Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Cacat Blister Pada Kelongsong Bahan Bakar U3Si2/Al Menggunakan Ultrasonic Test Fauzi, Muhammad; Himawan, Roziq; Rahmatullah, Helmi Fauzi; Permana, Setia; Gogo, Antonio
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 23, No 3 (2017): Oktober 2017
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/urania.2017.23.3.3629

Abstract

Integritas bahan bakar adalah salah satu aspek keselamatan yang harus dipertimbangkan selama reaktor nuklir beroperasi. Terbentuknya cacat pada bahan bakar setelah digunakan di dalam reaktor tidak diinginkan, karena dapat mempengaruhi unjuk kerja bahan bakar. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji pasca iradiasi untuk menjamin integritas bahan bakar. Uji tak merusak menggunakan ultrasonic test adalah salah satu metode alternatif untuk melakukan uji pasca iradiasi. Analisis ini bertujuan untuk mendeteksi adanya cacat blister pada kelongsong bahan bakar nuklir tipe pelat. Pada uji pasca iradiasi  menggunakan ultrasonic test perlu ditentukan parameter operasi agar diperoleh hasil yang akurat. Penentuan optimasi parameter ultrasonic test dilakukan terhadap kelongsong bahan bakar U3Si2/Al yang terdapat cacat blister. Pengujian dilakukan menggunakan dua teknik, yaitu teknik pulse-echo dan through transmission. Dari hasil pengujian diperoleh display A-scan berupa sebuah sinyal yang menunjukkan adanya cacat atau tidak. Tingginya sinyal tersebut kemudian dievaluasi sehingga diperoleh parameter optimal untuk penentuan adanya cacat. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa cepat rambat gelombang longitudinal di medium air diperoleh sebesar 1545 m/s. Jarak optimal antara probe terhadap benda uji dengan teknik pulse-echo adalah 20 mm. Jarak optimal antar kedua probe dengan teknik through transmission adalah 40 mm. Pengujian pada bagian blister dengan teknik pulse-echo terjadi penurunan sinyal luaran sebesar 19 %FSH, sedangkan dengan teknik through transmission terjadi penurunan sinyal luaran sebesar 80 %FSH. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode ultrasonic test dapat mendeteksi adanya blister pada pelat elemen bakar secara efektif. Dari kedua teknik yang digunakan untuk mendeteksi adanya cacat di dalam kelongsong bahan bakar diperoleh hasil bahwa teknik through transmission menunjukkan perbedaan sinyal luaran yang lebih jelas antara bagian normal dengan bagian blister pada kelongsong bahan bakar dibandingkan teknik pulse-echo. Parameter optimal dan teknik through transmission yang diperoleh selanjutnya akan digunakan untuk menentukan cacat pada pelat elemen bakar pasca iradiasi.Kata kunci: ultrasonic test, kelongsong AlMg2, blister, pulse-echo, through transmission.
PERCOBAAN PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR U-7Mo-xSi/Al DALAM UKURAN MINI Supardjo, Supardjo; Kadarjono, Agoeng; Isfandi, Isfandi; Susanto, Yatno Dwi Agus; Permana, Setia; Guswardani, Guswardani
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 25, No 3 (2019): Oktober, 2019
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.177 KB) | DOI: 10.17146/urania.2019.25.3.5697

Abstract

PERCOBAAN PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR U-7Mo-xSi/Al DALAM UKURAN MINI. Penelitian pembuatan pelat elemen bakar mini U-7Mo-xSi/Al dalam rangka pengembangan bahan bakar dispersi densitas uranium tinggi. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan parameter proses yang tepat sehingga diperoleh produk pelat elemen bakar mini U-7Mo-xSi/Al yang memenuhi spesifikasi. Alur proses dimulai dari pembuatan paduan U-7Mo-xSi (x= 1%, 2%, dan 3%) menggunakan uranium deplesi dan dilanjutkan pembuatan serbuk U-7Mo-xSi, inti elemen bakar U-7Mo-xSi/Al, dan pelat elemen bakar U-7Mo-xSi/Al. Untuk mengetahui kualitas maka selama proses berlangsung diikuti analisis/pengujian yang meliputi bahan baku, dan produk dari setiap akhir tahapan proses dengan jenis uji sesuai yang diterapkan pada proses pembuatan bahan bakar tipe pelat. Produk ingot paduan U-7Mo-xSi, serbuk U-7Mo-xSi, dan IEB U-7Mo-xSi/Al cukup baik dan memenuhi spesifikasi sehingga hal ini menunjukkan bahwa parameter proses yang diterapkan sudah sesuai, namun untuk pelat elemen bakar yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan terutama ketebalan kelongsongnya masih terdapat beberapa titik pengukuran yang ketebalannya <0,25 mm. Untuk mendapatkan ketebalan kelongsong sebagamana yang dipersyaratakan tersebut perlu dilakukan pengulangan dengan mencoba parameter pengerolan yang lain atau mengganti material kelongsong yang memiliki kekerasan yang lebih tinggi. Kata kunci: Bahan bakar paduan U-7Mo-xSi, densitas uranium tinggi, reaktor riset.
PENGARUH ASAM SITRAT DAN JENIS KEMASAN TERHADAP MUTU MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) Rizki Safira, Faza; Nadhilah, Hasyyati; Permana, Setia; Putri, Selly Harnesa
Pharmacoscript Vol. 7 No. 1 (2024): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v7i1.1294

