Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KONSTRUKSI STANDAR KECANTIKAN DALAM CERPEN FENGHUANG KARYA WENDOKO Sari Fitria
Prosiding Seminar Nasional Sasindo Vol 1, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Sasindo Unpam Vol.1 No.1 November 2020
Publisher : fakultas sastra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.215 KB) | DOI: 10.32493/sns.v1i1.7880

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membongkar konstruksi standar kecantikan dalam cerpen Fenghuang karya Wendoko yang pernah diterbitkan Koran Tempo. Dalam cerpen ini, Wendoko menggambarkan perempuan sebagai tokoh yang melakukan selebrasi terhadap standar kecantikan. Akan tetapi, Wendoko juga membongkar bagaimana standar kecantikan ini menempatkan perempuan sebagai objek dengan ruang gerak yang terbatas. Untuk menganalis isu dalam cerpen ini, konsep feminisme dari Naomi Wolf dalam bukunya Beauty Myth diaplikasikan dalam penelitian ini dengan metodologi kualitatif yang berfokus pada pembongkaran makna dalam teks cerpen. Hasil penelitian menunjukkan bentuk keterperdayaan perempuan terhadap konstruksi standar kecantikan yang dibangun publik dan bentuk inferiorisasi yang dihadapi perempuan yang menjadi korban konstruksi ini.
AKHIL SHARMA’S FAMILY LIFE: REGRETTING DOUBLENESS OF DIASPORA INDIVIDUALS Sari Fitria
POETIKA Vol 10, No 1 (2022): Issue 1
Publisher : Literary Studies, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/poetika.v10i1.64292

Abstract

This study discusses a matter of cultural identity faced by diaspora individuals in Akhil Sharma’s novel Family Life. As a diasporic Indian American, Sharma depicts that cultural identity is problematic, especially for an individual who experiences two or more conflicted cultures from home left behind and the home this individual has moved to. Sharma also demonstrates that the identity of this diasporic is never complete. This study aims to critically analyze Sharma’s fiction by highlighting the issues he engages as a diasporic writer. It also depicts how voluntary displacement done by diaspora characters tends to lead them to mourn. The analysis applies a concept of cultural identity by Stuart Hall. It explains a notion of identity within the discourses of history and culture, which is not an essence but a positioning. This study uses a qualitative descriptive method. The result shows there is doubleness of cultural identity conveyed by Sharma. This regretting doubleness appears in structured stages: admiring the West and being rejected by the West.
KAJIAN PSIKOANALISIS LACANIAN DAN WACANA FEMINISME CERPEN “PERAWAN, PERAWAN, TURUNKAN RAMBUTMU” KARYA RIYANA RIZKI Puri Bakthawar; Sarifah Ahmad; Sari Fitria
TRANSFORMATIKA Vol 6, No 2 (2022): TRANSFORMATIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARANNYA
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/transformatika.v6i2.6681

Abstract

Cerpen “Perawan, Perawan, Turunkan Rambutmu” (2021) karya Riyana Rizki menunjukkan adanya pola yang menarik. Cerpen tersebut memodifikasi sekaligus menggugat pola formulaik dongeng Barat, untuk kemudian memunculkan wacana feminisme melalui permainan metafora dan metonimi yang ada di dalamnya. Metafora dan metonimi yang muncul juga tampak sebagai representasi hasrat dalam konsepsi psikoanalisis Lacanian. Penelitian ini hendak mengkaji cerpen "Perawan, Perawan, Turunkan Rambutmu" karya Riyana Rizki dengan pendekatan psikoanalisis Lacanian dan wacana feminisme. Penelitian akan bergerak dalam dua arah, yakni menganalisis metafora dan metonimi yang muncul sebagai representasi hasrat, serta memaparkan wacana feminisme yang dinarasikan di dalam cerpen. Hasil penelitian menunjukkan adanya metafora dan metonimi yang muncul seperti konsep perawan, lelaki, rambut, menara, dan buku sebagai representasi hasrat yang mendua, yakni di antara kemurnian perempuan dan kebebasan. Selain itu, muncul pula wacana perlawanan terhadap dunia patriarki, di mana tokoh-tokoh perempuan di dalam cerpen mampu melawan dan mengatasi dunia patriarki tersebut.Kata Kunci: psikoanalisis, hasrat, feminisme, patriarki.
Beauty Standard as a Construction of Woman Objectification in Trisha R. Thomas’s Nappily Ever After Heri Okta Sayekti; Sari Fitria
SULUK: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Vol. 4 No. 2 (2022): September
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/suluk.2022.4.2.157-168

Abstract

The study aimed to depict how the beauty standards construct female objectification in Nappily Ever After and to analyze how the main character struggled toward beauty standards in the Nappily Ever After novel. This study is sought with qualitative methods to reveal the novel's issue. This study applied the theory of beauty myth from Naomi Wolf. The result of the study found that the beauty ideal is a woman who has straightened hair, brightening skin, a tall, slim body, and a pointed nose. Those highlighted Venus’s physical appearance which made her seem to be a typical woman and objectified her to conform to beauty standards. The study concluded that Venus internalized the beauty ideal which made her feel restricted by her looks and resulted in body image dissatisfaction. Venus struggled after she cut her hair which made her become an outcast in beauty image, being invisible by men, dismissal, and judged by people.
Digitalisasi dan Alih Bahasa Teks Sastra – Budaya Betawi di Perguruan Pencak Silat Pengsimatoga Jalan Enam, Depok Sari Fitria; Laksmy Ady Kusumoriny; Sukma Septian Nasution
Pekodimas : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2023): Pekodimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PkM berjudul Program Digitalisasi dan Alih Bahasa (Teks) Budaya Betawi di Perguruan Pencak Silat Pengsimatoga Jalan Enam, Depok, konsekuensial dilakukan sebagai bentuk digitalisasi budaya melalui optimalisasi komunitas pelaku budaya Betawi. Program ini menjadi upaya pelestarian dan pewarisan budaya Betawi yang sangat urgen dilakukan mengingat budaya ini sangat lekat dengan ibukota Indonesia, yaitu Jakarta. Permasalahan yang ditemukan di Perguruan Pencak Silat Pengsimatoga ini terkait sastra, budaya, dan teknologi. Permasalahan ini merujuk pada salah satu budaya Betawi yang dikenal dengan nama tradisi Palang Pintu. Akan tetapi, jejak digital mengenai tradisi palang pintu di Perguruan Pencak Silat Pengsimatoga Jalan Enam masih minim ditemukan. Solusi yang ditawarkan atas permasalahan tidak adanya digitalisasi budaya sebagai upaya pelestarian, pewarisan, dan promosi keunikan budaya yang Perguruan Pencak Silat Pengsimatoga Jalan Enam ini adalah dengan memberikan pelatihan kepada pelaku budaya yang tergabung dalam perguruan ini untuk memanfaatkan media sosial untuk diisi dengan konten-konten budaya.