Mego Purnomo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Published : 20 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

KORELASI ANTARA CBR, PI DAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 13, No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: In a practical planning sometimes does not need to do a soil test as a whole. Therefore requires  an  approach  from  the  soil  properties.  To  obtain  an  approach  tersebutperlu  holding  of repeated experiments in the laboratory, so it can be described in a graphical form of the elationship between naturesifaat  land. From garfik  if one of  the  factors  / characteristics are known  then  the other properties can be determined. This study used clay from  the site Pucang  Ivoire (Semarang), Jalan  PedurunganGenuk  (Semarang),  Karangawen  (Demak),  Hut  (Purwodadi),  Godong (Purwodadi).  And  conducted  research  in  soil  mechanics  laboratory.  From  the  research  results obtained by  the  relationship between CBR and PI  is PI = 137.866.792 CBR and PI = 90.796  to 4.574 CBR, CBR at an angle with the shear angle in the ground: Ф = 18.379 + 1.155 CBR and 1.71 Ф = 10.496 + CBR , CBR connection and cohesion, namely: CBR C = 0.165 0.279 and C = 0.174 CBR 0.5996, and PI relationship with the land gesr angle Ф = 49.9160.4 PI Keywords: Plastic Index, California Bearing Ratio, Strength Scroll, Clay Soil   Abstrak: Dalam suatu perencanaan praktis kadang tidak perlu melakukan percobaan tanah secara keseluruhan. Oleh karena itu membutuhkan suatu pendekatan dari sifat,sifat tanah tersebut. Untuk memperoleh  suatu  pendekatan  tersebutperlu  diadakannya  percobaan  yang  berulang,ulang  di laboratorium, sehingga dapat digambarkan dalam suatu bentuk grafis hubungan antara sifat,sifaat tanah tersebut. Dari garfik tersebut jika salah satu faktor /sifat diketahui maka dapat ditentukan sifat yang  lain.  Penelitian  ini  menggunakan  tanah  lempung  dari  lokasi  Pucang  Gading  (Semarang), Jalan  Pedurungan,Genuk  (Semarang),  Karangawen  (Demak),  Gubuk  (Purwodadi),  Godong (Purwodadi).  Dan  penelitian  dilakukan  di  laboratorium  mekanika  tanah.  Dari  hasil  penelitian diperoleh  hubungan  antara  CBR  dan  PI  yaitu  PI  =  137,86  –  6,792CBR  dan  PI  =90,796  – 4,574CBR, CBR dengan sudut dengan sudut geser  tanah dalam yaitu  : Ф = 18,379 + 1,155CBR dan Ф=10,496 + 1,71CBR, hubungan   CBR dan kohesi yaitu  : C = 0,165 CBR – 0,279 dan C = 0,174CBR – 0,5996, dan Hubungan PI dengan sudut gesr tanah dalam Ф = 49,916 – 0,4PI Kata kunci: Plastik Indek, California Bearing Ratio, Kuat Geser, Tanah Lempung
KORELASI ANTARA CBR, PI DAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In a practical planning sometimes does not need to do a soil test as a whole. Therefore requires an approach from the soil properties. To obtain an approach tersebutperlu holding of repeated experiments in the laboratory, so it can be described in a graphical form of the relationship between nature-sifaat land. From garfik if one of the factors / characteristics are known then the other properties can be determined. This study used clay from the site Pucang Ivoire (Semarang), Jalan Pedurungan-Genuk (Semarang), Karangawen (Demak), Hut (Purwodadi), Godong (Purwodadi). And conducted research in soil mechanics laboratory. From the research results obtained by the relationship between CBR and PI is PI = 137.86-6.792 CBR and PI = 90.796 to 4.574 CBR, CBR at an angle with the shear angle in the ground: Ф = 18.379 + 1.155 CBR and 1.71 Ф = 10.496 + CBR , CBR connection and cohesion, namely: CBR C = 0.165 - 0.279 and C = 0.174 CBR - 0.5996, and PI relationship with the land gesr angle Ф = 49.916-0.4 PIDalam suatu perencanaan praktis kadang tidak perlu melakukan percobaan tanah secara keseluruhan. Oleh karena itu membutuhkan suatu pendekatan dari sifat-sifat tanah tersebut. Untuk memperoleh suatu pendekatan tersebutperlu diadakannya percobaan yang berulang-ulang di laboratorium, sehingga dapat digambarkan dalam suatu bentuk grafis hubungan antara sifat-sifaat tanah tersebut. Dari garfik tersebut jika salah satu faktor /sifat diketahui maka dapat ditentukan sifat yang lain. Penelitian ini menggunakan tanah lempung dari lokasi Pucang Gading (Semarang), Jalan Pedurungan-Genuk (Semarang), Karangawen (Demak), Gubuk (Purwodadi), Godong (Purwodadi). Dan penelitian dilakukan di laboratorium mekanika tanah. Dari hasil penelitian diperoleh hubungan antara CBR dan PI yaitu PI = 137,86 – 6,792CBR dan PI =90,796 – 4,574CBR, CBR dengan sudut dengan sudut geser tanah dalam yaitu : Ф = 18,379 + 1,155CBR dan Ф=10,496 + 1,71CBR, hubungan  CBR dan kohesi yaitu : C = 0,165 CBR – 0,279 dan C = 0,174CBR – 0,5996, dan Hubungan PI dengan sudut gesr tanah dalam Ф = 49,916 – 0,4PI
