Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Nervus Olfaktorius: Dasar, Klinis Medis, dan Psikologis Ruru, Pingkan M.; Pasiak, Taufiq F.; Kaseke, Martha M.
eBiomedik Vol 9, No 1 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.9.1.2021.31895

Abstract

Abstract: The olfactory nerve is the first cranial nerve. Olfactory disorders can have a negative impact on health and quality of life and affect human psychology. The aim of this study is to determine the basic anatomical, clinical medical and psychological picture of the olfactory nerve. This study was in the form of a literature review. Literature is taken from one database, namely PubMed. The keywords used were olfactory nerve anatomy AND clinical AND psychology. After being selected with inclusion and exclusion criteria, 11 literature will be reviewed. Research from 11 literature reviewed found the basic anatomy of the olfactory nerve. Clinical disorders such as anosmia, hyposmia, phantosmia can occur in several non-neurodegenerative and neurodegenerative events or diseases, namely head injury trauma, Alzheimer's, Parkinson's and COVID-19. Psychological issues related to emotional and psychiatric disorders are also related to smell. In conclusion, the first cranial nerve is the olfactory nerve or the olfactory nerve, which clinically can occur in neurogenerative and non-neurodegenerative diseases. Smell and its disturbances can have a psychological impact.Keywords: olfactory nerve, anatomy, clinical, psychology.  Abstrak: Nervus olfaktorius merupakan saraf kranial pertama. Gangguan olfaktorius dapat berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas hidup serta memengaruhi psikologis manusia. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran dasar anatomi, klinis medis dan psikologis dari nervus olfaktorius. Penelitian ini dalam bentuk literature review. Literatur diambil dari  satu database yaitu PubMed. Kata kunci yang digunakan yaitu olfactory nerve anatomy AND clinical AND psychology. Setelah diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 11 literatur yang akan di review. Hasil penelitian dari 11 literatur yang di review didapatkan anatomi dasar nervus olfaktorius. Gangguan klinis seperti anosmia, hiposmia, phantosmia dapat terjadi pada beberapa kejadian atau penyakit non-neurodegeneratif dan neurodegeneratif yaitu Trauma cedera kepala, Alzheimer, Parkinson dan COVID-19. Psikologis yang berkaitan dengan emosional dan gangguan psikiatri juga berhubungan dengan penciuman. Sebagai simpulan, saraf kranial pertama adalah nervus olfaktorius atau disebut saraf penciuman, secara klinis bisa terjadi pada penyakit neurogeneratif dan non-neurodegeneratif. Penciuman dan gangguannya dapat memengaruhi psikologis.Kata kunci: Saraf olfaktori, anatomi, klinis, psikologi.
Manfaat Olesan Madu Pada Penyembuhan Luka Kulit Lomban, Arantsa; Kalangi, Sonny J. R.; Pasiak, Taufiq F.
e-Biomedik Vol 8, No 2 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i2.31902

Abstract

Abstract: The use of honey in wound care has been used since ancient times. Honey has been shown to have antibacterial properties, as well as low pH levels making environmental conditions unfavorable for bacterial growth. Clinical observations from human trials report that honey helps granulation tissue formation, increases epithelialization, and reduces inflammation which affects the acceleration of wound healing. The aims of this study is to determine the effect of honey toward wound healing. This study is in the form of a literature review. Literature is taken from one database, namely PubMed. The keywords used are honey and wound healing. After being selected by inclusion and exclusion criteria, ten literature will be reviewed. Honey gave good results and affected the healing of skin wounds, including several types of honey that were studied in experimental animals and in experimental people. In conclusion, honey has an effect on healing skin wounds.Key words: Honey, wound healing  Abstrak: Penggunaan madu dalam perawatan luka telah digunakan sejak saat zaman kuno. Madu telah terbukti memiliki sifat antibakteri, juga kadar pH rendah membuat kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhan bakteri. Pengamatan klinis dari uji coba pada manusia melaporkan bahwa madu membantu pembentukan jaringan granulasi, meningkatkan epitelisasi, dan mengurangi peradangan yang mempengaruhi percepatan penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh madu terhadap penyembuhan luka. Penelitian ini dalam bentuk literature review. Literatur diambil dari satu database yaitu PubMed. Kata kunci yang digunakan yaitu honey and wound healing. Setelah diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sepuluh literatur yang akan direview. Madu memberikan hasil yang baik dan berpengaruh terhadap penyembuhan luka kulit, di antaranya ada beberapa jenis madu yang diteliti pada hewan percobaan maupun pada orang coba. Sebagai simpulan, madu mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan luka kulit.Kata kunci: Madu, penyembuhan luka