Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengurangan Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan Melalui Pemetaan HGU dan Pengendalian Pertanahan (Studi Kasus Provinsi Riau) Westi Utami; Arga Yugan Ndaru; Anggi Widyastuti; I Made Alit Swardiana
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 3 No. 2 (2017): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1747.272 KB) | DOI: 10.31292/jb.v3i2.127

Abstract

Abstract:  Oil palm plantation expansion through inappropriate land clearing usually trigger forest fire and peat land fire in Riau Province. The purpose of this paper is to find the method to reduce disaster risk through preventive activities, conducted by mapping the distribution of Cultivation Right, and was overlaid with the map of disaster risk and agrarian control through location permit and control of spatial planning. The method used to produce disaster-prone area map was quantitative scoring and weighting, using Composite Mapping Analysis (CMA) method based on the relationship between factors with the percentage of fire spot (hotspot). The results show that from the distribution of cultivation right based on the level of vulnerability in Riau Province, there are 45 location of cultivation right lies along very high-risk area of forest fire with the total area of 95.260,7 hectares (10,4%); most of the area, counted for 70,4% with the area of 647.140,3 hectares covering 143 Cultivation Right location, located on the vulnerable area of forest fire; while 19,2% of the total cultivation right area are in less vulnerable area, spreading over 25 Cultivation Right location. Intisari: Ekspansi perkebunan sawit melalui land clearing yang tidak tepat seringkali memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut di Provinsi Riau.  Pengurangan resiko bencana melalui kegiatan preventif yaitu penyusunan peta sebaran HGU dioverlaykan dengan peta tingkat kerawanan bencana serta pengendalian pertanahan melalui ijin lokasi dan pengendalian melalui RTRW merupakan tujuan dari tulisan ini. Metode yang digunakan untuk menyusun peta kerawanan bencana adalah scoring dan pembobotan dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode Composite Mapping Analysis (CMA) berdasarkan hubungan setiap faktor terhadap persentase titik api (hotspot). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari sebaran HGU berdasarkan tingkat kerawanan di Provinsi Riau sebanyak 45 lokasi HGU berada pada daerah sangat rawan bencana kebakaran dengan total luasan 95.260,7 ha (10,4%);  sebagian besar yaitu 70,4%  dengan luasan 647.160,3 ha dengan sebaran sebanyak 143 HGU berada pada kawasan ancaman rawan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan; sementara 19,2% dari total luasan HGU berada pada kategori kurang rawan yang tersebar pada 25 HGU. 
Efektivitas Perendaman Sari Belimbing Wuluh dan Sari Daun Pepaya Konsentrasi Berbeda terhadap Kualitas Fisikokimia Daging Kambing Anggi Widyastuti; Tri Puji Rahayu; Mira Dian Naufalina
JURNAL TRITON Vol 15 No 1 (2024): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47687/jt.v15i1.522

Abstract

Daging kambing memiliki protein yang tinggi dan cukup untuk dikonsumsi, namun rentan pembusukan dan bau prengus. Alternatif yang digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik dan kimia melalui perendaman larutan belimbing wuluh dan ekstrak daun pepaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengkaji efektivitas dari perendaman sari belimbing wuluh dan daun pepaya sebagai bahan pengawet alami terhadap kualitas fisikokimia daging kambing. Bahan yang digunakan adalah buah belimbing wuluh, daun pepaya, aquades, larutan buffer pH solution, dan sampel daging kambing bagian paha. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap terdiri 4 perlakuan dan 5 ulangan, meliputi P0: 0% sari belimbing wuluh + 0% sari daun pepaya, P1: 15% sari belimbing wuluh + 5% sari daun pepaya, P2: 30% sari belimbing wuluh + 10% sari daun pepaya, dan P3: 45% sari belimbing wuluh + 15% sari daun pepaya dengan lama perendaman 45 menit. Data dianalisa yang digunakan yaitu sidik ragam dan diuji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan daya ikat air meningkat, susut masak menurun, pH normal pada perlakuan P3. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pemberian sari buah belimbing wuluh 45% dan daun pepaya 15% selama 45 menit mampu mempertahankan kualitas daging kambing memberikan hasil daya ikat air (DIA) meningkat 31,42%, susut masak menurun 30,82%, dan pH tetap dalam kondisi normal 3,14-5,97.