Tatas, Tatas
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penilaian Kemampuan Kawasan Resapan Air (Studi Kasus Mata Air Umbulan) Masduqi, Ali; Widodo, Amien; M, Mahendra A; Tatas, Tatas
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 11, No 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.354 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v11i2.2594

Abstract

Pemanfaatan air tanah yang terus meningkat, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi air tanah itu sendiri maupun lingkungan di sekitarnya, diantaranya berkurangnya kuantitas dan kualitas air tanah, penyusupan air laut dan amblesan tanah. Mata Air Umbulan di Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu sumber air terbesar yang ada di Propinsi Jawa Timur. Potensi yang terkandung pada mata air tersebut adalah sebesar 5000 liter/detik. Kondisi lahan yang menjadi daerah tangkapan hujan Mata Air Umbulan sebagian besar berupa hutan dengan topografi pegunungan. Akan tetapi kondisi lingkungan yang menjadi penyokong utama terhadap kontribusi air ke Mata Air Umbulan mulai mengalami perubahan tata guna lahan. Penelitian ini merupakan tahap awal identifikasi kemampuan resapan daerah imbuhan air tanah dengan menggunakan metode melakukan pengukuran awal menggunakan alat ukur infiltrasi double rings. Penelitian diambil di tiga titik yaitu Desa Tosari, Lumbang, dan Winongan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di daerah tersebut laju infiltrasi berturut-turut sebesar 48 mm/jam, 84 mm/jam, dan 60 mm/jam. 
Pengembangan Sumberdaya Air Alternatif dengan Cara Transfer Sumberdaya Air dari Luar Cekungan Bandung Tatas Tatas; Yudi Rahayudin
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 8, No 2 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.392 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v8i2.2719

Abstract

Krisis air bersih di Bandung di mulai sekitar tahun 1980 dan semakin pesat pada tahun 1990-an. Berbagai studi menunjukkan penurunan muka airtanah telah terjadi di beberapa titik, misalnya pada tahun 1980 di Cimahi muka airtanah 15 meter di atas tanah, pada tahun 2004 menunjukkan bahwa muka airtanah telah berada di bawah tanah hingga kedalaman 86 meter dari tanah setempat. Kejadian tersebut juga menimpa lokasi-lokasi yang lain seperti Kebon Kawung, Rancaekek, Dayeuh Kolot, dan lain-lain. Penggunaan airtanah yang berlebihan tanpa diimbangi oleh usaha konservasi menjadi salah satu penyebabnya. Berkembangnya industri dan permukiman penduduk menjadi salah satu penyebab tingginya konsumsi airtanah, sedangkan Perusahaan Daerah Air Minum Kota dan Kabupaten Bandung masing-masing baru mampu memenuhi 65% dan 13,12% kebutuhan rumah tangga dan industri. Salah satu cara penyediaan airbaku adalah dengan cara menggunakan sistem transfer antar cekungan airtanah. Dalam penelitian ini dicoba dikaji potensi cekungan airtanah yang berada di sekitar Cekungan Airtanah Bandung. Metodologi yang digunakan adalah dengan mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya, interview dengan pihak terkait, dan dilakukan analisis ekonomi untuk selanjutnya diambil kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa dari segi jarak CAT Ciater merupakan yang terdekat dengan pusat Kota Bandung yaitu 23,8 km. Namun demikian dari segi ekonomis transfer air antar akifer menggunakan truk air belum dapat sistem.
Identifikasi Awal Model Akuifer pada Mata Air Umbulan dengan Menggunakan Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Tatas Tatas; Mahendra A M; Siti Kamilia Aziz; Amien Widodo
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1343.798 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v12i1.2587