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI UNTUK PENGENDALIAN LONGSORAN PERMUKAAN PADA LERENG JALAN DITINJAU DARI ASPEK RESPON PERTUMBUHAN AKAR Cahyo Andiyarto, Hanggoro Tri; Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 14, No 2 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Vetiver system applications in surface soil erosion control measures still seems to require further study. This is because the root of the composite system of land cultivation is a complex biological material so that the stability of the slope would be difficult to predict. To that end, efforts vetiver system application in compacted soil embankment as it has done in several ring roads Ambarawa root growth response need to be investigated. Dense soil structure will inhibit root penetration, and this has implications on fiber berkontribusnya no roots on soil shear strength due to increased root fibers not cut plane skidded on the surface of the avalanche.  d) ranged from 1.28 - 1.34 gr/cm3 and 16.8 cm thick. At the bottom of the pot occurs due to the collection of roots can not penetrate the roots peralon covers (hubcaps). Length of roots may reach an average of 29.69 cm and a diameter of 0.40 mm root. This shows that Vetiver is able to thrive on the slope in a roundabout way Ambarawa the silt soil type kelempungan coarse grained reddish brown or red soil is often called.gOn soil planting medium coarse grained silt kelempungan reddish brown or red soil that is often referred to, in the age of the plant 90 days, vetiver grass plant roots to penetrate compacted soil layers red with a dry weight of soil volume (  d) would be possible greater average root diameter. In addition, the length and diameter of root relationships showed similarities to the distribution pattern of the same relative density.g d), number of roots, root length and root diameter in response to a growing number of pertumbuan root is the average number of roots will be possible greater average root diameter. The higher the volume of dry soil weight (gThe relationship between variables such as the volume of dry soil weightAplikasi sistem vetiver dalam upaya pengendalian longsoran permukaan nampaknya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Hal ini mengingat sistem komposit akar perkuatan tanah merupakan material biologis yang kompleks sehingga stabilitas lereng akan sulit diprediksi. Untuk itu, upaya aplikasi sistem vetiver pada tanah timbunan yang dipadatkan seperti yang telah dilakukan di beberapa ruas jalan lingkar Ambarawa perlu diteliti respon pertumbuhan akarnya. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju penetrasi akar, dan kondisi ini berimplikasi pada tidak berkontribusnya serat akar pada peningkatan kuat geser tanah karena serat akar belum memotong bidang gelincir pada longsoran permukaan. Pada media tanam berupa tanah lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah,  pada umur tanaman 90 hari, akar tanaman rumput akar wangi mampu menembus lapisan tanah merah yang dipadatkan dengan berat volume kering tanah (gd) berkisar 1,28 - 1,34 gr/cm3 dan setebal 16,8 cm. Pada dasar pot terjadi pengumpulan akar akibat akar tidak dapat menembus penutup peralon (dop). Panjang akar dapat mencapai rata-rata 29,69 cm dan diameter akar 0,40 mm. Hal ini menunjukkan bahwa akar wangi mampu berkembang baik pada lereng jalan di jalan lingkar Ambarawa yang jenis tanahnya lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah. Keeratan hubungan antar variabel seperti berat volume kering tanah (gd), jumlah akar,   panjang akar dan diameter akar sebagai respon dari pertumbuan akar adalah semakin banyak rata-rata jumlah akar akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Semakin tinggi berat volume kering tanah (gd) akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Selain itu, hubungan panjang dan diameter akar menunjukkan kemiripan pola sebaran untuk tingkat kepadatan yang relatif sama. 
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Purnomo, Mego; Cahyo, Hanggoro Tri
Sainteknol : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 10, No 1 (2012): June 2012
Publisher : Unnes Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/sainteknol.v10i1.5543

