Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Knowledge and Attitude’s Men in Family Planning with Stop Motion Video Design in Tasikmalaya District Hapi Apriasih; Tupriliany Danefi
JURNAL KEBIDANAN Vol 10, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jkb.v10i1.5428

Abstract

Indonesia is facing problems with the quantity and quality of human resources. One of the controls on this population is the family planning program. Currently, implementation of development-oriented to justice and gender equality in Indonesia has been implemented, it needs efforts to increase men's participation in family planning, namely by promoting media using digital marketing, one of which is by stop motion animation video media. The purpose of this study is to know the differences in knowledge and attitudes of men/husbands about male contraception in family planning before and after the screening of stop motion videos and to know the picture of male participation in family planning. The research method used was Pre-Experimental with one group pre-test and post-test design. The statistical test used is Wilcoxon. Based on data in Tasikmalaya in 2017 the coverage of contraceptive use from 8589 active acceptors there were 134 condom users (1.56%) and 10 MOP (0.11%) while in 2018 the contraceptive use coverage of 9376 active acceptors contained users 134 condoms (0.014%) and MOP 14 people (0.10%) the data shows that although there was an increase in the number of active family planning acceptors which was 0.22%, the number of male acceptor users decreased including 0.01% MOP and condom 1,54%. An increase in average knowledge after video viewing to 72.42 with an increase of 16.08 for knowledge and attitude variables to become 33.77 with an increase of 1.65 it illustrates the use of video stop motion media effective in increasing male knowledge.
Effectiveness of Consumption Iron Tablets with Orange Juice to Increase Haemoglobin Levels in Pregnancy Tupriliany Danefi; Hapi Apriasih
JURNAL KEBIDANAN Vol 10, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jkb.v10i1.5427

Abstract

Pregnant women have a risk of anemia. The incidence of anemia in first trimester of pregnancy is 20%, second trimester of 70% and third of 70%. More than ¾ pregnant women experience iron deficiency and more than 1/3 pregnant women have anemia.The purpose of this research was to determine effectiveness of consumption iron tablets with orange juice to increase hemoglobin levels in pregnancy in the working area of Singaparna Public Health Center Tasikmalaya in 2019. Research used quantitative analytical with Quasi Experiment with design pre-test and post-test with control group. The analysis used is univariate, bivariate analysis used paired T- test and Wilcoxon test. The population in this research were all Trimester II pregnant women in Singaparna Public Health Center area with a sampling technique using purposive sampling to obtain a sample of 50 pregnant women. Based on the results of the research found that there was an increase in the average levels of Haemoglogin in the intervention group from 11.62% gr to 11.79 gr%, but these results were not statistically significant using the Wilcoxon test (P value 0.979). Control group (water) showed a decrease in haemoglobin levels from 11.68% gr to 11.38 gr% and this result was not statistically significant using the Paired T Test. The conclusion in this research is an increase in the average level of Hb in the intervention group (orange juice). Recommendations There is a need for control of diet which can also have an impact on increasing levels of Hb.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Kader Posyandu Remaja Uswatun Hasanah Desa Cikunir Santi Susanti; Hapi Apriasih; Tupriliany Danefi
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2020): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.822 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v3i2.579

Abstract

Masa remaja merupakan masa storm and stress, karena remaja mengalami banyak tantangan baik dari diri mereka sendiri (biopsychosocial factors) ataupun lingkungan (environmental factors). Apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, mereka dapat berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang begitu kompleks sebagai akibat dari perilaku berisiko yang mereka lakukan. Melalui focus grup discucion (FGD) diperoleh informasi dari 35 responden remaja sebagai berikut 48,7% belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi khususnya terkait infeksi menular seksual, 45,71% sudah mempunyai pacar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membentuk kader posyandu remaja di Desa Cikunir wilayah kerja puskesmas Singaaparna Kabupten Tasikmlaya tahun 2019. Melalui program ini manfaat untuk Desa Cikunir akan mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dalam menyelenggarakan posyandu remaja di wilayah desa. Metode dalam program pengabdian masyarakat menggunakan metode eskperimen dengan metode one group pretest posttest. Pretest pertama dilakukan untuk mengukur pengetahuan kader remaja tentang posyandu remaja, kesehaatan reproduksi, gizi pada remaja dan IMS-HIV/AIDS. Kemudian para kader mendapatkan pelatihan terkait materi posyandu remaja selama 2 hari. Postest dilakukan setelah kegiatan pelatihan selesai. Hasil analisis data ditemukan perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dengan setelah pelatihan kader dilaksanakan. Uji bivariate menunjukkan p< 0,05 artinya terdapat perbedaan pengetahuan sebelum diberikan pelatihan dengan pengetahuan subyek setelah diberikan pelatihan. Kesimpulan melalui pelatihan kader remaja mampu meningkatkan perubahan pengetahuan kader posyandu remaja. Kepada ketua kelompok kerja posyandu untuk dapat meningkatkan program pembinaan kader posyandu remaja melalui pendidikan dan pelatihan yang rutin dan berkelanjutan. Kepada Puskesmas disarankan untuk membina dan melakukan pemantauan posyandu sehingga mampu membentuk posyandu remaja yang mandiri.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI PRIA DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 Hapi Apriasih, SST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 5 No. 1 (2014): Februari 2014
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v5i1.28

