Ekowati Chasanah
Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Penapisan Bakteri Penghasil Enzim Kitosanase Yang Berasosiasi Dengan Spons Laut Ekowati Chasanah; Yusro Nuri Fawzya; Asri Pratitis; Tati Nurhayati
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 2 (2007): Desember 2007
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v2i2.460

Abstract

Informasi pasar dunia menunjukkan bahwa 50% keperluan dunia akan produk turunan kitin, digunakan untuk produk suplemen kesehatan. Untuk menunjang proses produksi kitosan yang bersifat ramah lingkungan dan aman untuk konsumsi manusia, maka enzim pendegradasi kitin/ kitosan sangat berperan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim pendegradasi kitosan dari spons. Spons dipilih karena biota laut tersebut dikenal kaya akan senyawa bioaktif dan sebagian besar masa tubuhnya didominasi oleh bakteri. Dari 24 spons, telah berhasil diisolasi 86 isolat bakteri dan 22 di antaranya menghasilkan enzim pendegradasi kitin, termasuk di antaranya enzim kitosanase. Berdasarkan pada nilai indeks kitinolitik (IK) dan waktu produksi enzim, isolat KBJ 12 SB telah dipilih sebagai isolat penghasil kitosanase. lsolat tersebut menghasilkan enzim kitosanase maksimal pada hari ke‑5, dengan aktivitas enzim sebesar 0,797 U/mg. Enzim kitosanase yang dihasilkan bekerja optimal pada suhu 60 0C dan pH 8. Enzim stabil pada suhu 370C dengan sisa aktivitas > 50% ketika diinkubasi selama 90 menit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bakteri KBJ 12 SB memiliki sifat mirip dengan jenis Bacillus sp.
Penapisan dan Karakterisasi Protease dari Bakteri Termo-Asidofilik P5-A dari Sumber Air Panas Tambarana Dewi Seswita Zilda; Atria Kusumarini; Ekowati Chasanah
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 2 (2008): Desember 2008
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v3i2.17

Abstract

ABSTRAKRiset ini bertujuan untuk menapis dan mengisolasi bakteri penghasil protease dari sumber air panas Tambarana (Sulawesi Tengah) serta mengkarakterisasi enzim protease yang dihasilkan. Penapisan dilakukan menggunakan media padat yang dimodifikasi dengan komposisi 0,2% ekstrak kapang; 0,5% pepton; 0,01% MgSO4.7H2O; 0,1% K2HPO4; 0,1% NaCl; 2% agar dan 2% susu skim. Dua belas isolat bakteri yang diperoleh, semuanya mampu tumbuh pada media padat pH 5,5 dan suhu inkubasi 55oC dan memiliki potensi sebagai penghasil protease dengan indeks proteolitik (IP) 1,22–2,83. Isolat P5-a, merupakan isolat terbaik dengan nilai IP tertinggi yang digunakan untuk studi lebih lanjut. Kurva pertumbuhan, optimasi produksi, dan karakterisasi enzim kasar hasil pemekatan dengan ammonium sulfat telah dilakukan. Enzim protease P5-a(ekstrak kasar) bekerja optimal pada pH 6 dan suhu 500C. Aktivitas enzim dipacu oleh adanya ion Ca2+ dan Fe2+ (sebagai garam klorida;1mM), sedangkan Co2+, Zn2+, dan EDTA dalam konsentrasi yang sama menghambat aktivitas enzim tersebut. Enzim protease P5-a tahan terhadap deterjen (SDS 1%), Triton X-100 (5%), dan PMSF (1 dan 5 mM), menunjukkan bahwa enzim protease tersebut kemungkinan termasuk ke dalam protease logam.
Analisis Dereplikasi Substansi Bioaktif Fraksi Polar Petrosia Sp. Dari Perairan Kepulauan Seribu Hedi Indra Januar; Lilis Patmaesari; Thamrin Wikanta; Ekowati Chasanah
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 2, No 2 (2007): Desember 2007
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v2i2.456

