R Poerwanto
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Trips (Thysanoptera: Thripidae) pada Bunga dan Buah Manggis Serta Hubungannya dengan Kejadian Burik -, Fardedi; Maryana, N; Manuwoto, S; Poerwanto, R
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Burik merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu buah manggis di Indonesia. Saat ini informasi tentang kejadian burik pada buah manggis di Indonesia baik penyebab maupun pengelolaannya  masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ialah untuk mempelajari burik buah, dinamika populasi trips, dan hubungan populasi trips dengan kejadian burik pada buah manggis. Penelitian tentang asosiasi serangga trips (Thysanoptera: Thripidae) dengan bunga dan buah serta hubungannya dengan kejadian burik pada buah manggis dilaksanakan di Desa Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dari bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus 2010. Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Institut  Pertanian  Bogor.  Bagian tanaman yang diamati ialah daun muda, kuncup, bunga mekar sempurna, dan buah umur 1–16 minggu setelah antesis (MSA).  Hasil penelitian menunjukkan burik hanya merusak lapisan kutikula dan eksokarp buah manggis. Scirtothrips dorsalis dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera: Thripidae) ditemukan pada daun muda, kuncup, bunga, dan buah manggis. Populasi imago S. dorsalis dan T. hawaiiensis tertinggi ialah 1,15 dan 0,95 indiividu/bunga mekar sempurna, populasi larva tertinggi ditemui pada buah berumur 2 MSA yaitu 8,75 individu. Populasi trips semakin menurun dengan bertambahnya umur buah manggis. Gejala burik paling banyak  muncul pada buah umur 2 dan 3 MSA. Terdapat korelasi antara kepadatan populasi trips pada buah umur 2 dan 3 MSA dengan kejadian burik pada buah manggis. Kepadatan trips sebanyak 10,6 inidividu dapat menimbulkan gejala burik pada buah manggis umur 2 MSA. Karena populasi trips dan gejala burik muncul pada awal pertumbuhan buah, tindakan preventif dengan insektisida dapat dilakukan sebelum tanaman manggis memasuki periode berbunga.ABSTRACT. Fardedi, Maryana, N, Manuwoto, S and Poerwanto, R 2012. Thrips (Thysanoptera: Thripidae) in Flower and Fruit of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) and the Correlation to Fruit Scars. Scars on mangosteen decreases the quality of this fruit economically. At the moment, information about management and causal factor of the scars on mangosteen in Indonesia are very limited. The aims of this research were to investigate the fruit scars, the population dynamic of thrips, and the correlation to the fruit scars. The association between thrips and mangosteen flowers and fruits as well as the correlation between thrips population to the fruit scars was investigated. The research was conducted at Cengal Village, Bogor District, West Java from May 2009 to August 2010. Laboratory investigation was carried out in Insect Biosystematics Laboratory and Plant Anatomy Laboratory, Bogor Agricultural University. Parts of plant observed were the shoot, flower bud, opened-flower, and fruit of 1 - 16 weeks after anthesis (WAA). The scars occurred in fruit cuticle and exocarp. There were two species of thrips, Scirtothrips dorsalis and Thrips hawaiiensis, that were found at flower bud, opened- flower, and fruit. The highest larva population of S. dorsalis  and T. hawaiiensis imago were 1.15 and 0.95 each flowers, the highest larva population was on 2 WAA fruits (8.75). The population of adults for both species was high in opened-flower. The population of larva was also high on fruit 2 WAA. The population of thrips decreased along with fruit growth. Scars occurred on fruit 2 and 3 WAA. There was a correlation between the abundance of thrips on fruit 2–3 WAA and scars at mangosteen fruits. Trips density 10.6 could cause scars on 2 WAA fruits. Thrips population and the symptoms of scars occurred on the early growth of fruits, therefore to control the trips using insecticide was suggested to be applied before flowering stage.