Abstract

Saat ini Indonesia telah mulai melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi tetapi persentase penggunaan alat kontrasepsi pria baru sekitar 3,5 persen, sebagian di antaranya berupa vasektomi. Berdasarkan data di Kecamatan Singaparna cakupan penggunaan KB pria masih rendah dibanding penggunaan KB lain yaitu hanya 0,53% (10 orang akseptor MOP dan 35 orang akseptor kondom).Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi pria dengan penggunaan kontrasepsi di kecamatan singaparna kabupaten tasikmalaya tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, jenis penelitian analitik dengan desain case control. Kasus yaitu suami PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 45 orang dan kontrol yaitu suami PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 180 orang, Pengumpuan data yang digunakan adalah data primer dengan instrumen penelitian kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji Chi-square. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa p value sebesar 0,000 artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi pria. Suami atau responden yang berpengetahuan baik berpeluang sebesar 21,38 kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan pria yang berpengetahuan kurang. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor pengetahuan memberikan hubungan yang positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi pria di Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 Saran penelitian ini adalah meningkatkan konseling tentang KB pada pasangan suami istri, penambahan jenis alat kontrasepsi pria dan kegiatan yang lebih ditekankan pada praktik.
GAMBARAN EFEK SAMPING METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Hapi Apriasih, SST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 6 No. 1 (2015): Februari 2015
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v6i1.42

Abstract

Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant, metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) paling efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan MJKP salah satunya adalah keluhan efek samping yang terjadi. Berdasarkan data di Kecamatan Singaparna cakupan penggunaan MJKP masih rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi hormonal.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran efek samping metode kontrasepsi metode jangka panjang di Desa Cikunir Kec Singaparna Kab Tasikmalaya Tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, jenis penelitian deskriptif. Pengumpuan data yang digunakan adalah data primer dengan instrumen penelitian kuesioner. Sampel terdiri dari 23 orang akspetor KB AKDR dan 1 orang akseptor KB implant. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian akseptor MJKP mengalami efek samping meskipun tidak semua efek samping terjadi. Untuk kontrasepsi AKDR yang paling banyak adalah perdarahan pada saat haid (30,4%), keputihan (21,7%), perdarahan bercak dan diluar haid serta nyeri alat kelamin suami (4,3 %), nyeri yang berlebih dan mules perut bagian bawah (2,6%) dan demam serta keputihan yang berbau (0 %). Sedangkan Akseptor KB implant dari 1 orang mengalami efek samping berupa tidak haid, rasa nyeri pada lengan dan sakit kepala hebat. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian akseptor KB jangka panjang mengalami efek samping tetapi tidak sampai mengalami gangguan kesehatan. Saran penelitian ini adalah meningkatkan konseling tentang KB pada pasangan suami istri, menyediakan fasilitas yang memadai, memfasilitasi tenaga kesehatan untuk pelatihan.
GAMBARAN EFEK SAMPING PADA AKSEPTOR KB PENGGUNA METODE OPERATIF PRIA (MOP) DI KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016 Hapi Apriasih, SST.,M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 7 No. 2 (2016): Agustus 2016
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v7i2.76

