Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Systematic Review: Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Egidia Setya Fitriani; Ratna Dewi Indi Astuti; Dede Setiapriagung
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7390

Abstract

Skabies adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan global. Penyakit skabies masuk ke dalam 12 penyakit yang sering terjadi di Indonesia. Skabies dapat terjadi akibat beberapa faktor risiko salah satunya adalah personal hygiene. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren. Metode adalah Systematic review dengan kata kunci “personal hygiene” dan “kejadian skabies” pada santri di Pondok Pesantren dengan desain penelitian cross-sectional sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan skrining menggunakan kriteria kelayakan ( Eligibility Criteria ) yang terdiri atas P (Population) santri di Pondok Pesantren, I (Intervention) kuesioner untuk menilai personal hygiene, C (Comparation) membandingkan personal hygiene yang baik dengan buruk dan O (Outcome) hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies serta artikel yang lolos critical apprisal. Hasil penelitian, penderita skabies di Pondok Pesantren sebesar 46,8% dengan confidence interval 95% adalah 44,8 – 48,8%,  personal hygiene yang buruk pada santri sebanyak 42,5% dengan confidence interval 95% adalah 40,4 – 44,6% dan terdapat 24 dari 27 artikel menyatakan terdapat hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies di pondok pesantren  Kesimpulan, personal hygiene berhubungan dengan kejadian skabies. Systematic review: the Relationship of Personal Hygiene and the Incidence of Scabies in Boarding SchoolScabies is a disease that is still a global health problem. Scabies is one of the 12 most common diseases in Indonesia. Scabies can occur due to several risk factors, one of which is personal hygiene. Purpose: This study aims to determine the relationship of personal hygiene with the incidence of scabies in Islamic boarding schools. Methods: Systematic review  with the keywords "personal hygiene" and "scabies incidence" in students at Islamic boarding schools with a cross-sectional research design in accordance with inclusion and exclusion criteria, screening using Eligibility Criteria. consisting of P (Population) of students at Islamic boarding schools, I (Intervention) questionnaire to assess personal hygiene, C (Comparation) comparing good and bad personal hygiene and O (Outcome) the relationship of personal hygiene with the incidence of scabies and articles that pass critical apprisal. Results: The number of scabies sufferers in Islamic boarding schools was 46.8% with a 95% confidence interval was 44.8 – 48.8%, poor personal hygiene among the students was 42.5% with a 95% confidence interval was 40.4 – 44.6% and 24 out of 27 articles stated that there was a relationship between personal hygiene and the incidence of scabies in Islamic boarding schools. Conclusion: Personal hygiene is related to the incidence of scabies.
Scoping Review: Hubungan Obesitas dengan Kejadian Osteoarthritis Lutut pada Lansia Bunga Bella Alvionita; Ratna Dewi Indi Astuti; H. Iwan Tatang Hermawan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.761