Abstract

Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan pengganti kayu maupun baja. Bambu sebagai bahan bangunan masih banyak digunakan sebagai bahan bangunan penunjang. Kurangnya penggunaan bambu sebagai bahan bangunan karena terbatasnya pengetahuan tentang bambu. Rigid pavement adalah salah satu contoh konstruksi beton bertulangan baja. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang bambu bahan baja pada tulangan jalan beton dapat digantikan dengan bambu. Penelitian ini meliputi penelitian sifat mekanik dan fisik bambu, pengujian lentur beton bertulang, Rancangan tulangan balok yang digunakan adalah bambu walesan dengan diameter antara 10 – 20 mm. Tebal benda uji 20 cm lebar 15 cm dan panjang 230 cm. Rata-rata beton uji memiliki kuat tekan 22,15 MPa dan rata-rata berat satuan 2,39.10 -5 N/mm . Dari pengujian tiga bagian bambu walesan (pangkal, ujung, ros) didapat kuat tarik bambu walesan (fu) bagian pangkal 171,675 MPa dengan nilai E 5722,5 MPa, fu bagian ujung165,375 MPa dengan nilai E 5512,5 MPa, fu bagian ros 147,15 MPa dengan nilai E 4900 Mpa. Beban ultimit balok 1 sebesar 8,085 KN, beban ultimit balok 2sebesar 12,25 KN dan beban ultimit balok 3 sebesar 12,985 KN. Ketiga benda uji menunjukkan bahwa keruntuhan balok diawali dengan retak lentur. Keruntuhan tidak terjadi pada daerah dengan tulangan geser yaitu pada jarak 625 mm dari masing-masing ujung balok. Runtuh lentur ditandai dengan retak-retak tegak lurus di daerah tulangan tarik. Keruntuhan balok ditandai dengan sebagian bambu telah putus dan balok tidak mampu menahan beban lagi. Penggunaan bambu untuk tulangan jalan beton direkomendasikan untuk beban kendaraan 9 ton dengan ketebalan pelat 20 cm, mutu beton fc’ 21,08 Mpa, dan luas tulangan bambu 3080 mm 3 2 .
BETON BERTULANGAN BAMBU WALESAN Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bamboo has a tensile strength close to normal steel, it can be used as a substitute tensile steel reinforcement. Bamboo is used with a length of 3 m, base diameter 20 mm, 10 mm tip. Bamboo reinforcement beams in this study is 15 cm x 20 cm x 250 cm. This study uses the characteristic strength of concrete is fc 22 MPa. The tensile strength of bamboo walesan 147.15 Mpa, E 4900 MPa and 3 Listed below dial gauge specimens was investigated. Loading for flexural testing used two concentrated loads. From the results of this research is that keruntuh flexure marked by vertical cracks in the tensile reinforcement. The collapse of the beam is marked with some bamboo has been broken and the beam is not able to withstand the load again. Ultimate load of 12.25 KN and KN 12.985. Comparison of the mean value between the ultimate load experiment with theoretical calculations of 105.33%. Reinforcement tensile strain to work effectively while loading an average of 30.43% of ultimate loadBambu mempunyai kuat tarik yang mendekati baja normal maka dapat digunakan sebagai tulangan tarik pengganti baja. Bambu yang digunakan adalah Bambu dengan panjang 3 m, diameter pangkal 20 mm, ujung 10 mm. Balok bertulangan bambu pada penelitian ini adalah 15 cm x 20 cm x 250 cm. Penelitian ini menggunakan kekuatan karakteristik beton adalah fc’ 22 Mpa. Kuat tarik bambu walesan 147,15 MPa dan E 4900 MPa Dipasang 3 dial gauge di bawah benda uji bagian tengah. Pembebanan untuk pengujian lentur digunakan dua beban terpusat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keruntuh lentur ditandai dengan retak-retak tegak lurus di daerah tulangan tarik. Keruntuhan balok ditandai dengan sebagian bambu telah putus dan balok tidak mampu menahan beban lagi. Beban ultimit sebesar 12,25 KN dan 12,985 KN. Perbandingan nilai rata-rata antara beban ultimit eksperimen dengan perhitungan teoritis sebesar 105,33%. Regangan tarik tulangan bekerja efektif saat pembebanan rata-rata 30,43% terhadap beban ultimit
MEKANISME LONGSORAN LERENG PADA RUAS JALAN RAYA SEKARAN GUNUNGPATI SEMARANG Nugroho, Untoro; Andiyarto, Hanggoro Tri Cahyo; Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v14i1.14452

