Pendidikan arsitektur di Asia Tenggara memiliki peran strategis dalam menanggapi krisis energi dan tantangan perubahan iklim. Namun, pendidikan ini memiliki keterbatasan dalam mengintegrasikan teknologi energi terbarukan seperti fotovoltaik (PV) ke dalam kurikulum dan praktik desain di iklim tropis. Penelitian ini mengusulkan model pendidikan arsitektur berkelanjutan berbasis PV yang dapat menumbuhkan pemikiran ekologis dan kreativitas pada siswa melalui pendekatan studio berbasis proyek. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus komparatif antara Universitas Bangkok di Thailand dan eksperimen prototipe independen di Indonesia. Data dikumpulkan melalui dokumentasi proyek, observasi langsung, dan tinjauan pustaka, kemudian dianalisis secara tematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Universitas Bangkok telah berhasil menerapkan sistem pembelajaran transdisipliner yang mengintegrasikan PV dalam desain arsitektur melalui kompetisi Solar Decathlon Eropa. Sementara itu, di Indonesia, prototipe awal stasiun pengisian daya ponsel pintar berbasis PV menunjukkan bahwa sistem energi mandiri skala mikro sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Pada penelitian ini, prototipe awalnya tidak memiliki struktur fisik permanen. Kedua penelitian menunjukkan bahwa PV dapat menjadi solusi teknis dan media pedagogis untuk meningkatkan kesadaran ekologis siswa. Studi ini menyimpulkan bahwa mengintegrasikan PV dalam pendidikan arsitektur dapat menjembatani kesenjangan antara eksplorasi kreatif dan eksperimen teknologi. Model ini memberikan kontribusi strategis bagi lembaga pendidikan tinggi di Asia Tenggara. Model pembelajaran ini dapat menghasilkan generasi desainer yang adaptif, kolaboratif, dan visioner menuju masa depan yang berkelanjutan. Architecture education in Southeast Asia has a strategic role in responding to the energy crisis and climate change challenges. However, this education has limitations in integrating renewable energy technologies such as photovoltaic (PV) into the curriculum and design practices in tropical climates. This study proposes a model of sustainable architecture education based on PV that can foster ecological thinking and creativity in students through a project-based studio approach. The research method used is a comparative case study between Bangkok University in Thailand and an independent prototype experiment in Indonesia. Data were collected through project documentation, direct observation, and literature review, and then analyzed thematically. The results show that Bangkok University has successfully implemented a transdisciplinary learning system that integrates PV in architectural design through the Solar Decathlon Europe competition. Meanwhile, in Indonesia, an early prototype of a smartphone PV-based charging station shows that a micro-scale self-sufficient energy system is very possible to develop. In this study, the prototype initially did not have a permanent physical structure. Both studies show that PV can be a technical solution and a pedagogical medium to increase students' ecological awareness. This study concludes that integrating PV in architectural education can bridge the gap between creative exploration and technological experimentation. This model provides a strategic contribution to higher education institutions in Southeast Asia. This learning model can produce a generation of adaptive, collaborative, and visionary designers towards a sustainable future.