Abstract

Abstract. Osteoarthritis One of the most common joint problems in the elderly is knee pain. At this time, a person's life expectancy is quite high, but a life expectancy that is not balanced with health will reduce the quality of life. One of the risk factors for osteoarthritis most associated with obesity. Excess body weight will increase the burden on the knee joint. The purpose of this study was to analyze the relationship between obesity and the incidence of osteoarthritis knee in the elderly. This research is a scoping review. The databases used are PubMed, Springer Link, and Science Direct. Articles that meet the inclusion criteria from journals' full text, English, cohort or case control. There are 1,224 articles that meet the inclusion criteria are 1,224, and those that are included in the exclusion criteria are 1,219 articles. After a critical review, there were 5 articles that passed. The results of the analysis of article 5, stating that there is a relationship of obesity and osteoarthritis, show that knee with osteoarthritis have a higher BMI, and picture radiology Images reveal a more meaningful relationship in the obese, and obesity is associated with the severity of osteoarthritis of the knee. This was assessed by radiographic classification of osteoarthritis Ahlback. The conclusion of this study is that there is a relationship between obesity and the incidence of osteoarthritis knee in the elderly, while normal weight is not associated with osteoarthritis knee in the elderly. And obesity can worsen the radiographic results of osteoarthritis in the elderly. Abstrak. Osteoarthritis lutut merupakan salah satu masalah persendian pada lansia. Pada saat ini usia harapan hidup seseorang cukup tinggi, tetapi harapan hidup yang tidak diimbangi dengan kesehatan maka akan menurunkan kualitas hidup. Salah satu faktor risiko osteoarthritis lutut yang paling berkontribusi ialah obesitas. Berat badan yang berlebih, akan memperberat beban sendi lutut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoarthritis lutut pada lansia. Penelitian ini merupakan Scoping Review. Database yang digunakan PubMed, Springer Link, dan Science Direct. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dari jurnal full text, berbahasa inggris, kohort atau case control. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 1.224 artikel dan yang termasuk kriteria ekslusi sebanyak 1.219 artikel. Setelah dilakukan telaah kritis, artikel yang lolos sebanyak 5 artikel. Hasil analisis 5 artikel, menyatakan bahwa terdapat hubungan obesitas dan osteoarthritis lutut, penderita osteoarthritis lutut memiliki BMI lebih tinggi, gambaran radiologi osteoarthiritis lutut menampakan gambar yang lebih bermakna pada penderita obesitas, dan obesitas berhubungan denga n tingkat keparahan osteoarthritis lutut yang dinilai melalui klasifikasi radiografi osteoarthristis Ahlbäck. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara obesitas dan kejadian osteoarthritis lutut pada lansia, sedangkan berat badan normal tidak berhubungan dengan osteoarthritis lutut pada lansia. Serta obesitas dapat memperburuk hasil radiografi dari osteoarthritis lutut pada lansia.
Rasio Neutrofil Limfosit Mengindikasikan Derajat Keparahan COVID-19 Leny Luckytasari; Usep Abdullah Husin; Ratna Dewi Indi Astuti
Jurnal Riset Kedokteran Volume 3, No.2, Desember 2023, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrk.v3i2.2960

Abstract

Abstract. The higher the inflammatory response, the more severe the symptoms of COVID-19. One indicator of inflammation is the NLR (Neutrophil Lymphocyte Ratio). The aim of this study is to analyze the differences in NLR in patients with moderate and severe clinical degrees of COVID-19. This research method is observational with a cross-sectional design using a simple random sampling technique. Data is taken from the medical records of COVID-19 patients who were hospitalized at RS-Al Islam Bandung for the period June-July 2021, obtained 605 medical records that met the inclusion criteria and 100 samples were taken to meet the minimum sample size. Data analysis is performed using Mann Whitney and obtained a p value of 0.000 (<0.05). This shows that there is a significant difference in NLR in the moderate and severe clinical degree groups. Patients with moderate clinical degree of COVID-19 had a NLR of 3.6, while patients with severe clinical degrees had an NLR of 9. A high NLR value was affected by an increase in the number of neutrophils and a decrease in the number of lymphocytes. An increase in the number of neutrophils is caused by an increase in the inflammatory response, while a decrease in the number of lymphocytes indicates damage to the immune system, so a high NLR value can indicate an increase in the severity of the disease. Abstrak. Semakin tinggi respon inflamasi maka menyebabkan gejala COVID-19 yang lebih berat. Salah satu indikator inflamasi adalah NLR (Neutrophil Lymphocyte Ratio). Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis perbedaan NLR pada pasien COVID-19 derajat klinis sedang dan berat. Metode penelitian ini yaitu observasional dengan desain potong lintang menggunakan teknik pemilihan sampel simple random sampling. Data diambil dari rekam medis pasien COVID-19 yang dirawat inap di RS-Al Islam Bandung periode Juni─Juli 2021, didapatkan 605 rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil 100 sampel untuk memenuhi jumlah minimal besar sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunkan Mann Whitney didapatkan p value sebesar 0.000 (< 0.05). Hal ini menunjukkan terdapat adanya perbedaan NLR yang signifikan pada kelompok derajat klinis sedang dan berat. Pada pasien COVID-19 derajat klinis sedang memiliki NLR sebesar 3,6, sedangkan pada pasien derajat klinis berat memiliki NLR sebesar 9. Nilai NLR yang tinggi dipengaruhi oleh peningkatan jumlah neutrofil dan penurunan jumlah limfosit. Peningkatan jumlah neutrofil disebabkan karena peningkatan respon inflamasi, sedangkan penurunan jumlah limfosit mengindikasikan adanya kerusakan sistem imun, sehingga nilai NLR yang tinggi dapat mengindikasikan peningkatan keparahan penyakit.
Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Siswa SMAN 9 Bandung Tahun Ajaran 2023/2024 Sonia Valerina Mandala; Ratna Dewi Indi Astuti; Susanti Dharmmika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11029