Hubungan antara Ketersediaan Hara Tanah dengan Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis Martias, -; Poerwanto, R; Anwar, S; Hidayati, R
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Cemaran getah kuning merupakan masalah utama yang menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis untuk ekspor. Ketersediaan hara di dalam tanah diduga berpengaruh terhadap cemaran getah kuning. (Tambahkan informasi pada level konsentrasi hara Ca dan Mn yang bagaimana yang berpengaruh terhadap frekuensi/insidensi getah kuning pada manggis).  Penelitian hubungan antara ketersediaan hara tanah dengan cemaran getah kuning pada buah manggis dilakukan di Desa Karacak, Barengkok, Garogek, dan Pusaka Mulia (Jawa Barat),  Koto Lua, Baringin, Pakandangan, Padang Laweh, Lalan (Sumatera Barat), dan Sukarame (Lampung), dari bulan  Desember 2009 sampai Juli 2011 (Perlu ditambahkan informasi yang jelas perbedaan lokasi yang dipilih apakah merepresentasikan adanya perbedaan yang mencolok kasus cemaran getah kuning manggis, sehingga pembaca bisa membaca alasan penentuan lokasi tersebut, mengingat cemaran getah kuning menjadi factor penting penelitian ini). Lokasi penelitian di tingkat desa ditentukan dari hasil wawancara menggunakan teknik purposive sampling dengan pedagang pengumpul di tingkat kecamatan dan desa. Pada setiap lokasi dari 10 sentra produksi yang terpilih, ditentukan 10 tanaman yang representatif  untuk diamati, setiap tanaman diambil 100 buah sampel. Buah manggis yang diamati untuk seluruh lokasi mencapai 10.000 buah (1.000 buah untuk setiap lokasi). Sampel tanah diambil dari zona perakaran pada masing-masing pohon serta dianalisis sifat kimia dan ketersediaan hara tanahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cemaran getah kuning pada buah manggis secara langsung dikendalikan oleh ketersediaan Ca dan Mn dalam tanah. Ketersediaan K, P, Mg, Cu, Zn, dan B dalam tanah secara tidak langsung berpengaruh terhadap cemaran getah kuning (Mekanismenya bagaimana? Perlu dijelaskan). Kalsium berperan mengeliminasi, sedangkan Mn menginduksi cemaran getah kuning pada aril (daging buah) maupun kulit buah manggis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis.ABSTRACT. Martias, Poerwanto, R,  Anwar, S, and Hidayati, R 2012. Relationship between Nutrient Availability of Soil with Yellow Sap Contamination on Mangosteen Fruits. Yellow sap contamination on mangosteen fruits is a major problem that causes poor quality on mangosteen fruits for export. Soil nutrients availability would  be expected influence directly and indirectly in eliminating or inducing yellow sap contamination. Research relationship between nutrients availability with yellow sap contamination on mangosteen fruits was  done in some mangosteen production center areas in the Village Karacak, Barengkok, Garogek, and Pusaka Mulia (West Java), Koto Lua, Baringin, Pakandangan, Padang Laweh, and Lalan (West Sumatera), and Sukarame (Lampung), from December 2009 to July 2011. Research sites at the village level were determined by interviewing traders at district and village levels using purposive sampling technique. At each location of 10 from center production that was selected, determined 10 plants representative to observe, each plant taken 100 fruits sample. Mangosteen fruits were observed for all sites reach 10 thousand pieces (1,000 pieces for each location). Soil samples were taken at the root zone of each tree and analyzed the chemical properties and soil nutrient availability. The results showed that the yellow sap contamination of mangosteen fruits was directly controlled by the availability of Ca and Mn  in the soil. The availability of K, P, Mg, Cu, Zn, and B in the soil indirectly affected yellow sap contamination. Calcium played to eliminate and Mn contributed to induces yellow sap contamination, either aryl and the skin of mangosteen fruits. The results of  this study can be used as the basis for the study contaminat control yellow sap of the  mangosteen fruits.