Abstract

Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) adalah varietas jahe dengan kandungan volatil lebih tinggi daripada jenis jahe lainnya, minyak atsiri jahe merah memiliki banyak aktivitas farmakologis seperti antimikroba, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan. Jenis kemasan dan keberadaan bahan pengkelat bisa mempertahankan mutu minyak atisri jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu minyak atisri jahe merah setelah penambahan variasi kadar asam sitrat yang disimpan dalam kemasan plastik HDPE dan botol kaca gelap. Minyak atsiri jahe merah dimasukkan ke dalam kemasan botol kaca gelap (BKG) dan high-density polyethylene (HDPE) dan masing-masing ditambahkan asam sitrat dengan variasi kadar 0, 2, 4, 6% (b/b) dan didiamkan selama 14 hari. Parameter mutu ditetapkan meliputi kadar zingiberen dan sifat organoleptik (warna, aroma, dan rasa). Hasil penetapan kadar zingiberen secara gas chromatography-mass spectrophotometry (GC-MS) menunjukkan kadar zingiberen tertinggi adalah 21,46±0,03% yang terdapat pada kemasan BKG dengan kadar asam sitat 4% (BKG4). Sampel dengan penambahan asam sitrat 2% dan 4% b/b pada kemasan BKG memiliki warna paling stabil. Sampel dengan botol kaca gelap menghasilkan aroma jahe segar yang lebih baik dibandingkan sampel yang disimpan dalam HDPE. Hasil penelitian dapat disimpulkan minyak atsiri jahe merah yang disimpan di dalam botol kaca gelap dengan penambahan asam sitrat 4% b/b memiliki kadar zingiberen tertinggi yang dimana 0,56% lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan asam sitrat dengan sifat organoleptik stabil.
Karakteristik Selulosa Mikrokristal dan Proses Delignifikasi pada Isolasinya dari Berbagai Sumber Limbah Alami: Characteristics of Microcrystalline Cellulose and Delignification Process on Its Isolation from Various Natural Waste Sources Alatas, Fikri; Permana, Setia
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 6 No. 5 (2024): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v6i5.2005

Abstract

The use of microcrystalline cellulose in the pharmaceutical field is generally used as an excipient in tablet dosage forms. Microcrystalline cellulose is produced from the process of isolating alpha cellulose from various natural wastes through several stages of the process. One of the stages of the isolation process is the separation of lignin from cellulose or known as the delignification process which is the most difficult process stage. This literature review aims to determine the characteristics of microcrystalline cellulose and its isolation process from various natural wastes. This review article was written based on 38 national and international journal articles published in the last 10 years (2013-2023) after being screened based on inclusion and exclusion criteria. Microcrystalline cellulose can be analyzed using the Fourier transform infrared (FTIR) method, powder X-ray diffraction (PXRD), scanning electron microscope (SEM), and differential scanning calorimetry (DSC) and the results of the analysis can show identity, purity, crystallinity index, and morphology. Most alkali treatments in the delignification process use sodium hydroxide and/or sodium sulfite followed by a bleaching process with sodium chlorite or hydroxy peroxide depending on the part of the plant. The delignification process for soft plant parts, such as leaves and fruit skin, generally uses sodium hydroxide and sodium chlorite solutions, while for harder plant parts, for example stems, sodium hydroxide and sodium sulfite are usually used. Keywords:          microcrystalline cellulose, cellulose sources, characteristics, delignification   Abstrak Pemanfaatan selulosa mikrokristal dalam bidang farmasi umumnya digunakan sebagai eksipien dalam bentuk sediaan tablet. Selulosa mikrokristal dihasilkan dari proses isolasi selulosa alfa berbagai limbah alami melalui beberapa tahapan proses. Salah satu tahap proses isolasi adalah pemisahan lignin dari selulosa atau delignifikasi yang merupakan tahapan proses yang paling sulit. Kajian literatur ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik khas selulosa mikrokristal dan proses delignifikasi dari berbagai limbah alami. Artikel review ini ditulis bersumber dari 38 artikel jurnal nasional dan internasional yang terbit pada 10 tahun terakhir (2013-2023) setelah dilakukan penapisan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Selulosa mikrokristal dapat dianalisis dengan metode Fourier transform infrared (FTIR), powder X-ray diffraction (PXRD), scanning electron microscope (SEM), dan differential scanning calorimetry (DSC) dan hasil analisis tersebut bisa menunjukkan identitas, kemurnian, indeks kristalinitas, dan morfologinya. Sebagian besar perlakuan alkali pada proses delignifikasi menggunakan natrium hidroksida dan atau natrium sulfit yang dilanjutkan dengan proses pemutihan dengan natrium klorit atau hidroksi peroksida yang bergantung pada bagian tanamannya. Proses delignifikasi di bagian tanaman yang lunak, seperti daun dan kulit buah umumnya menggunakan larutan natrium hidroksida dan natrium klorit, sementara untuk bagian tanaman yang lebih keras, seperti batang menggunakan natrium hidroksida dan natrium sulfit. Kata Kunci:         selulosa mikrokristal, sumber selulosa, karakteristik, isolasi, delignifikasi