Abstract

Bencana kekeringan, saat ini menjadi salah satu bencana yang selalu datang setiap tahun di beberapa wilayah Indonesia. Tahun 2011, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa bencana kekeringan mengancam produksi pangan nasional. Salah satu bentuk dari bencana kekeringan tersebut adalah berkurangnya debit atau bahkan matinya mata air. Mata Air Umbulan merupakan mata air yang memiliki potensi yang cukup besar dengan debit sebesar 4000-5000 liter/detik, dapat dijadikan sebagai sumber air baku. Terkait dengan potensi yang sangat besar tersebut maka perlu dipelajari bagaimana struktur geologi yang menjadi wadah bagi air tanah tersebut (hidrogeologi). Hal tersebut untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui perilaku air yang menjadi sumber Mata Air Umbulan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur hidrogeologi adalah dengan menggunakan geolistrik. Berdasarkan hasil pengukuran resistivitas struktur batuan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai resistivitas batuan penyusun pada area penelitian berkisar antara 1–4800 Ωm. Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik, batuan penyusun area penelitian berupa pasir, pasir tufan, breksi, breksi berpasir, tuf berpasir dan tuf. Lapisan yang berfungsi sebagai penahan air atau lapisan kedap adalah lapisan tuf, tuf berpasir, dan lava. Lapisan yang berfungsi sebagai akifer adalah lapisan pasir, pasir tufan, breksi dan breksi berpasir dengan kedalaman antara 25-125 meter.
Kajian Sistem Drainase Kota Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur Tatas Tatas; Denik Sri Krisnayanti; Mahendra Andiek Maulana
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 10, No 1 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.492 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v10i1.2682

Abstract

Kota Labuan Bajo terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Manggarai Barat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2003. Wilayahnya meliputi daratan Pulau Flores bagian Barat dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, diantaranya adalah Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang merupakan habitat binatang langka, komodo. Sebagai transit menuju habitat komodo, maka Kota Labuan Bajo mengalami pembangunan yang pesat. Pembangunan tersebut harus diimbangi pula oleh sistem drainase yang memadai. Dalam makalah ini akan disampaikan permasalahan genangan yang terjadi, pola aliran air limpasan, dan usulan zona penanganan drainase. Adapun metodologi yang digunakan adalah dengan melakukan survei secara langsung ke lokasi, dengan melihat topografi, sungai utama. Selain itu dengan menggunakan beberapa program komputer yang mampu membaca topografi dan melakukan deliniasi batas daerah aliran sungai secara otomatis menggunakan Gridded Surface Subsuface Hydrology Analysis (GSSHA).Berdasarkan analisis maka dapat diambil kesimpulan bahwa genangan akibat topografi yang berbukit-bukit dan tidak didukung oleh saluran drainase yang memadai, pola aliran limpasan air yaitu langsung menuju ke laut dan ada yang ditampung terlebih dahulu oleh sungai-sungai utama, sistem penanganan drainase dapat dibagi empat zona berdasarkan daerah tangkapan hujan yaitu DAS Waebo, DAS Waemata, DAS Waekemiri, DAS Waemese.
Studi Investigasi Longsor di Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan Tatas Tatas; Machsus Machsus; Amin Widodo
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1045.162 KB) | DOI: 10.12962/j12345678.v9i1.2711

Abstract

Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang mengalami longsor pada tanggal 2 Januari 2011. Longsor tersebut tepatnya terjadi di Dusun Sono. Letak Desa Kalikuning berada di sebelah timur laut Kota Pacitan. Posisi astronomis Dusun Sono ada pada kisaran koordinat UTM 524522 m Timur; 9101831 m Selatan. Longsor terjadi pada daerah yang memiliki kemiringan topografi. Peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya yang sering terjadi pada lereng alam maupun lereng buatan. Investigasi lapangan dilakukan dengan cara menelusuri retakan tanah dan amblesannya sebagai gejala awal dari longsoran selanjutnya. Pencatatan lokasi retakan berisi tentang koordinat astronomisnya yang diperoleh dari hasil rekaman Global Potitioning Sistem (GPS). Pencatatan koordinat dapat menggunakan sistem yaitu sistem koordinat Universal Transverse Mecator (UTM). Potensi longsor yang lebih besar diperkirakan akan terjadi di Dusun Sono, Desa Kalikuning, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan dengan luasan longsor diperkirakan mencapai 250.000 meter persegi (horisontal). Apabila longsor tersebut terjadi, maka akan menimpa sekitar 47 KK atau 266 jiwa, serta fasilitas umum seperti sekolah dan jalan juga permukiman warga tersebut.