Korelasi Kadar Hara Fosfor Daun dengan Produksi Tanaman Manggis Liferdi, Lukman; Poerwanto, R; Susila, A D; Idris, K; Mangku, I W
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Analisis daun dapat digunakan sebagai pedoman dalam mendiagnosis status hara dan rekomendasi pupuk pada tanaman manggis. Namun demikian, standar teknik pengambilan contoh daun harus ditentukan secara akurat. Umur daun adalah faktor utama dalam menentukan status hara tanaman buah-buahan. Daun yang tepat dijadikan contoh, yaitu ketika konsentrasi haranya mempunyai korelasi terbaik dengan pertumbuhan dan produksi. Konsentrasi hara mineral pada daun diamati pada 3 lokasi perkebunan manggis, yaitu Kabupaten Bogor, Tasikmalaya, dan Purwakarta mulai Mei 2003 sampai Mei 2004. Dua puluh pohon manggis dewasa yang relatif seragam dari masing-masing kebun diambil daunnya setiap bulan dan dianalisis kandungan P nya. Contoh daun diambil dari daun berumur 2 bulan setelah trubus dan seterusnya secara periodik hingga umur 10 bulan. Pengamatan produksi mencakup jumlah bunga yang mekar, jumlah bunga yang rontok, dan jumlah serta bobot buah per pohon. Sedangkan kualitas buah dilihat dari konsentrasi N,P, dan K dari masing-masing bagian buah dan padatan terlarut total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hara nitrogen, fosfor, dan kalium pada daun berkurang dengan bertambahnya umur. Pada daun asal Purwakarta, kadarnya lebih tinggi daripada Tasikmalaya dan Bogor serta berkorelasi positif dengan produksi. Korelasi konsentrasi P dari beberapa umur daun dengan produksi yang paling baik adalah daun umur 4 dan 5 bulan, dengan koefisien korelasi masing-masing di atas 0,7. Oleh karena itu, daun yang tepat sebagai alat diagnosis hara P untuk tanaman manggis adalah daun umur 4-5 bulan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun rekomendasi pemupukan untuk tanaman manggis.ABSTRACT. Liferdi, R. Poerwanto, A.D. Susila, K. Idris, and I.W. Mangku. 2008. Correlation Test of Leaf Phosphor Nutrient with Mangosteen Production. Leaf analysis can be used as a guide to diagnose nutritional status and as a fertilizer recommendation tool for mangosteen tree. Therefore, sampling technique of standard leaf sampled should be established acurately. Leaves age are the main important factor to estimate plant nutritional status. The best of leaf sampling was the one which has the best correlation between leaf nutrients concentration with growth and yield. Leaf nutrient concentration was investigated on the mangosteen production orchard, at Bogor, Tasikmalaya, and Purwakarta Regency. Twenty relatively uniform and representative mangosteen trees had been selected, and every month leaf sample was analyzed for P concentration. Leaves sample were taken at 2 months after flush and then periodically up to 10 moths. Observations were done for number of open flower, number of dropped flower, and number as well as weight of fruit per plant. While for fruit quality analysis was done on the TSS of the flesh and the N, P, and K content of fruit parts. The results showed that 4 and 5 months leaf age were the best to be used as a leaf sample to diagnose P status since it has the highest correlation (above 0.7) between P concentration in the leaf and mangosteen fruit production. Phosphor concentration on the leaves decreased with the age of leaves increased. Mangosteen leaves from Purwakarta contained more P than those from Tasikmalaya and Bogor. This results can be used as a guide to estimate fertilizers recommendations for mangosteen.