Abstract

Sebagai bagian dari serangkaian riset untuk menemukan senyawa aktif dari biota spons laut, telah dilakukan analisis dereplikasi terhadap fraksi polar Petrosia sp dari perairan Kepulauan Seribu. Metode dereplikasi dilakukan dengan menggunakan FT‑IR (Fourier Transfer ‑ InfraRed) dan Proton‑Selektif NOE (Nuclear Overhauser Effects)‑NMR (Nuclear Magnetic Resonance) yang diarahkan oleh sistem fraksinasi panduan bioasai menggunakan reagen DPPH (2,2 difenil pikril hidrazil). Hasil analisis menunjukkan bahwa subfraksi polar dari biota ini memiliki rendemen 22,47 % dan nilai IC50 48,093 ppm untuk menghambat radikal bebas DPPH. Analisis kimia instrumentasi menunjukkan bahwa subfraksi aktif ini memiliki dua senyawa mayor yang memiliki gugus karbonil (C=O), gugus nitrogen ikatan rangkap dua (N=C), dan sistem siklik konjugasi ternitrogenasi. Determinasi data spektroskopi ini terhadap pustaka digital MarinLit (2007) menunjukkan bahwa kedua senyawa aktif tersebut merupakan trigonelin dan aminozooanemonin, yaitu senyawa bioaktif umum pada organisme laut yang memiliki peran primer sebagai regulator osmosis.
Karakterisasi Enzim Kitosanase dari Bakteri Kitinolitik T5a1 yang Diisolasi dari Terasi Dewi Seswita Zilda; Yusro Nuri Fawzya; Ekowati Chasanah
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 1, No 1 (2006): Juni 2006
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v1i1.230

Abstract

Bakteri kitinolitik yang mendegradasi kitin dan turunannya telah banyak diisolasi dari berbagai sumber seperti tanah, spons dan limbah udang dan rajungan. Sumber lain yang diduga potensial untuk isolasi bakteri kitinolitik adalah terasi yang merupakan produk fermentasi berbahan baku rebon. Kitosanase adalah enzim kitinolitik yang terlibat dalam produksi kitooligosakarida yang lebih larut air dan berguna dalam berbagai bidang seperti nutrasetikal, medik, dan farmasi. Isolat T5a1, salah satu isolat kitinolitik yang diisolasi dari terasi, ditumbuhkan pada medium minimal sintetik (MSM) dengan penambahan 0,5% koloidal kitin pada 37o C, 100 rpm, di inkubator goyang selama 24 jam untuk produksi kitosanase. Enzim kasar kemudian dipekatkan menggunakan amonium sulfat dan didialisis. Dari hasil karakterisasi, diketahui pH dan suhu optimum aktivitas enzim adalah 7 dan 50o C. Enzim stabil pada suhu 40o C selama lebih dari 200 menit. Penambahan ion Mg2+ dan Zn2+ menurunkan aktivitas enzim sampai 15% sementara penambahan ion Ca2+ meningkatkan aktivitas enzim sampai 37%.
Nanopartikel Seng Oksida (ZnO) dari Biosintesis Ekstrak Rumput Laut Coklat Sargassum sp. dan Padina sp. Rodiah Nurbaya Sari; Ekowati Chasanah; Nurhayati Nurhayati
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 13, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v13i1.489