Abstract

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan memotong saluran sperma (vas deferens) yang membawa sperma dari testis ke penis. Dengan metode yang menyerupai sterilisasi ini, sperma tidak lagi keluar bersama air mani saat pria ejakulasi atau dikenal dengan nama MOP (Metode Operatif Pria). Berdasarkan data di Puskesmas Singaparna bahwa cakupan penggunaan MOP paling rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah resiko efek samping meskipun tergolong rendah.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran efek samping metode kontrasepsi MOP di Kec Singaparna Kab Tasikmalaya Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, jenis penelitian deskriptif. Pengumpuan data yang digunakan adalah data primer dengan instrumen penelitian kuesioner. Sampel terdiri dari 8 orang akseptor KB MOP. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa 100 % responden MOP tidak mengalami efek samping baik efek samping mayor atau efek samping minor, meskipun ada faktor lainnya yang dirasakan pada satu orang pengguna MOP yaitu penurunan libido tetapi bukan faktor utama karena dilihat dari faktor lain seperti pengaruh pekerjaan dan usia. Kesimpulan penelitian ini adalah seluruh akseptor pengguna MOP tidak mengalami efek samping minor dan mayor. Saran penelitian ini adalah meningkatkan KIE dan konseling KB PUS dan menggalakan kembali safari KB atau pelayanan KB gratis.
GAMBARAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 12 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN YANG TIDAK DIBERI ASI EKSKLUSIF DI DESA BARUMEKAR KECAMATAN PARUNGPONTENG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2017 Mutiah AMd.Keb; Hapi Apriasih, SST, M.Kes
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 9 No. 1 (2018): Februari 2018
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v9i1.81

Abstract

Pemberian ASI Eksklusif sangatlah penting bagi bayi karena nutrisi yang baik pada masa bayi, dapat menyebabkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2016 cakupan ASI Eksklusif adalah 33,71 % dari target sebesar 65,5%, dan di Wilayah Kerja Puskesmas Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya merupakan puskesmas ke-1 terendah masalah cakupan ASI Eksklusif sebesar 8,1%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pertumbuhan dan perkembangan Anak Usia 12 bulan yang diberi ASI Eksklusif dan yang tidak diberi ASI Eksklusif. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukkan bagi ibu untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan observasional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Barumekar Kecamatan Parungponteng dengan waktu penelitian bulan Maret-April 2017. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan jumlah responden anak usia 12 bulan yang diberi ASI Eksklusif sebanyak 11 orang, dan yang tidak diberi ASI Eksklusif sebanyak 19. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, KMS dan KPSP. Analisa data menggunakan analisa univariat dengan menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan anak usia 12 bulan yang diberikan ASI Eksklusif ada pada kategori normal (100%), sedangkan yang tidak diberi ASI Eksklusif ada pada kategori tidak normal (36,8%). Perkembangan anak usia 12 bulan yang diberi ASI Eksklusif ada pada kategori sesuai (100%), sedangkan yang tidak diberi ASI Eksklusif hanya beberapa orang yang meragukan (15,8%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 12 bulan dapat dipengaruhi oleh pemberian ASI Eksklusif. Disarankan masyarakat/ ibu yang mempunyai anak usia 12 bulan untuk memperdalam mengenai manfaat ASI Eksklusif, dan harus memberikan ASI Eksklusif minimal 6 bulan setelah bayi baru lahir, agar pertumbuhan dan perkembangan anak optimal
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI AKSEPTOR KB AKTIF TERHADAP PENGGUNAAN KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI DESA CIGALONTANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIGALONTANG TAHUN 2018 Hapi Apriasih; Tupriliany Danefi
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 10 No. 1 (2019): Februari 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v10i1.101

Abstract

Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya sehingga menempatkannya di urutan keempat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara wanita berstatus kawin di Indonesia meningkat dari 60% pada tahun 2002-2003 menjadi 63,3 %. Peningkatan terbanyak terjadi pada pemakaian metode kontrasepsi suntik. Pemakaian IUD menurun selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Dalam RPJMN 2015 – 2019 tertulis bahwa program pemerintah untuk lima tahun kedepan salah satunya adalah Peningkatan pelayanan KB dengan menggunakan MKJP. Dalam Notoatmodjo (2005) rendahnya jumlah Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor predisposing yaitu faktor pengetahuan, nilai atau kepercayaan dan sikap, serta faktor pemungkin yaitu fasilitas, biaya, jarak dan ketersediaan trasnfortasi sedangkan faktor penguat yaitu dari dukungan suami dan keluargaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi akseptor KB aktif terhadap penggunaan kontrasepsi jangka panjang di Desa Cigalontang Wilayah Kerja PKM Cigalontang tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan desain cross sectional. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB aktif dengan tekhnik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 448 akseptor KB aktif.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 85% responden menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 15% responden tidak menggunakan MKJP. Hasil tabulasi silang didapatkan faktor yang berhubungan dengan partisipasi akseptor KB aktif terhadap penggunaan MKJP adalah paritas (p value 0,000), pekerjaan (p value 0,000), status sosio ekonomi (p value 0,000), dan dukungan suami (p value 0,000) dengan kuranf dari alpha (0,05), sedangkan variabel pengetahuan (p value 0,164), dan sikap (p value 0,071) tidak berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang dengan lebih dari alpha (0,05).Simpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara paritas, pekerjaan, status sosio ekonomi, dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi MKJP dan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan penggunaan kontrasepsi MKJP. Saran meningkatkan konseling KB pada calon akseptor KB oleh tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang metode MKJP dengan menggunakan media yang efektif serta meningkatkan keterlibatan suami dalam ber KB.
GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PUS TERHADAP PELAYANAN KONSELING KB DI PMB BIDAN C KECAMATAN CIHIDEUNG BALONG KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 Hapi Apriasih; Ai Dida Lisnawati
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 8 No. 1 (2017): Februari 2017
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v8i1.323