Indeks Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Jeruk Berkelanjutan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat Iswari, D; Sutjahjo, S H; Poerwanto, R
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keberlanjutan pengembangan Kawasan Sentra Produksi Jeruk Berkelanjutan (KSPJB) di Kabupaten Agam melalui 5 dimensi. Faktor dominan terhadap keberlanjutan diidentifikasi untuk memformulasikan rekomendasi kebijakan pengembangan KSPJB. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengembangan KSPJB di Kabupaten Agam termasuk dalam kriteria tidak berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan (IKB) sebesar 49,56%, di antara skala keberlanjutan 0 (buruk) dan 100% (baik). Besarnya IKB masing-masing dimensi berturut-turut ialah dimensi ekologi dan sosial sebesar 51,29 dan 53,63% termasuk dalam kriteria berkelanjutan. Sedangkan dimensi ekonomi, teknologi, dan kelembagaan berturut-turut sebesar 48,82, 39,53, dan 35,21% termasuk dalam kriteria tidak berkelanjutan. Terdapat 14 faktor dominan/sensitif terhadap keberlanjutan KSPJB. Empat skenario perbaikan IKB dilakukan untuk memformulasi rekomendasi kebijakan pengembangan KSPJB. Rekomendasi kebijakan berdasarkan pada Skenario IV ialah skala prioritas jangka pendek melalui perbaikan dimensi kelembagaan, jangka menengah melalui perbaikan dimensi ekologi dan sosial, serta jangka panjang melalui perbaikan dimensi ekonomi dan teknologi.ABSTRACT. Iswari, D., S.H. Sutjahjo, R. Poerwanto, A.K. Seta, and A. Bey. 2008. Sustainability Index of Development of Citrus Production Center at Agam District, West Sumatera. The aim of the research was to elucidate sustainability index of citrus development at 5 dimensions. The key factors that affect sustainability were determined in order to formulate the policy recommendation for developing sustainable citrus production center. The results of the research indicated that the development of citrus production center in Agam District was determined as unsustainable. The sustainability index was 49.56%, within range of 0 (bad) to 100% (good). The sustainability index of ecology and social dimension were 51.29 and 51.63%, respectively which were determined as sustainable, while sustainability index of economic, technology, and institution dimensions were 48.02, 39.52, and 35.21% respectively which were determined as unsustainable. There were 14 important factors affected sustainability. Four scenarios were built to develop policy recommendations of sustainable development of citrus production center. The recommendation was based on scenario IV that determined as short term by improving institutions dimension, medium term by improving ecology and social dimensions, and long term by improving economic and technology dimensions.
Trips (Thysanoptera: Thripidae) pada Bunga dan Buah Manggis Serta Hubungannya dengan Kejadian Burik -, Fardedi; Maryana, N; Manuwoto, S; Poerwanto, R
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n2.2012.p120-129

Abstract

ABSTRAK. Burik merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu buah manggis di Indonesia. Saat ini informasi tentang kejadian burik pada buah manggis di Indonesia baik penyebab maupun pengelolaannya  masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ialah untuk mempelajari burik buah, dinamika populasi trips, dan hubungan populasi trips dengan kejadian burik pada buah manggis. Penelitian tentang asosiasi serangga trips (Thysanoptera: Thripidae) dengan bunga dan buah serta hubungannya dengan kejadian burik pada buah manggis dilaksanakan di Desa Cengal, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dari bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus 2010. Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga dan Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Institut  Pertanian  Bogor.  Bagian tanaman yang diamati ialah daun muda, kuncup, bunga mekar sempurna, dan buah umur 1–16 minggu setelah antesis (MSA).  