidential election debate. This was a retrospective descriptive study. Samples were 30 photos of Prabowo’s emotional expression. The observation was performed by using FACS. The results showed that the most commonly used AU was AU 4 (26.92%), meanwhile the most rarely used AUs were AU 9 and AU 29, both were 0.96%. The obtained emotional expressions were happy (6.67%), sad (6.67%), fear (6.67%), angry (46.67%), surprised (3.33%), and disgusted (3.33%). Conclusion: The most commonly used musculus facialis was corrugator supercilii whereas the most rarely used ones were levator labii superioris alaquae nasi and masseter. The emotional expressions, consecutively from the most commonly to the most rarely observed, were angry; happy, as well as sad and fear, and surprised as well as disgust.Keywords: emotion, facial expression, musculi facialis, FACS, AUAbstrak: Sistem limbik terdiri dari sejumlah subsistem dengan peranannya masing-masing untuk mem-back up emosi manusia. Emosi manusia dapat diketahui melalui ekspresi wajah yang dihasilkan oleh kontraksi musculi facialis. Salah satu alat yang digunakan untuk menentukan emosi dasar manusia melalui ekspresi wajah ialah Facial Action Coding System (FACS) dan action units (AUs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui musculi facialis yang paling sering dan paling jarang digunakan serta ekspresi emosi Prabowo pada debat calon presiden putaran pertama 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif melalui pendekatan retrospektif dengan sampel penelitian berjumlah 30 foto ekspresi wajah Prabowo. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan menggunakan FACS didapatkan AU yang paling sering digunakan ialah AU 4 (26,92%), sedangkan yang paling jarang digunakan ialah AU 9 dan AU 26 masing-masing 0,96%. Ekspresi emosi yang didapatkan ialah bahagia (6,67%), sedih (6,67%),takut (6,67%), marah (46,67%), terkejut (3,33%), dan jijik (3,33%). Simpulan: Musculi facialis yang paling sering digunakan ialah corrugator supercilii dan yang paling jarang ialah levator labii superioris alaquae nasi dan masseter. Ekspresi emosi dari yang paling sering sampai paling jarang tampak secara berturut-turut ialah marah; bahagia, sedih, dan takut; dan terkejut dan jijik.Kata kunci: emosi, ekspresi wajah, musculi facialis, FACS.
Hubungan kinerja otak dan spiritualitas manusia diukur dengan Indonesia Spiritual Health Assessment pada tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow Pakaya, Putra; Pasiak, Taufiq F.; Kalangi, Sonny J.R.
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15889

Abstract

Abstract: Human brain contains about 100 billion cells that have complex functions as the central control of all activities. The brain is an organ in which the interaction of soul and body (mind body interaction) occurs and is very influential on human spirituality. Spirituality is built by four observable aspects, as follows: spiritual experience, positive emotion, meaning of life, and ritual. Health Law of the Republic of Indonesia Number 36 Year 2009 Chapter I Article 1 Paragraph 1 defines health by integrating the spiritual aspect as part of the definition of health. Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) is a neuroscience-based test that includes human spirituality profile so it can find spirituality and its relation to brain performance. This study was aimed to determine the relationship of brain performance and human spirituality among Islamic religious leaders in Bolaang Mongondow. This was an observational study with a cross sectional design. There were 57 Islamic religious leaders as respondents. Data were retrieved by distributing questionnaires ISHA to the respondents. The statistical analysis showed that the correlation between temporal lobes and spiritual experience had an r value = 0.304 and p value = 0.022. Conclusion: There was a relationship between the performance of the brain and human spirituality in particular the relationship between the temporal lobe and spiritual experience among Islamic religious leaders in Bolaang MongondowKeywords: brain performance, spirituality Abstrak: Otak manusia berisi sekitar 100 miliar sel yang memiliki fungsi kompleks sebagai pusat pengendali seluruh aktivitas manusia. Otak merupakan organ tubuh dimana terjadinya interaksi ‘jiwa’ dan ‘badan’ (mind body interaction) yang sangat berpengaruh terhadap spiritualitas manusia. Spiritualitas dibangun oleh empat aspek yang dapat diamati yaitu pengalaman spiritual, emosi positif, makna hidup, dan ritual. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat 1mendefinisikan kesehatan, yaitu dengan memasukkan aspek spiritual sebagai bagian dari batasan sehat. Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA) merupakan uji berbasis neurosains yang memuat tentang profil spiritualitas manusia sehingga dapat mengetahui spiritualitas dan kaitannya dengan kinerja otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja otak dengan spiritualitas manusia pada tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jenis penelitian ialah observasional dengan desain potong lintang. Terdapat 57 orang tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai responden. Data diambil dengan cara membagikan kuisioner ISHA kepada responden. Hasil analisis statistik menunjukkan korelasi antara lobus temporalis dengan pengalaman spiritual (r=0,304; p=0,022). Simpulan: Pada tokoh agama Islam di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat hubungan antara kinerja otak dengan spiritualitas manusia khususnya hubungan one to one antara lobus temporalis dan pengalaman spiritual.Kata kunci: kinerja otak, spiritualitas
Gambaran Mikrokopik Serebelum pada Hewan Coba Postmortem Nangoy, Belinda V.; Kalangi, Sonny J. R.; Pasiak, Taufiq F.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 11, No 1 (2019): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.11.1.2019.23205