Abstract

Abstrak: Penanggulangan longsoran lereng di ruas jalan Sekaran Gunungpati Semarang sebenarnya secara parsial sudah dilakukan dari setiap tahunnya, namun di setiap musim penghujan indikasi yang sama yakni rekahan pada permukaan jalan aspal yang menunjukkan arah gerakan massa tanah selalu saja muncul. Hal ini menunjukkan bahwa sistem perkuatan lereng yang ada ikut bergerak bersama material longsoran karena bidang longsor berada di bawah perkuatan lerengnya. Untuk itu, guna menunjang efektivitas pemilihan desain perkuatan lereng, diperlukan pemahaman tentang mekanisme longsoran pada lokasi studi melalui serangkaian pengujian tanah dan analisis stabilitas lereng dengan metode elemen hingga (SSR-FEM). Berdasarkan hasil pengujian tanah di lapangan dengan uji sondir pada 2 (dua) lokasi studi Trangkil dan Deliksari Gunungpati, kedalaman tanah keras mencapai 12,00 – 26,00 meter. Bidang longsor berbentuk kurva planar dan gerakan massa tanah berupa translasi pada kedalaman 10,00-13,00 meter. Pada lokasi studi Trangkil Gunungpati, analisis stabilitas lereng menunjukkan pada saat kekuatan geser tanah di zona bidang longsor direduksi sebesar 20% dari kondisi semula, lereng mulai bergerak dengan nilai faktor aman (SF) stabilitas lereng 1,06. Kondisi awal sebelum kekuatan geser tanah direduksi, lereng masih dalam kondisi aman SF > 1,20 (= 1,23). Hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi studi yang lahannya masih berupa tegalan ini rentan terjadi gerakan massa tanah pada saat nilai kekuatan geser tanah pada zona bidang longsor terus tereduksi selama musim penghujan.
The Use of Fly Ash as Additive Material to High Strength Concrete Pangestuti, Endah Kanti; Handayani, Sri; Purnomo, Mego; Silitonga, Desi Christine; Fathoni, M. Hilmy
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 20, No 2 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v20i2.16274

Abstract

Abstract. The use of coal waste (Fly Ash) is currently being developed in building materials technology, as a high-strength concrete mix material. This study aims to determine the strength of concrete by adding fly ash as a substitute for cement in high-strength concrete mixtures. This research was conducted with an experimental method to obtain results and data that would confirm the variables studied. The total number of specimens used in this study were 36 pieces with different sizes of cube tests which were 15 cm x 15 cm x 15 cm. A total of 36 concrete samples were used to test the compressive strength of concrete with a percentage of Fly Ash in  0% (normal concrete), 20%, 25% and 30% with a concrete treatment age of 7 days, 21 days and 28 days. A total of 12 more samples were used to test water absorption in concrete at 28 days of maintenance. Each percentage percentage of Fly Ash uses 3 concrete test samples. The increase in compressive strength occurs at 7, 21 and 28 days in concrete. However, the compressive strength of concrete produced by concrete using the percentage of Fly Ash is always lower than the value of normal concrete compressive strength. From testing the compressive strength of concrete at 28 days of treatment with content of 0%, 20%, 25% and 30% Fly Ash obtained results of 45.87 MPa, 42.67 MPa, 40.89 MPa, and 35.27 MPa respectively
KORELASI ANTARA CBR, PI DAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 13, No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v13i1.1336