Hasil penelitian menunjukkan burik hanya merusak lapisan kutikula dan eksokarp buah manggis. Scirtothrips dorsalis dan Thrips hawaiiensis (Thysanoptera: Thripidae) ditemukan pada daun muda, kuncup, bunga, dan buah manggis. Populasi imago S. dorsalis dan T. hawaiiensis tertinggi ialah 1,15 dan 0,95 indiividu/bunga mekar sempurna, populasi larva tertinggi ditemui pada buah berumur 2 MSA yaitu 8,75 individu. Populasi trips semakin menurun dengan bertambahnya umur buah manggis. Gejala burik paling banyak  muncul pada buah umur 2 dan 3 MSA. Terdapat korelasi antara kepadatan populasi trips pada buah umur 2 dan 3 MSA dengan kejadian burik pada buah manggis. Kepadatan trips sebanyak 10,6 inidividu dapat menimbulkan gejala burik pada buah manggis umur 2 MSA. Karena populasi trips dan gejala burik muncul pada awal pertumbuhan buah, tindakan preventif dengan insektisida dapat dilakukan sebelum tanaman manggis memasuki periode berbunga.ABSTRACT. Fardedi, Maryana, N, Manuwoto, S and Poerwanto, R 2012. Thrips (Thysanoptera: Thripidae) in Flower and Fruit of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) and the Correlation to Fruit Scars. Scars on mangosteen decreases the quality of this fruit economically. At the moment, information about management and causal factor of the scars on mangosteen in Indonesia are very limited. The aims of this research were to investigate the fruit scars, the population dynamic of thrips, and the correlation to the fruit scars. The association between thrips and mangosteen flowers and fruits as well as the correlation between thrips population to the fruit scars was investigated. The research was conducted at Cengal Village, Bogor District, West Java from May 2009 to August 2010. Laboratory investigation was carried out in Insect Biosystematics Laboratory and Plant Anatomy Laboratory, Bogor Agricultural University. Parts of plant observed were the shoot, flower bud, opened-flower, and fruit of 1 - 16 weeks after anthesis (WAA). The scars occurred in fruit cuticle and exocarp. There were two species of thrips, Scirtothrips dorsalis and Thrips hawaiiensis, that were found at flower bud, opened- flower, and fruit. The highest larva population of S. dorsalis  and T. hawaiiensis imago were 1.15 and 0.95 each flowers, the highest larva population was on 2 WAA fruits (8.75). The population of adults for both species was high in opened-flower. The population of larva was also high on fruit 2 WAA. The population of thrips decreased along with fruit growth. Scars occurred on fruit 2 and 3 WAA. There was a correlation between the abundance of thrips on fruit 2–3 WAA and scars at mangosteen fruits. Trips density 10.6 could cause scars on 2 WAA fruits. Thrips population and the symptoms of scars occurred on the early growth of fruits, therefore to control the trips using insecticide was suggested to be applied before flowering stage.
Korelasi Kadar Hara Fosfor Daun dengan Produksi Tanaman Manggis Lukman Liferdi; R Poerwanto; A D Susila; K Idris; I W Mangku
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Analisis daun dapat digunakan sebagai pedoman dalam mendiagnosis status hara dan rekomendasi pupuk pada tanaman manggis. Namun demikian, standar teknik pengambilan contoh daun harus ditentukan secara akurat. Umur daun adalah faktor utama dalam menentukan status hara tanaman buah-buahan. Daun yang tepat dijadikan contoh, yaitu ketika konsentrasi haranya mempunyai korelasi terbaik dengan pertumbuhan dan produksi. Konsentrasi hara mineral pada daun diamati pada 3 lokasi perkebunan manggis, yaitu Kabupaten Bogor, Tasikmalaya, dan Purwakarta mulai Mei 2003 sampai Mei 2004. Dua puluh pohon manggis dewasa yang relatif seragam dari masing-masing kebun diambil daunnya setiap bulan dan dianalisis kandungan P nya. Contoh daun diambil dari daun berumur 2 bulan setelah trubus dan seterusnya secara periodik hingga umur 10 bulan. Pengamatan produksi mencakup jumlah bunga yang mekar, jumlah bunga yang rontok, dan jumlah serta bobot buah per pohon. Sedangkan kualitas buah dilihat dari konsentrasi N,P, dan K dari masing-masing bagian buah dan padatan terlarut total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hara nitrogen, fosfor, dan kalium pada daun berkurang dengan bertambahnya umur. Pada daun asal Purwakarta, kadarnya lebih tinggi daripada Tasikmalaya dan Bogor serta berkorelasi positif dengan produksi. Korelasi konsentrasi P dari beberapa umur daun dengan produksi yang paling baik adalah daun umur 4 dan 5 bulan, dengan koefisien korelasi masing-masing di atas 0,7. Oleh karena itu, daun yang tepat sebagai alat diagnosis hara P untuk tanaman manggis adalah daun umur 4-5 bulan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun rekomendasi pemupukan untuk tanaman manggis.ABSTRACT. Liferdi, R. Poerwanto, A.D. Susila, K. Idris, and I.W. Mangku. 