Abstract

Abstract: After death, there will be cellular changes that cause definite signs of death. These changes could be used to determine the time of death. This study was aimed to determine the microscopic changes of the cerebellum during 1 hour to 24 hours postmortem. This was a descriptive study. Four domestic pigs of more than 90 kg were used as animal models. After being killed, we made slices in the pig heads to expose and observe cerebellar microscopic changes in several time intervals, as follows: 90 minutes, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 7 hours, 8 hours, 9 hours, 10 hours, 11 hours, 12 hours, 13 hours, 14 hours, 15 hours, 16 hours, 17 hours, 18 hours, 19 hours, 20 hours, 21 hours, 22 hours, 23 hours, and 24 hours postmortem. The results showed that the cerebellum became progressively pale and softened at 8 hours postmortem. Congestion in all tissues occured at 2 hours postmortem, however 69.2% of the Purkinje cells still had normal nuclei. At 7 hours postmortem, Purkinje cells began to enlarge associated with karyorrhexis, and at 21 hours postmortem most of the cells shrank. Albeit, at 24 hours postmortem the cerebellar layers could still be identified and some Purkinje cells with normal morphology could be found. Conclusion: Microscopic changes could be identified at 2 hours postmortem in the form of congestion of the cerebellar layers. Purkinje cells underwent karyorrhexis at 7 hours postmortem and shrank at 21 hours postmortem.Keywords: Purkinje cells, cerebellar layers, postmortemAbstrak: Setelah kematian, terjadi perubahan pada sel-sel yang menimbulkan tanda-tanda pasti kematian. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat membantu menentukan saat kematian dalam suatu kasus hukum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan mikroskopik serebelum selama interval waktu 1 jam hingga 24 jam postmortem. Jenis penelitian ialah deskriptif. pada hewan coba babi dengan rerata berat lebih dari 90 kg. Setelah hewan coba dimatikan, dibuat irisan di bagian kepala untuk menampakkan serebelum dan mengamati perubahan mikroskopiknya pada rentang waktu 90 menit, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 7 jam, 8 jam, 9 jam, 10 jam, 11 jam, 12 jam, 13 jam, 14 jam, 15 jam, 16 jam, 17 jam, 18 jam, 19 jam, 20 jam, 21 jam, 22 jam, 23 jam, dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian mendapatkan serebelum tampak pucat dan melunak secara progresif pada 8 jam postmortem. Kongesti di semua jaringan mulai terjadi pada 2 jam postmortem dan ditemukan 69,2% sel Purkinje berinti yang masih normal. Sel Purkinje mulai membesar dan inti mengalami karioreksis pada 7 jam postmortem tetapi pada 21 jam postmortem sel-sel tersebut tampak menyusut. Meskipun demikian hingga 24 jam postmortem struktur lapisan serebelum masih dapat diidentifikasi dan sel Purkinje dengan morfologi normal masih ditemukan. Simpulan: Perubahan mikroskopik serebelum sudah dapat diidentifikasi pada 2 jam postmortem yaitu berupa kongesti lapisan serebelum. Sel Purkinje mengalami karioreksis pada 7 jam postmortem dan menyusut pada 21 jam postmortem.Kata kunci: sel Purkinje, lapisan serebelum, postmortem
HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG KAKI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT Paluta, Reniwaty S.; Tanudjaja, George N.; Pasiak, Taufiq F.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2611