Abstract

Abstract.The lack of fitness in high school students could lead to a decrease in terms of cognitive function and academic achievement. The decrease of fitness can occur due to various factors, one of which is nutritional status. This research aims to determine the relationship between nutritional status and fitness in students at SMAN 9 Bandung. The research employs a descriptive method with a cross-sectional approach. Total sampling was used to select 98 student from SMAN 9 Bandung for the academic year 2023/2024. To asses the relationship between nutritional status and fitness level, fisher-exact test analysis was conducted. The result indicates that the majority of student have a normal body weight (77%). However, their fitness level shows that a majority of students have very poor fitness (64,3%). The fisher-exact test test result p = 0,811, indicating no significant relationship between nutritional status and fitness in students at SMAN 9 Bandung for academic 2023/2024. This could occur due to a lot of that affects fitness such as physical activity and sedentary life. Abstrak. Kurangnya kebugaran pada siswa SMA dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan menurunkan capaian akademik pada siswa. Penurunan kebugaran ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kebugaran salah satunya adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sample menggunakan random sampling dan didapatkan 98 orang siswa SMAN 9 Bandung tahun ajaran 2023/2024. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran dilakukan analisis menggunakan fisher-exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki berat badan yang normal (77%). Tingkat kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kebugaran yang sangat buruk (64,3%). Hasil uji fisher-exact test diperoleh p = 0,811 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung tahun ajaran 2023/2024. Hal ini dapat disebabkan karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran seperti aktivitas fisik dan gaya hidup sedentary.
Hubungan Antara Hipertensi dengan Stroke Berulang di RS Al-Islam Bandung Farras Nur Muhamad; Ratna Dewi Indi Astuti; Ismawati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11142

Abstract

Abstract. Recurrent stroke is a condition where an individual experiences multiple stroke attacks after having previously suffered a stroke. Uncontrolled risk factors can be significant triggers for recurrent stroke, including hypertension. This study aims to explore the relationship between hypertension and recurrent stroke, whether ischemic or hemorrhagic stroke. The research methodology employed is an analytical observational study with a case-control approach. A total of 180 respondents participated in this study, comprising 30 cases of recurrent ischemic stroke, 30 cases of recurrent hemorrhagic stroke as the case group, and 60 patients each of non-recurrent ischemic and hemorrhagic stroke as the control group. Sampling was conducted using non-probability sampling techniques, employing quota sampling for the case group and stratified random sampling for the control group. Data collection involved the observation of medical records to obtain a history of hypertension and recurrent stroke events. Data analysis was performed using chi-square tests and odds ratios to assess the level of hypertension risk associated with recurrent stroke events. The research findings indicate a significant relationship between hypertension and recurrent ischemic stroke (ρ value < α, ρ = 0.002842, OR = 4.03), while no significant association was found between hypertension and recurrent hemorrhagic stroke (ρ value > α, ρ = 0.05239, OR = 2.444). In conclusion, this study confirms the significant role of hypertension in increasing the risk of recurrent ischemic stroke. However, there is no significant relationship between hypertension and recurrent hemorrhagic stroke. Abstrak. Stroke berulang merupakan kondisi di mana seseorang mengalami serangan stroke lebih dari sekali setelah sebelumnya telah mengalami stroke. Faktor-faktor risiko yang tidak terkontrol dapat menjadi pemicu utama terjadinya stroke berulang, di antaranya adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara hipertensi dan kejadian stroke berulang, baik itu stroke iskemik maupun perdarahan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case-control. Sebanyak 180 responden terlibat dalam penelitian ini, dengan 30 pasien stroke iskemik berulang, 30 pasien stroke perdarahan berulang sebagai kelompok kasus, dan 60 pasien stroke iskemik serta 60 pasien stroke perdarahan yang tidak mengalami kejadian berulang sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling dengan quota sampling untuk kelompok kasus dan stratified random sampling untuk kelompok kontrol. Data dikumpulkan melalui observasi rekam medis untuk mendapatkan riwayat hipertensi dan kejadian stroke berulang. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan odds ratio untuk menilai tingkat risiko hipertensi terhadap kejadian stroke berulang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dan kejadian stroke iskemik berulang (ρ value < α, ρ = 0,002842, OR = 4,03), namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kejadian stroke perdarahan berulang (ρ value > α, ρ = 0,05239, OR = 2,444). Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan bahwa hipertensi berperan penting dalam meningkatkan risiko kejadian stroke iskemik berulang. Meskipun demikian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kejadian stroke perdarahan berulang.
Pengaruh Warna Ovitrap pada Peletakan Telur Nyamuk Aedes Aegypti yang Didapat dari Lingkungan Kelurahan Tamansari Bandung Fadhli Yuza Fathur Rahman; Ratna Dewi Indi Astuti; Winni Maharani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11143