2008. Correlation Test of Leaf Phosphor Nutrient with Mangosteen Production. Leaf analysis can be used as a guide to diagnose nutritional status and as a fertilizer recommendation tool for mangosteen tree. Therefore, sampling technique of standard leaf sampled should be established acurately. Leaves age are the main important factor to estimate plant nutritional status. The best of leaf sampling was the one which has the best correlation between leaf nutrients concentration with growth and yield. Leaf nutrient concentration was investigated on the mangosteen production orchard, at Bogor, Tasikmalaya, and Purwakarta Regency. Twenty relatively uniform and representative mangosteen trees had been selected, and every month leaf sample was analyzed for P concentration. Leaves sample were taken at 2 months after flush and then periodically up to 10 moths. Observations were done for number of open flower, number of dropped flower, and number as well as weight of fruit per plant. While for fruit quality analysis was done on the TSS of the flesh and the N, P, and K content of fruit parts. The results showed that 4 and 5 months leaf age were the best to be used as a leaf sample to diagnose P status since it has the highest correlation (above 0.7) between P concentration in the leaf and mangosteen fruit production. Phosphor concentration on the leaves decreased with the age of leaves increased. Mangosteen leaves from Purwakarta contained more P than those from Tasikmalaya and Bogor. This results can be used as a guide to estimate fertilizers recommendations for mangosteen.
Hubungan antara Ketersediaan Hara Tanah dengan Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis - Martias; R Poerwanto; S Anwar; R Hidayati
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n2.2012.p111-119

Abstract

ABSTRAK. Cemaran getah kuning merupakan masalah utama yang menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis untuk ekspor. Ketersediaan hara di dalam tanah diduga berpengaruh terhadap cemaran getah kuning. (Tambahkan informasi pada level konsentrasi hara Ca dan Mn yang bagaimana yang berpengaruh terhadap frekuensi/insidensi getah kuning pada manggis). Penelitian hubungan antara ketersediaan hara tanah dengan cemaran getah kuning pada buah manggis dilakukan di Desa Karacak, Barengkok, Garogek, dan Pusaka Mulia (Jawa Barat), Koto Lua, Baringin, Pakandangan, Padang Laweh, Lalan (Sumatera Barat), dan Sukarame (Lampung), dari bulan Desember 2009 sampai Juli 2011 (Perlu ditambahkan informasi yang jelas perbedaan lokasi yang dipilih apakah merepresentasikan adanya perbedaan yang mencolok kasus cemaran getah kuning manggis, sehingga pembaca bisa membaca alasan penentuan lokasi tersebut, mengingat cemaran getah kuning menjadi factor penting penelitian ini). Lokasi penelitian di tingkat desa ditentukan dari hasil wawancara menggunakan teknik purposive sampling dengan pedagang pengumpul di tingkat kecamatan dan desa. Pada setiap lokasi dari 10 sentra produksi yang terpilih, ditentukan 10 tanaman yang representatif untuk diamati, setiap tanaman diambil 100 buah sampel. Buah manggis yang diamati untuk seluruh lokasi mencapai 10.000 buah (1.000 buah untuk setiap lokasi). Sampel tanah diambil dari zona perakaran pada masing-masing pohon serta dianalisis sifat kimia dan ketersediaan hara tanahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cemaran getah kuning pada buah manggis secara langsung dikendalikan oleh ketersediaan Ca dan Mn dalam tanah. Ketersediaan K, P, Mg, Cu, Zn, dan B dalam tanah secara tidak langsung berpengaruh terhadap cemaran getah kuning (Mekanismenya bagaimana? Perlu dijelaskan). Kalsium berperan mengeliminasi, sedangkan Mn menginduksi cemaran getah kuning pada aril (daging buah) maupun kulit buah manggis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis. ABSTRACT. Martias, Poerwanto, R, Anwar, S, and Hidayati, R 2012. Relationship between NutrientAvailability of Soil with Yellow Sap Contamination on Mangosteen Fruits. Yellow sap contamination on mangosteen fruits is a major problem that causes poor quality on mangosteen