Abstract

Abstract: Identification of a dead body is important in determining the clarity of one’s identity. Height is an important parameter in the process of identification and is one of the fields of study of physical anthropology. It is expected that the height can be determined by using the measurements of long bones, such as metatarsal bones and phalanges. This study aimed to find out the relationship between the height and foot length in the students of Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi, Manado. This was a descriptive analytic study with cross-sectional design. Samples were selected by using systematic sampling methods. As samples, we used 74 students (registered in 2010) comprising 37 males and 37 females. Data were analyzed with a Pearson correlation analysis as well as a simple linear regression analysis. The results showed that there was a strong correlation between height and foot length with the correlation coefficients (r) of 0.846 for all samples, 0.520 for male students, and 0.711 for female students. The simple linear regression analysis resulted in three formulas: male height = 112.930 + 2.361 × foot length; female height = 4.223 + 64.241 × foot length; and overall height = 4.717 + 54.729 × foot length. Conclusion: There was a strong relationship between the heights and the foot lengths of students at the Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi University Manado. Keywords: identification, height, foot length.   Abstrak: Identifikasi ialah pemeriksaan penting dalam menentukan kejelasan identitas seseorang. Tinggi badan merupakan parameter penting dalam proses identifikasi dan bidang telaah antropologi ragawi. Tinggi badan diharapkan dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran tulang-tulang panjang, diantaranya tulang metatarsal dan falang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dengan panjang kaki pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 74 mahasiswa yang terdaftar pada tahun 2010, terdiri dari 37 laki-laki dan 37 perempuan. Sampel dipilih menggunakan cara systematic sampling. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan analisis regresi linier sederhana.  Hasl penelitian memperlihatkan terdapatnya hubungan kuat antara tinggi badan dan panjang kaki dengan koefisien korelasi (r) keseluruhan 0,846, pada laki-laki 0,520, dan pada perempuan 0,711. Dari hasil analisis regresi linier sederhana didapatkan rumus Tinggi Badan (TB) laki-laki = 112,930 + 2,361 × panjang kaki, TB perempuan = 64,241 + 4,223 × panjang kaki, dan secara keseluruhan TB = 54,729 + 4,717 × panjang kaki. Simpulan: Terdapat hubungan antara tinggi badan dan panjang kaki pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: identifikasi, tinggi badan, panjang kaki.
HUBUNGAN KINERJA OTAK DENGAN SPIRITUALITAS MANUSIA DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN INDONESIA SPIRITUAL HEALTH ASSESSMENT PADA PEGAWAI PEMDA KABUPATEN HALTENG PROVINSI MALUKU UTARA ., Juniarsih; Pasiak, Taufiq F.; Wangko, Sunny
eBiomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.3.2015.9363