Abstract

AbstrakPemanfaatan rumput laut untuk disintesis secara biologi (biosintesis) menjadi nanopartikel logam telah banyak dilakukan sebagai alternatif produksi ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan nanopartikel seng oksida (ZnO) melalui biosintesis ekstrak rumput laut coklat Sargassum sp. dan Padina sp. dengan menggunakan prekursor zink nitrat 10 mM pada variasi pH larutan 8-12. Analisis meliputi gugus fungsi, distribusi ukuran partikel, morfologi, dan kristalinitas. Hasil penelitian menunjukkan gugus fungsi hidroksil dan sulfat polisakarida berperan dalam proses reduksi kation Zn2+ membentuk nanopartikel ZnO sedangkan protein untuk kestabilan nano-partikel. Nanopartikel ZnO dari biosintesis ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. masing-masing menghasilkan rata-rata ukuran partikel berkisar antara 1.396,53-3.090,50 dan 655,91-3.253,06 nm. Distribusi ukuran sudah homogen namun belum memenuhi besaran ukuran nanometer. Rata-rata ukuran partikel terkecil terdapat pada pH 10 dan 9. Kisaran % mass elemen Zn dan O nanopartikel ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. yang mirip standar adalah pada pH 10 yaitu 95,98% dan 4,02% sedangkan dari ekstrak Padina sp. pada pH 9 dengan 94,67% dan 5,33%. Struktur kristalinitas menunjukkan ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. pada pH  8-11 dan Padina sp. pada pH 9 hampir seluruhnya memiliki puncak dengan nilai sudut 2q yang hampir sama, dan setelah dikonfirmasi dengan program Match! 3 menunjukkan struktur kristal ZnO wurtzit berbentuk heksagonal. Perlakuan terbaik ZnO biosintesis dari ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. adalah pada kondisi pH 10 dan 9. Zinc Oxide Nanoparticles (ZnO) from Biosynthesis of  Sargassum sp. and Padina sp. Brown Seaweed ExtractAbstractBiosynthesis of metal nanoparticles using seaweed became an important area in the field of nanotechnology which has economic and eco-friendly benefits. This research aimed to obtain zinc oxide nanoparticles (ZnO NPs) through biosynthesis of extract brown seaweed  Sargassum sp. And Padina sp. using 10 mM zinc nitrate as precursor at various pH of 8-12. Analysis of ZnO NPs covered functional groups, particle size distribution, morphology, and crystallinity. The result showed that hydroxyl groups and sulfate polysaccharide played role in the formation of ZnO NPs while protein contributed on stabilizing of the nanoparticles. Analysis showed that the size of ZnO NPs biosynthesized Sargassum sp. extract was from 1,396.53 to 3,090.50 nm and 655.91 to 3,253.06 nm for Padina sp. The size qualification particle distribution was homogeneous but their size has not yet met for nanoparticles size standard. Average of the smallest particle size was found at pH 10 and 9 treatments. Distribution of Zn and O elements of ZnO biosynthesized  Sargassum sp. extract which was similar to the standard was at pH 10 with 95.98% and 4.02 of % mass, while that of Padina sp. extract at pH 9 with 94.67% and 5.33% respectively. The crystallity structure showed that ZnO biosynthesis of Sargassum sp. and Padina sp. extract performed at pH 8-11 and pH 9, respectively, had similar 2qangle peak. A hexagonal shape of ZnO wurtzite crystalline structure has formed and it confirmed by Match! program 3. The best treatment of ZnO biosynthesis process for Sargassum sp and Padina sp.so extract was at pH 10 and 9, respectively.
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitory Activity of Crude and Fractionated Snakehead Fish (Channa striata) Fillet Extract Setyani Budiari; Ekowati Chasanah; Maggy Thenawidjaja Suhartono; Nurheni Sri Palupi
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 13, No 2 (2018): August 2018
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/squalen.v13i2.345

Abstract

The existence of endogenous bioactive protein or peptide with angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitory activity in snakehead fish fillet is promising to be investigated. The purposes of this research were to extract ACE inhibitory endogenous protein or peptide from snakehead fish fillet and to fractionate the active compounds using ultrafiltration. The extraction employed two solvents, i.e. aquadest and 50% ethanol. Fractionation was conducted using ultrafiltration membranes of 10,000; 5,000 and 3,000 Molecular Weight Cut Off  (MWCO) to separate the protein or peptide into the sizes of 10 kDa, 5-10 kDa, 3 -5 kDa and 3 kDa. The parameters observed were protein and peptide content, ACE inhibitory activity (in vitro) and also protein and peptide profiles. The result revealed that the snakehead fish fillet contained ACE inhibitory endogenous bioactive protein or peptide. The 50% ethanol was more effective in extracting peptide of 10 kDa than the aquadest. Yet, the aquadest was better in extracting higher molecular weight protein of 10 kDa than the 50% ethanol. The fraction of 3 kDa by aquadest had the highest ACE inhibitor activity per g protein (7.85% inhibition of ACE per g protein). Thus, the fraction of 3 kDa aquadest is the most promising option for further research and development of natural anti-hypertension compound. From the result, snakehead fish fillet was potential to be utilized as a functional food as well as functional ingredient to fight hypertension.