Abstract

Abstract: In a practical planning sometimes does not need to do a soil test as a whole. Therefore requires  an  approach  from  the  soil  properties.  To  obtain  an  approach  tersebutperlu  holding  of repeated experiments in the laboratory, so it can be described in a graphical form of the elationship between naturesifaat  land. From garfik  if one of  the  factors  / characteristics are known  then  the other properties can be determined. This study used clay from  the site Pucang  Ivoire (Semarang), Jalan  PedurunganGenuk  (Semarang),  Karangawen  (Demak),  Hut  (Purwodadi),  Godong (Purwodadi).  And  conducted  research  in  soil  mechanics  laboratory.  From  the  research  results obtained by  the  relationship between CBR and PI  is PI = 137.866.792 CBR and PI = 90.796  to 4.574 CBR, CBR at an angle with the shear angle in the ground: Ф = 18.379 + 1.155 CBR and 1.71 Ф = 10.496 + CBR , CBR connection and cohesion, namely: CBR C = 0.165 0.279 and C = 0.174 CBR 0.5996, and PI relationship with the land gesr angle Ф = 49.9160.4 PI Keywords: Plastic Index, California Bearing Ratio, Strength Scroll, Clay Soil   Abstrak: Dalam suatu perencanaan praktis kadang tidak perlu melakukan percobaan tanah secara keseluruhan. Oleh karena itu membutuhkan suatu pendekatan dari sifat,sifat tanah tersebut. Untuk memperoleh  suatu  pendekatan  tersebutperlu  diadakannya  percobaan  yang  berulang,ulang  di laboratorium, sehingga dapat digambarkan dalam suatu bentuk grafis hubungan antara sifat,sifaat tanah tersebut. Dari garfik tersebut jika salah satu faktor /sifat diketahui maka dapat ditentukan sifat yang  lain.  Penelitian  ini  menggunakan  tanah  lempung  dari  lokasi  Pucang  Gading  (Semarang), Jalan  Pedurungan,Genuk  (Semarang),  Karangawen  (Demak),  Gubuk  (Purwodadi),  Godong (Purwodadi).  Dan  penelitian  dilakukan  di  laboratorium  mekanika  tanah.  Dari  hasil  penelitian diperoleh  hubungan  antara  CBR  dan  PI  yaitu  PI  =  137,86  –  6,792CBR  dan  PI  =90,796  – 4,574CBR, CBR dengan sudut dengan sudut geser  tanah dalam yaitu  : Ф = 18,379 + 1,155CBR dan Ф=10,496 + 1,71CBR, hubungan   CBR dan kohesi yaitu  : C = 0,165 CBR – 0,279 dan C = 0,174CBR – 0,5996, dan Hubungan PI dengan sudut gesr tanah dalam Ф = 49,916 – 0,4PI Kata kunci: Plastik Indek, California Bearing Ratio, Kuat Geser, Tanah Lempung
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN TANAMAN RUMPUT AKAR WANGI UNTUK PENGENDALIAN LONGSORAN PERMUKAAN PADA LERENG JALAN DITINJAU DARI ASPEK RESPON PERTUMBUHAN AKAR Cahyo Andiyarto, Hanggoro Tri; Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 14, No 2 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v14i2.7094

