Permasalahan gizi stunting pada balita saat ini masih sering terjadi di Indonesia. Prevalensi balita stunting di Kabupaten Sleman pada tahun 2018 sebanyak 20,60%, dan wilayah kerja Puskesmas Ngemplak 2 sebanyak 9,81%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pemberian ASI dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak 2 Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain case control. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita usia 7-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak 2. Besar sampel sebanyak 70 orang (35 case dan 35 control). Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil menunjukkan sebagian besar sudah melakukan IMD sebanyak 56 responden (80%), balita yang mendapatkan kolostrum sebanyak 61 balita (87,1%), bayi yang telah diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan sebanyak 61 balita (87,1%) dan sejumlah 26 (51,4%) balita diberi ASI kurang dari 2 tahun. Balita yang tidak dilakukan IMD mempunyai risiko 0,7 kali dapat mengalami stunting pada balita dibandingkan yang dilakukan IMD. Balita yang tidak diberi kolostrum mempunyai risiko 2,2 kali dapat mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang diberi kolostrum pada saat awal kehidupan. Balita yang tidak diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan mempunyai risiko 2,2 kali dapat mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Eksklusif. Balita yang diberi ASI kurang dari 2 tahun mempunyai risiko 0,8 kali dapat mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang diberi ASI ? 2 tahun.