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease triggered by Dengue virus infection. Humans are infected with the Dengue virus through the bite of female Aedes aegypti mosquitoes. Efforts to suppress the development of the Aedes aegypti mosquito population vary, one of which is a cheap and simple method, namely by installing an autocidal ovitrap. This study aims to assess the color of the ovitrap that is most attractive to female Aedes aegypti mosquitoes for laying their eggs. The subjects used in this research were mosquitoes obtained from the Tamansari Village Environment, Bandung. The ovitrap colors studied were black, red, yellow and white in each mosquito cage. This research was carried out three times repeatedly in the same way. The results of this research show that the color of the ovitrap that contains the most mosquito eggs is black, which dissolves other colors significantly. Conclusion: The Aedes aegypti mosquito lays its eggs more often in dark colored places, especially black. Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dipicu oleh infeksi virus Dengue. Manusia terinfeksi virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Upaya untuk menekan perkembangan populasi nyamuk Aedes aegypti beragam salah satunya yaitu dengan cara yang murah serta sederhana adalah dengan pemasangan autocidal ovitrap. Penelitian ini bertujuan menilai warna ovitrap yang paling diminati nyamuk Aedes aegypti betina untuk meletakkan telurnya. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah nyamuk yang didapatkan dari Lingkungan Kelurahan Tamansari Bandung. Warna ovitrap yang diteliti adalah warna hitam, merah, kuning dan putih pada setiap sangkar nyamuk. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan cara yang sama. Hasil Penelitian ini menunjukkan warna ovitrap yang paling banyak terdapat telur nyamuk adalah warna hitam disbanding warna lain secara bermakna. Simpulan Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak meletakkan telurnya pada tempat berwarna gelap khususnya hitam.
Hubungan Antara Faktor Sosioekonomi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Cimahi Tengah Dhania Dwintantika; Ratna Dewi Indi Astuti; Siti Annisa Devi Trusda
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11236

