Djoko Sulistiono
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Stabilisasi Tanah Pandaan dengan Bitumen untuk Subgrade Jalan Raya Djoko Sulistiono; Sulchan Arifin; Chomaedhi Chomaedhi
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2006)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.008 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v1i1.2768

Abstract

menjadi lebih baik. Tanah dasar jalan (subgrade) yang jelek bisa diperbaiki sifat fisiknya dengan stabilisasi kimia (butimen). Kondisi tanah dasar yang baik mampu mempertipis lapisan perkerasan di atas, tetapi stabilisasi butimen mempunyai persyaratan berbeda dengan bahan stabilisasi kimia lainnya. Permasalahan, sampai sejauh mana kemampuan butimen sebagai bahan stabilisasi? Metode penelitian laboratorium mengikuti cara Bina Marga, tanah yang akan distabilisasi diambil dari daerah Pandaan Jawa Timur untuk ditest Atterberg, test Proktor dan CBR. Kemudian tanah dicampur dengan butimen pada variasi kadar butimen 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, untuk kemudian dilakukan test Atterberg, Proktor dan CBR. Selanjutnya dievaluasi perubahan fisik sehubungan penambahan bahan butimen tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah Pandaan dalam kondisi asli memenuhi syarat sebagai tanah dasar jalan (subgrade), terlihat dari harga Indeks Plastisitas (PI) = 7,04% < PI maximum = 10% dan CBR = 11,33% > CBR minimum = 6%. Tanah Pandaan juga memenuhi syarat distabilisasi butimen karena batas cair (LL) = 23,50% < 30%, Indeks Plastisitas (PI) = 7,04 < 12% dan presentase lolos ayakan no. 200 = 41,84% < 50%. Tetapi setelah ditambah butimen ternyata harga LL dan PI menjadi lebih besar / kurang baik. Kemudian harga CBR juga semakin mengecil pada kondisi kering, karena tanah campuran menjadi lebih plastis. Kadar butimen yang paling optimum, bila memang diperlukan stabilisasi butimen, adalah 2%.
Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang – Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono; Amalia Firdaus Mawardi; Yuyun Tajunnisa
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 7, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.197 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v7i1.2740

Abstract

Salah satu kegiatan peningkatan jalan adalah pelapisan ulang permukaan jalan ( overlay ). Sebagai bahan overlay dapat digunakan aspal beton ( AC ) atau Hot Rolled Sheet ( HRS ). Direktorat Jenderal Bina Marga dengan keterbatasan anggaran selalu mencari yang terbaik dari sisi teknis dan ekonomi diantara AC dan HRS. Permasalahannya, penggunaan AC dan HRS sebagai bahan overlay bagaimana sisi teknis dan ekonomis ? Metode pemeriksaan bahan dan mixed design yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti standart Bina Marga. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahan pembentuk AC dan HRS telah memenuhi syarat, kemudian setelah dilakukan mix design, proporsi aspal untuk HRS = 7,8 % lebih besar dari aspal untuk AC = 6,1 %. Proporsi agregat kasar HRS lebih kecil dari AC, tetapi proporsi agregat halusnya lebih lebih besar. Tinjauan dari segi teknis, HRS lebih tahan terhadap kelelehan, pengaruh cuaca, lebih fleksibel dan lebih mudah dikerjakan daripada AC, tetapi dari segi ketahanan terhadap deformasi permanen kurang baik dibanding AC, karena stabilitas HRS lebih rendah. Tinjauan dari segi ekonomis, ternyata biaya  HRS lebih murah 14,01 % dibandingkan dengan biaya AC. Hal ini karena penggunaan HRS lebih tipis dari AC, walaupun harga HRS per m3 lebih mahal dari harga AC per m3.
Tingkat Pelayanan (Los) Trotoar Pada Ruas Jalan Utama Kota Surabaya (Kasus Jalan Wonokromo, Jalan Raya Darmo, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Urip Sumohardjo, Jalan Embong Malang, dan Jalan Tunjungan) Djoko Sulistiono; Amalia Firdaus Mawardi; Sulchan Arifin
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (710.787 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v14i2.3049

Abstract

Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota besar Indonesia, termasuk Surabaya diikuti peningkatan pergerakan orang/barang. Pergerakan ini khususnya pergerakan pejalan kaki harus di fasilitasi oleh Pemerintah dengan penyediaan trotoar yang memadai. Demikian pula yang terjadi di daerah perdagangan, perkantoran di kota Surabaya, seperti trotoar ruas Jalan Wonokromo, Jalan Raya Darmo, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Urip Sumohardjo, Jalan Embong Malang, dan Jalan Tunjungan. Permasalahan, bagaimana tingkat pelayanan (LOS) trotoar tersebut diatas dan bagaimana hubungan kecepatan dan kepadatan arus pejalan kaki, yang hasilnya bisa terjawab melalui pembahasan. Pembahasan mengenai tingkat pelayanan mengacu pada Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No 03/PRT/M/2014. Kemudian dengan data yang diperoleh dari survey primer volume pejalan kaki, kondisi setempat dan data sekunder dari instansi yang berwenang seperti fungsi jalan maka dapat ditentukan tingkat pelayanan trotoar.Hasil pembahasan sesuai Peraturan Menteri (2014) diperoleh tingkat pelayanan trotoar pada semua ruas jalan adalah A. Selain itu, diperoleh hubungan antara kecepatan, kepadatan dan volume pejalan kaki. Hubungan tersebut diantaranya yang paling kuat adalah hubungan antara kecepatan dan kepadatan pada trotoar Jalan Urip Sumohardjo sisi barat, dengan persamaan Y = -2176X + 67,53 pada R2 = 0,62 dan r = 0,78. Hubungan antara volume pejalan kaki dan kepadatan sangat kuat pada semua trotoar ruas jalan dengan R2  > 0,95. Salah satu yang terkuat adalah trotoar ruas Jalan Basuki Rahmat sisi barat dengan persamaan Y = -677,14 X2 + 57,349X + 0,0004 pada R2 = 0,99 dan r = 0,998.