fruits for export. Soil nutrients availability would be expected influence directly and indirectly in eliminating or inducing yellow sap contamination. Research relationship between nutrients availability with yellow sap contamination on mangosteen fruits was done in some mangosteen production center areas in the Village Karacak, Barengkok, Garogek, and Pusaka Mulia (West Java), Koto Lua, Baringin, Pakandangan, Padang Laweh, and Lalan (West Sumatera), and Sukarame (Lampung), from December 2009 to July 2011. Research sites at the village level were determined by interviewing traders at district and village levels using purposive sampling technique. At each location of 10 from center production that was selected, determined 10 plants representative to observe, each plant taken 100 fruits sample. Mangosteen fruits were observed for all sites reach 10 thousand pieces (1,000 pieces for each location). Soil samples were taken at the root zone of each tree and analyzed the chemical properties and soil nutrient availability. The results showed that the yellow sap contamination of mangosteen fruits was directly controlled by the availability of Ca and Mn in the soil. The availability of K, P, Mg, Cu, Zn, and B in the soil indirectly affected yellow sap contamination. Calcium played to eliminate and Mn contributed to induces yellow sap contamination, either aryl and the skin of mangosteen fruits. The results of this study can be used as the basis for the study contaminat control yellow sap of the mangosteen fruits.
Indeks Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Jeruk Berkelanjutan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat D Iswari; S H Sutjahjo; R Poerwanto
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keberlanjutan pengembangan Kawasan Sentra Produksi Jeruk Berkelanjutan (KSPJB) di Kabupaten Agam melalui 5 dimensi. Faktor dominan terhadap keberlanjutan diidentifikasi untuk memformulasikan rekomendasi kebijakan pengembangan KSPJB. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengembangan KSPJB di Kabupaten Agam termasuk dalam kriteria tidak berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan (IKB) sebesar 49,56%, di antara skala keberlanjutan 0 (buruk) dan 100% (baik). Besarnya IKB masing-masing dimensi berturut-turut ialah dimensi ekologi dan sosial sebesar 51,29 dan 53,63% termasuk dalam kriteria berkelanjutan. Sedangkan dimensi ekonomi, teknologi, dan kelembagaan berturut-turut sebesar 48,82, 39,53, dan 35,21% termasuk dalam kriteria tidak berkelanjutan. Terdapat 14 faktor dominan/sensitif terhadap keberlanjutan KSPJB. Empat skenario perbaikan IKB dilakukan untuk memformulasi rekomendasi kebijakan pengembangan KSPJB. Rekomendasi kebijakan berdasarkan pada Skenario IV ialah skala prioritas jangka pendek melalui perbaikan dimensi kelembagaan, jangka menengah melalui perbaikan dimensi ekologi dan sosial, serta jangka panjang melalui perbaikan dimensi ekonomi dan teknologi.ABSTRACT. Iswari, D., S.H. Sutjahjo, R. Poerwanto, A.K. Seta, and A. Bey. 2008. Sustainability Index of Development of Citrus Production Center at Agam District, West Sumatera. The aim of the research was to elucidate sustainability index of citrus development at 5 dimensions. The key factors that affect sustainability were determined in order to formulate the policy recommendation for developing sustainable citrus production center. The results of the research indicated that the development of citrus production center in Agam District was determined as unsustainable. The sustainability index was 49.56%, within range of 0 (bad) to 100% (good). The sustainability index of ecology and social dimension were 51.29 and 51.63%, respectively which were determined as sustainable, while sustainability index of economic, technology, and institution dimensions were 48.02, 39.52, and 35.21% respectively which were determined as unsustainable. There were 14 important factors affected sustainability. Four scenarios were built to develop policy recommendations of sustainable development of citrus production center. The recommendation was based on scenario IV that determined as short term by improving institutions dimension, medium term by improving ecology and social dimensions, and long term by improving economic and technology dimensions.