Abstract

Abstract: Brain is the most complex part of human body. It regulates, monitors, and controls our actions and behaviors. By using SPECT, Amen observed the brain activity associated with soul and divided brain into 5 main systems: the prefrontal cortex, limbic system, basal ganglia, cingulatus gyrus (cingulate), and the temporal lobe. Spirituality is an empirical experience related to the presence of God in one's life with its manifestations in interpersonal and intrapersonal relationships. Spirituality has four dimensions, which are the meaning of life, spiritual experiences, positive emotions, and rituals. The spiritual measuring device used in Indonesia is Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). This study aimed to determine the correlation between the human brain performance and spirituality measured with ISHA among employees (echelon II and III) in Halmahera Tengah, North Maluku province. This was a descriptive correlative study with a survey method. The Spearman’s rank test showed an inversely correlation (-0.005) with a sig. 0.968 > α = 0.05, which means that there is no correlation between the performance of human brain and spirituality, especially positive emotions and the limbic system. Conclusion: There was no correlation between the performance of the human brain and spirituality especially positive emotions and the limbic system.Keywords: ISHA, brain, spirituality.Absrak: Otak merupakan bagian tubuh manusia yang sangat kompleks serta mengatur, mengawasi, dan mengendalikan tindakan dan perilaku tubuh. Dengan menggunakan SPECT, Amen mengamati aktivitas otak yang berhubungan dengan jiwa dan membagi otak dalam 5 sistem utama yaitu korteks prefrontalis, sistem limbik, ganglia basalis, Gyrus cingulatus (singulat), dan lobus temporalis. Spiritualitas adalah suatu pengalaman empirik berkaitan dengan kehadiran Tuhan dalam kehidupan seseorang dengan manifestasinya dalam hubungan interpersonal dan intrapersonal. Spiritualitas mempunyai 4 dimensi yaitu makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif, dan ritual. Di Indonesia alat ukur spiritual yang digunakan yaitu Indonesia Spiritual Health Assessment (ISHA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja otak dengan spiritualitas manusia yang diukur menggunakan ISHA pada pegawai (pejabat essalon II dan III) Pemda Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dan survei. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi terbalik (-0,005) dengan sig 0,968 > 𝜶=0,05. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara kinerja otak dan spiritualitas khususnya emosi positif dan sistem limbik.Kata kunci: ISHA, otak, spiritualitas
HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2013 Sambeka, Christanti; Tanudjaja, George N.; Pasiak, Taufiq F.
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.7126

Abstract

Abstract: Identification is important to the victims who have died, because identification is needed to know the person's identity. Body height can be determined using bones measurement, including metacarpal and phalanx. The purpose of this study is to find out the correlation of body height with hand length in the medical student of Sam Ratulangi University class of 2013. This study is an analytic descriptive study with design of cross-sectional study, and total participants of 72 students comprise of 36 male and 36 female. The samples of this study were chosen using the simple random sampling technique and were analyzed with the Pearson correlation analysis and also with the simple linear regression. The result showed a strong correlation between body heights and hand length with the value of ‘r’ in total was 0.855 in the whole subjects and 0.753 in male samples whereas in the female samples the value was 0.603. Based on the result of the simple linear regression analysis we get the formula of male body height = 15.496 + 8.398 x hand length, and the formula of female body height = 85.401 + 4.318 x hand length, and in total body heigth = 42.621 + 6.897 x hand length. Conclusion: There is a same direction and positive relationship between body height and hand length in the medical student of Sam Ratulangi University class of 2013.Keywords: identification, hand length, body height.Abstrak: Identifikasi sangatlah penting pada korban yang telah meninggal, karena identifikasi dilakukan untuk mengetahui kepastian identitas seseorang. Tinggi badan dapat ditentukan menggunakan ukuran tulang-tulang panjang, diantaranya tulang-tulang metakarpal dan tulang-tulang falang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan dan panjang tangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteraan Unsrat Angkatan 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional, dengan sampel sejumlah 72 mahasiswa yang terdiri dari 36 mahasiswa laki-laki dan 36 mahasiswa perempuan. Sampel di pilih dengan menggunakan cara simple random sampling dan di analisis dengan analisis korelasi Pearson serta analisis regresi linier sederhana. Didapatkan hubungan yang kuat antara tinggi badan dengan panjang tangan dengan koefisien korelasi (r) pada keseluruhan subjek sebesar 0,855, sedangkan pada laki-laki 0,753 dan pada perempuan 0,603. Dari hasil analisis regresi linier sederhana di dapatkan rumus tinggi badan laki-laki = 15,496 + 8,398 x panjang tangan, tinggi badan perempuan = 85,401 + 4,318 x panjang tangan, dan secara keseluruhan tinggi badan = 42,621 + 6,897 x panjang tangan. Simpulan: Terdapat hubungan searah atau positif antara tinggi badan dengan panjang tangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2013.Kata kunci: identifikasi, panjang tangan, tinggi badan.