Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Description of Mothers with Stunting Toddlers in Cikunir Village Singaparna Health Center, Tasikmalaya Regency In 2020 Santi Susanti
JURNAL KEBIDANAN Vol 11, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jkb.v11i2.7641

Abstract

Stunting is one of the nutritional problems experienced by children under five years old (toddlers). The average prevalence of stunting under five in Indonesia in 2005-2017 was 36.4%. The Tasikmalaya Regency Health and Population Control Office recorded that the stunting rate until September 2019 reached 33.8%. The general objective of the study was to obtain an overview of the risk factors for pregnancy in mothers of stunting toddlers. The method used is a descriptive method. The research population was mothers of children under five stunting in the Cikunir village area in 2020. The sampling technique used total sampling. The number of research respondents was 46 respondents. The research data used primary data. Procedure for data collection by distributing questionnaires to respondents. Data analysis used univariate analysis. The results of the study found: (1) Mother's age during pregnancy was mostly in the healthy reproductive age range, namely 33 people (71.7%), (2) Antenatal Care mostly carried out pregnancy checks 4 times or according to the standard ANC visits, (3 ) History of pregnancy with mild anemia 15 people (32.6%). Conclusion. Maternal pregnancy history of stunting toddlers was found mostly in healthy reproductive age, most of the ANC were regular and a small part had risk factors for anemia in pregnancy. Suggestions for pregnant women should be regular ANC so that they can control the development of pregnancy and the fetus and consume Fe tablets of at least 90 tablets during pregnancy and eat a balanced diet
GAMBARAN KOMPLIKASI PERSALINAN PADA IBU HAMIL DENGAN FAKTOR RESIKO USIA TERLALU TUA DI PUSKESMAS CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA Santi Susanti
Journal of Midwifery and Public Health Vol 2, No 2 (2020): November
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/jmph.v2i2.6877

Abstract

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan. Tingginya kematian Ibu Indonesia disebabkan oleh komplikasi obstetrik yaitu perdarahan berkisar (40-60%) dari total angka kematian Ibu, pre eklampsia (20-30%) dan infeksi jalan lahir (20-30%). Selain itu keadaan ibu yang dapat berpengaruh terhadap kehamilannya seperti anemia, kurang energy kronis (KEK) dan keadaan “4 Terlalu” yaitu terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran komplikasi persalinan pada ibu bersalin dengan factor resiko usia lebih dari 35 tahun. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Cisayong Kabupaten Tasikmalaya pada 1-2 juni 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan usia lebih dari 35 tahun periode januari – Mei 2018. Sampel penelitian berjumlah 33 orang. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami komplikasi dengan faktor resiko terlalu tua sebanyak 28 orang (84,8%) dan yang mengalami persalinan normal 5 orang (15,2%). Jenis komplikasi yag terjadi meliputi sebagai berikut : mengalami Preeklamsia Berat sebanyak 10 orang (30,3%), partus lama sebanyak 7 orang (21,2%), KPD sebanyak 6 orang (18,2%), Fetal Distress 3 orang (10,7%), Sungsang dan BBLR 1 kasus (3,6%) . Simpulan. Ibu hamil dengan faktor resiko usia ≥ 35 tahun sebagian besar mengalami komplikasi dalam persalinan yaitu 84,8%. Saran untuk pasangan usia subur sebaiknya merencanakan kehamilan pada usia reproduksi sehat yaitu rentang 20 – 35 tahun. Jika diluar usia tersebut sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi.Maternal mortality rate (MMR) is one indicator of health development. The high maternal mortality rate in Indonesia is caused by complications, namely bleeding (40-60%) of the total maternal mortality rate, pre-eclampsia (20-30%) and infection of the birth canal (20-30%). In addition, the condition of the mother that can affect her pregnancy such as anemia,lack of energy chronic and the "4 Too" state, namely too old, too young, too often, too much. (Ministry of Health RI, 2015). The purpose of this study was to determine the description of childbirth complications in women giving birth with factors risk over 35 years of age. This research method uses quantitative methods with a descriptive approach. The study was carried out in Cisayong, Tasikmalaya Regency on June 1-2 2018. The population in this study were all maternity mothers with an age of more than 35 years for the period January - May 2018. The research sample amounted to 33 people. techniques were Data collection carried out using secondary data. The analysis carried out is univariate analysis. The results showed that the respondents who experienced complications with risk factors were 28 people (84.8%) and 5 people who experienced normal delivery (15.2%). Types of complications that occur include the following: experienced severe preeclampsia as many as 10 people (30.3%), prolonged labor as many as 7 people (21.2%), KPD as many as 6 people (18.2%), Fetal Distress 3 people (10 ,7%), breech and LBW 1 case (3,6%). Conclusion. Pregnant women with risk factors aged 35 years experienced complications in childbirth, namely 84.8%. Suggestions for couples of childbearing age should plan a pregnancy at a healthy reproductive age, which is a range of 20-35 years. If you are beyond that age, you should use long-term contraceptives.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Kader Posyandu Remaja Uswatun Hasanah Desa Cikunir Santi Susanti; Hapi Apriasih; Tupriliany Danefi
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2020): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.822 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v3i2.579

Abstract

Masa remaja merupakan masa storm and stress, karena remaja mengalami banyak tantangan baik dari diri mereka sendiri (biopsychosocial factors) ataupun lingkungan (environmental factors). Apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, mereka dapat berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang begitu kompleks sebagai akibat dari perilaku berisiko yang mereka lakukan. Melalui focus grup discucion (FGD) diperoleh informasi dari 35 responden remaja sebagai berikut 48,7% belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi khususnya terkait infeksi menular seksual, 45,71% sudah mempunyai pacar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membentuk kader posyandu remaja di Desa Cikunir wilayah kerja puskesmas Singaaparna Kabupten Tasikmlaya tahun 2019. Melalui program ini manfaat untuk Desa Cikunir akan mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dalam menyelenggarakan posyandu remaja di wilayah desa. Metode dalam program pengabdian masyarakat menggunakan metode eskperimen dengan metode one group pretest posttest. Pretest pertama dilakukan untuk mengukur pengetahuan kader remaja tentang posyandu remaja, kesehaatan reproduksi, gizi pada remaja dan IMS-HIV/AIDS. Kemudian para kader mendapatkan pelatihan terkait materi posyandu remaja selama 2 hari. Postest dilakukan setelah kegiatan pelatihan selesai. Hasil analisis data ditemukan perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dengan setelah pelatihan kader dilaksanakan. Uji bivariate menunjukkan p< 0,05 artinya terdapat perbedaan pengetahuan sebelum diberikan pelatihan dengan pengetahuan subyek setelah diberikan pelatihan. Kesimpulan melalui pelatihan kader remaja mampu meningkatkan perubahan pengetahuan kader posyandu remaja. Kepada ketua kelompok kerja posyandu untuk dapat meningkatkan program pembinaan kader posyandu remaja melalui pendidikan dan pelatihan yang rutin dan berkelanjutan. Kepada Puskesmas disarankan untuk membina dan melakukan pemantauan posyandu sehingga mampu membentuk posyandu remaja yang mandiri.