Abstract

Vetiver system applications in surface soil erosion control measures still seems to require further study. This is because the root of the composite system of land cultivation is a complex biological material so that the stability of the slope would be difficult to predict. To that end, efforts vetiver system application in compacted soil embankment as it has done in several ring roads Ambarawa root growth response need to be investigated. Dense soil structure will inhibit root penetration, and this has implications on fiber berkontribusnya no roots on soil shear strength due to increased root fibers not cut plane skidded on the surface of the avalanche.  d) ranged from 1.28 - 1.34 gr/cm3 and 16.8 cm thick. At the bottom of the pot occurs due to the collection of roots can not penetrate the roots peralon covers (hubcaps). Length of roots may reach an average of 29.69 cm and a diameter of 0.40 mm root. This shows that Vetiver is able to thrive on the slope in a roundabout way Ambarawa the silt soil type kelempungan coarse grained reddish brown or red soil is often called.gOn soil planting medium coarse grained silt kelempungan reddish brown or red soil that is often referred to, in the age of the plant 90 days, vetiver grass plant roots to penetrate compacted soil layers red with a dry weight of soil volume (  d) would be possible greater average root diameter. In addition, the length and diameter of root relationships showed similarities to the distribution pattern of the same relative density.g d), number of roots, root length and root diameter in response to a growing number of pertumbuan root is the average number of roots will be possible greater average root diameter. The higher the volume of dry soil weight (gThe relationship between variables such as the volume of dry soil weightAplikasi sistem vetiver dalam upaya pengendalian longsoran permukaan nampaknya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Hal ini mengingat sistem komposit akar perkuatan tanah merupakan material biologis yang kompleks sehingga stabilitas lereng akan sulit diprediksi. Untuk itu, upaya aplikasi sistem vetiver pada tanah timbunan yang dipadatkan seperti yang telah dilakukan di beberapa ruas jalan lingkar Ambarawa perlu diteliti respon pertumbuhan akarnya. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju penetrasi akar, dan kondisi ini berimplikasi pada tidak berkontribusnya serat akar pada peningkatan kuat geser tanah karena serat akar belum memotong bidang gelincir pada longsoran permukaan. Pada media tanam berupa tanah lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah,  pada umur tanaman 90 hari, akar tanaman rumput akar wangi mampu menembus lapisan tanah merah yang dipadatkan dengan berat volume kering tanah (gd) berkisar 1,28 - 1,34 gr/cm3 dan setebal 16,8 cm. Pada dasar pot terjadi pengumpulan akar akibat akar tidak dapat menembus penutup peralon (dop). Panjang akar dapat mencapai rata-rata 29,69 cm dan diameter akar 0,40 mm. Hal ini menunjukkan bahwa akar wangi mampu berkembang baik pada lereng jalan di jalan lingkar Ambarawa yang jenis tanahnya lanau kelempungan berbutir kasar berwarna coklat kemerahan atau yang sering disebut tanah merah. Keeratan hubungan antar variabel seperti berat volume kering tanah (gd), jumlah akar,   panjang akar dan diameter akar sebagai respon dari pertumbuan akar adalah semakin banyak rata-rata jumlah akar akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Semakin tinggi berat volume kering tanah (gd) akan dimungkinkan semakin besar rata-rata diameter akar. Selain itu, hubungan panjang dan diameter akar menunjukkan kemiripan pola sebaran untuk tingkat kepadatan yang relatif sama. 
BETON BERTULANGAN BAMBU WALESAN Purnomo, Mego
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v12i1.6996

Abstract

Bamboo has a tensile strength close to normal steel, it can be used as a substitute tensile steel reinforcement. Bamboo is used with a length of 3 m, base diameter 20 mm, 10 mm tip. Bamboo reinforcement beams in this study is 15 cm x 20 cm x 250 cm. This study uses the characteristic strength of concrete is fc' 22 MPa. The tensile strength of bamboo walesan 147.15 Mpa, E 4900 MPa and 3 Listed below dial gauge specimens was investigated. Loading for flexural testing used two concentrated loads. From the results of this research is that keruntuh flexure marked by vertical cracks in the tensile reinforcement. The collapse of the beam is marked with some bamboo has been broken and the beam is not able to withstand the load again. Ultimate load of 12.25 KN and KN 12.985. Comparison of the mean value between the ultimate load experiment with theoretical calculations of 105.33%. Reinforcement tensile strain to work effectively while loading an average of 30.43% of ultimate loadBambu mempunyai kuat tarik yang mendekati baja normal maka dapat digunakan sebagai tulangan tarik pengganti baja. Bambu yang digunakan adalah Bambu dengan panjang 3 m, diameter pangkal 20 mm, ujung 10 mm. Balok bertulangan bambu pada penelitian ini adalah 15 cm x 20 cm x 250 cm. Penelitian ini menggunakan kekuatan karakteristik beton adalah fc’ 22 Mpa. Kuat tarik bambu walesan 147,15 MPa dan E 4900 MPa Dipasang 3 dial gauge di bawah benda uji bagian tengah. Pembebanan untuk pengujian lentur digunakan dua beban terpusat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keruntuh lentur ditandai dengan retak-retak tegak lurus di daerah tulangan tarik. Keruntuhan balok ditandai dengan sebagian bambu telah putus dan balok tidak mampu menahan beban lagi. Beban ultimit sebesar 12,25 KN dan 12,985 KN. Perbandingan nilai rata-rata antara beban ultimit eksperimen dengan perhitungan teoritis sebesar 105,33%. Regangan tarik tulangan bekerja efektif saat pembebanan rata-rata 30,43% terhadap beban ultimit