Abstract

Abstract. Toddlers are short if the z-score is below -2SD and very short if -3SD. Central Cimahi District is the area with the largest stunting rate in the city of Cimahi. The purpose of the study was to determine the relationship between socioeconomic factors and the incidence of stunting in toddlers in Central Cimahi. This study is a quantitative study, with observational analytical methods using a comparative cross sectional design. The number of samples was 30 for cases and 30 for control using a 2-proportion difference test taken through purposive sampling. Data was taken by giving a questionnaire containing 18 questions. Research site at Posyandu Karang Mekar in March – November 2023. Inclusion criteria included families with children younger than 5 years old and parents willing to be the subjects of the study. Exclusion criteria include children who have disorders such as congenital defects in organs and children who have chronic diseases. Data analysis of this study used Chi-square. The results showed maternal education (p=0.033), father's job (p=0.037), mother's job (p=0.020), father's income (p=0.015), and mother's income (p=0.021). In conclusion, there is a relationship between the mother's education level, father's job, mother's job, father's income and mother's income with the incidence of stunting in Central Cimahi. Family socioeconomic factors have an important role in the incidence of stunting. Abstrak. Balita pendek jika z-score di bawah -2SD dan sangat pendek jika -3SD. Kecamatan Cimahi Tengah merupakan daerah dengan angka stunting terbesar di kota Cimahi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara faktor sosioekonomi dengan kejadian stunting pada balita di Cimahi Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode analitik observasional menggunakan desain cross sectional comparative. Jumlah sampel sebanyak 30 untuk kasus dan 30 untuk kontrol menggunakan uji beda 2 proporsi yang diambil melalui purposive sampling. Data diambil dengan cara memberikan kuesioner berisi 18 pertanyaan. Tempat penelitian di Posyandu Karang Mekar pada bulan Maret – November 2023. Kriteria inklusi meliputi keluarga yang memiliki anak berusia kurang dari 5 tahun dan orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi meliputi anak yang memiliki kelainan seperti cacat bawaan pada organ tubuh dan anak yang memiliki penyakit kronis. Analisis data penelitian ini menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan ibu (p=0,033), pekerjaan ayah (p=0,037), pekerjaan ibu (p=0,020), pendapatan ayah (p=0,015), dan pendapatan ibu (p=0,021). Simpulan, terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan pendapatan ibu dengan kejadian stunting di Cimahi Tengah. Faktor sosioekonomi keluarga memiliki peran peran penting terhadap kejadian stunting.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan ASI Lanjutan dengan Status Gizi pada Anak Usia 2 Tahun di Puskesmas Cimahi Selatan Ahnaf Yemina Putri; Ratna Dewi Indi Astuti; Ismawati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11272

Abstract

Abstract. The nutritional status of children aged less than five years in Indonesia is quite high. Nutritional status is influenced by nutritional intake and socioeconomic factors. Exclusive breastfeeding is one of the indicators of nutritional fulfillment. In Indonesia, exclusive breastfeeding still does not meet the national target and there is no further research on continued breastfeeding. In addition, WHO recommends breastfeeding for the first two years of life. The purpose of this study was to look at the picture, analyze the relationship between exclusive breastfeeding and continued breastfeeding with nutritional status, and analyze the difference in body weight of children who received exclusive breastfeeding and continued breastfeeding for up to 2 years. This study was an observational analytic with a cross sectional approach. The calculation method used to determine the relationship was the Chi square test and to determine the difference was the Mann-Whitney U test. The subjects of this study were children aged 2 years old (24-25 months) in the weighing period of February 2023 at the South Cimahi Health Center with a total subject of 74 children. The results showed that there was no significant relationship between exclusive breastfeeding classified into exclusive breastfeeding and not exclusive breastfeeding with nutritional status classified into poor nutrition and good nutrition (P=0.156). The results of this study also showed no association between continued breastfeeding until the age of 2 years classified into continued breastfeeding until 2 years and not continued breastfeeding (P=0.156). Abstrak. Permasalahan status gizi pada anak usia kurang dari lima tahun di Indonesia cukup tinggi. Masalah status gizi dipengaruhi oleh faktor asupan nutrisi dan sosioekonomi. Pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu indikator dalam pemenuhan gizi. Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif masih belum memenuhi target nasional dan pemberian ASI lanjutan tidak terdapat adanya penelitian lebih lanjut. Selain itu, WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI selama dua tahun pertama kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pemberian ASI eksklusif dan lanjutan dengan status gizi pada anak usia 2 tahun. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode perhitungan yang digunakan untuk menentukan hubungan adalah uji Chi square. Subjek penelitian ini adalah anak usia 2 tahun (24-25 bulan) pada bulan penimbangan periode Februari 2023 di Puskesmas Cimahi Selatan dengan jumlah subjek 74 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif yang digolongkan menjadi ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif dengan status gizi yang digolongkan menjadi gizi buruk dan gizi baik (P=0,156). Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI lanjutan hingga usia 2 tahun yang digolongkan menjadi ASI lanjutan hingga 2 tahun dan tidak ASI lanjutan hingga 2 tahun dengan status gizi (P=0,746). Hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor lain yang menentukan status gizi anak yang tidak di teliti dalam penelitian ini. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah makanan pendamping ASI.