Rosyeline Tinggi
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Suara Perempuan Rosyeline Tinggi
Jurnal Amanat Agung Vol 5 No 1 (2009): Jurnal Amanat Agung Vol. 5 No. 1 Tahun 2009
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.832 KB)

Abstract

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi perhatian yang serius terhadap isu gender. Hal ini tergambar dalam “The UN Millennium Development Goals.” Salah satu tujuan PBB dalam milenium ini adalah “promote gender equality and empower women.” Tak dapat dipungkiri bahwa isu-isu yang berkaitan dengan gender cukup menyita perhatian khalayak untuk diperbincangkan bahkan diperdebatkan. Hal ini disebabkan isu gender menyentuh bagian terdalam identitas kita. Selain itu, sistem sosial dan struktur kemasyarakatan acap kali dikelola berdasarkan perbedaan gender. Dalam bidang pendidikan, isu ini juga muncul namun dalam banyak kasus diabaikan.
MENGAJARKAN INJIL KEPADA ANAK USIA EMPAT SAMPAI LIMA TAHUN Rosyeline Tinggi
Jurnal Amanat Agung Vol 6 No 1 (2010): Jurnal Amanat Agung Vol. 6 No. 1 Tahun 2010
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.913 KB)

Abstract

MENGAJARKAN INJIL KEPADA ANAK USIA EMPAT SAMPAI LIMA TAHUN
PEREMPUAN DAN DIRINYA Rosyeline Tinggi
Jurnal Amanat Agung Vol 12 No 2 (2016): Jurnal Amanat Agung Vol. 12 No. 2 Tahun 2016
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.173 KB)

Abstract

Kehidupan dan perkembangan spiritualitas perempuan dewasa tidak dapat dilepaskan dari konteks relasi yang mencakup relasi dengan Tuhan Sang Pencipta, sesama, diri sendiri dan ciptaan lainnya. Memahami diri sendiri dan berada dalam relasi yang harmonis dengan diri sendiri acap kali terabaikan dan dibiarkan rusak tanpa ada upaya untuk menemukan makna keberadaan diri. Tulisan singkat ini ingin menunjukkan pentingnya perempuan memahami dirinya sebagai bagian dari perjalanan spiritualitasnya. Hal ini mungkin terjadi oleh karena di dalam Kristus, semua ciptaan dimerdekakan dan dipulihkan, termasuk relasi dengan diri sendiri. Mengasihi diri dimaknai bukan sebagai mengasihani, melainkan mengasihi dengan benar dan terhubung dengan sumber kasih sejati.
TEMPAT “SCHOOLING MODEL” DALAM PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA UNTUK PENDEWASAAN IMAN DAN KESAKSIAN DI TENGAH MASYARAKAT Rosyeline Tinggi
Jurnal Amanat Agung Vol 7 No 1 (2011): Jurnal Amanat Agung Vol. 7 No. 1 Tahun 2011
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.402 KB)

Abstract

TEMPAT “SCHOOLING MODEL” DALAM PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA UNTUK PENDEWASAAN IMAN DAN KESAKSIAN DI TENGAH MASYARAKAT
PENGAJARAN UNTUK KOMITMEN Rosyeline Tinggi
Jurnal Amanat Agung Vol 10 No 2 (2014): Jurnal Amanat Agung Vol. 10 No. 2 Tahun 2014
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mahasiswa/i di seminari haruslah memperbaharui komitmen mereka kepada Tuhan. Seringkali komitmen ini memudar oleh karena pengenalan akan Tuhan hanya terjadi dalam pikiran, bukan di hati. Oleh karena itu dibutuhkan pengajaran yang dapat mengundang mereka kembali untuk memperdalam komitmen mereka kepada Tuhan. Richard Robert Osmer memberikan lima langkah yang dapat digunakan untuk mengajar mahasiswa/i di seminari memperbaharui komitmen kepada Tuhan. Lima langkah tersebut adalah mengingat (remembering), merefleksikan (reflecting), mempertemukan (encountering), membagikan (sharing) dan memutuskan (deciding). Lima langkah ini bukan sebagai sebuah matakuliah baru melainkan konten yang dapat disampaikan di kelas.
KARAKTERISTIK "TEACHING" MENURUT MARIA HARRIS DAN IMPLIKASI BAGI KURIKULUM PENDIDIKAN KRISTEN Rosyeline Tinggi
Jurnal Amanat Agung Vol 4 No 1 (2008): Jurnal Amanat Agung Vol. 4 No. 1 Tahun 2008
Publisher : STT Amanat Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KARAKTERISTIK "TEACHING" MENURUT MARIA HARRIS DAN IMPLIKASI BAGI KURIKULUM PENDIDIKAN KRISTEN
Teologi yang Berdialog dalam Perjumpaan Budaya : Refleksi Teologis mengenai Koinonia dalam Tradisi Ma’Kombongan (Gotong-Royong) di Toraja dan Implementasinya Wendi Triseptyadi Patandean; Silaban, Tri Oktavia Hartati; Rosyeline Tinggi
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 4 No 2 (2024): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54170/dp.v4i2.683

Abstract

Abstrak: Persekutuan merupakan suatu panggilan Gereja dalam misinya didunia, karena dengan persekutuan itu manusia bisa mengenal Allah dan hidup didalam Allah. Persekutuan sendiri terkadang orang mengidentikkannya hanya terjadi didalam Gereja saja, sehingga ketika diluar Gereja hanyalah sebatas hubungan relasional semata. Secara khusus, dalam konteks Toraja terdapat sebuah tradisi yaitu ma’kombongan yang dimana tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun dalam menjalin relasi antar sesama, dan juga menolong sesama dengan cara bergotong-royong dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan pekerjaan. Dari perspektif penulis sendiri, melihat tradisi tersebut sebuah refleksi persekutuan yang bukan hanya tercipta dalam sebuah Gereja tetapi persekutuan yang tercipta antar sesama melalui kebudayaan. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif yaitu deskriptif, dan melakukan pengumpulan data dengan wawancara pada yang bersangkutan. Tujuan dari penelitian ini, ingin menemukan makna dan nilai dari tradisi ma’kombongan sebagai sebuah refleksi koinonia yang perlu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bergereja. Penelitian ini menemukan bahwa tradisi ma’kombongan merupakan sebuah tradisi yang memiliki makna dan nilai dimana orang menjalin kerjasama karena tidak bisa dilakukan secara personal, orang menjalin moderasi beragama, dan juga menjadi sebuah persekutuan yang komprehensif yang menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Jadi persekutuan tidak hanya dilihat bahwa itu terjadi dalam Gereja, tetapi persekutuan yang Yesus inginkan adalah persekutuan yang komprehensif dan menjangkau semua orang. Tradisi ma’kombongan perlu untuk dikonservasi agar tetap terpelihara dan menjadi sumber edukasi dalam berbangsa dan bernegara yang berbasis kearifan lokal.