Abstract

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Konseling merupakan peran petugas membantu dalam memlilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang digunakan sesuai pilihannya, konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.                  Jenis penelitian ini adalah diskriptif atau menggambarkan dengan variabel gambaran tingkat kepuasan PUS terhadap pelayanan konseling KB. Populasi dan sampel sejumlah 45 PUS mendapatkan pelayanan KB di BPM Bidan C Kota Tasikmalaya periode bulan September yang dilakukan dengan teknik sampling jenuh atau mengambil keseluruhan populasi dengan menggunakan instrumen kuesioner, analisis data menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan Sebagian besar responden berumur >35 tahun yaitu sebanyak 35 Responden (67%), mempunyai latar belakang Pendidikan Menengah sebanyak 19 Responden (43%), sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 18 Responden (41%),  multipara yaitu sebanyak 20 Responden (44%), menggunakan kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 20 Responden (45%), tidak puas dalam aspek keandalan yaitu sebanyak 20 Responden (44%), tidak puas dalam aspek daya tanggap yaitu sebanyak 18 Responden (41%), tidak puas dalam aspek jaminan kepastian yaitu sebanyak 18 Responden (44%). puas dalam aspek empati yaitu sebanyak 20 Responden (45%), tidak puas dalam aspek bukti langsung yaitu sebanyak 20 Responden (45%). Dapat disimpulkan bahwa PUS yang mendapatkan pelayanan konseling KB sebagian besar responden tidak puas terhadap pelayanan konseling KB dalam aspek keandalan, daya tanggap, jaminan kepastian dan bukti langsung, meski demikian dalam hal empati sudah dirasa puas. Dilihat dari penggunaan kontrasepsi masih banyak akseptor yang tidak sesuai dalam menggunakan alat kontrasepsi, hal ini menunjukan perlunya konseling yang lebih aktif sesuai dengan pedoman konseling KB, konseling dilakukan sebelum klien memilih suatu kontrasepsi. Oleh karena itu perlu peningkatan mutu pelayanan mengenai Konseling KB yang akan membantu klien dalam memilih  kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
GAMBARAN PARITAS PADA IBU YANG MEMILIKI BALITA STUNTING DI DESA CIKUNIR KECAMATAN SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2019 Hapi Apriasih; Reynalda Aprilia
JURNAL KESEHATAN BIDKEMAS RESPATI Vol. 10 No. 2 (2019): Agustus 2019
Publisher : STIKes Respati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48186/bidkes.v10i2.333

Abstract

Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini, data RISKESDAS menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting pada 2018 mencapai 30,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan masyarakat yang berat dalam kasus balita stunting, wilayah kerja Puskesmas Singaparna termasuk kedalam zona merah stunting. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran paritas dari ibu yang memiliki balita stunting di Desa Cikunir Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk menggambarkan paritas pada ibu yang memiliki balita dengan stunting. Populasi adalah semua semua ibu yang memiliki balita dengan stunting sebanyak 139 orang, dengan total sampling. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret s.d April 2019, bertempat di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kab Tasikmalaya Tahun 2019. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan data primer yaitu diperoleh dengan survey langsung kepada responden ibu yang memiliki balita stunting dan dianalisis dengan distribusi frekuensi dalam bentuk table. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 139 orang ibu yang memiliki balita dengan stunting adalah dengan paritas primipara (jumlah anak 1) sebanyak 35 orang (25%) , paritas multipara (jumlah anak 1-4) sebanyak 86 orang (62%) dan paritas grande mulitapara (lebih dari 4) sebanyak 18 orang (13%). Simpulan dari penelitian ini adalah kejadian balita stunting tidak terlepas dari status paritas ibu dimana semakin banyak ibu memiliki anak semakin besar peluang terjadinya kejadian stunting pada anak yang dapat diakibatkan oleh faktor pola pemberian makan, ataupun pola asuh dikeluarga, sehingga diharapkan para bidan dapat membantu ibu dalam upaya membatasi jumlah anak yaitu dengan penggunaan alat kontrasepsi.