Susanti Dharmmika
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Scoping Review: Hubungan antara Status Perokok Pasif (Secondhand Smoker) dengan Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) pada Pekerja di Perkantoran Farhah Zakiah; Annisa Rahmah Furqaani; Susanti Dharmmika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.820

Abstract

Abstract. Secondhand smoke (SHS) is a term for someone who are exposing to secondhand smoke from an active smoker. Exposure to cigarette smoke itself has been proven to be a risk factor for various health problems and is also a serious problem in the workplace. As a result of smoking and exposure to cigarette smoke, it increases the risk of several diseases, such as chronic obstructive pulmonary disease (COPD) which is included in the type of non-communicable disease and is a disease that is a health problem in the world. The purpose of this study was to determine the relationship between secondhand smoke status and the risk of chronic obstructive pulmonary disease in office workers. The study used the scoping review method which was carried out by analyzing articles published in 2016-2021 on three databases, namely Science Direct, Pubmed and Google Scholar, which matched the inclusion criteria of 8,600 articles. There are 5 articles that meet the inclusion criteria. After adjustments were made to the exclusion criteria and the feasibility test using the Joanna Briggs Institute's critical appraisal checklist and based on PICOS, 5 articles were obtained. In one article, there is a comparison between smokers and non-smokers, 196 (63.84%) were exposed to passive smoke (non-smokers), and 24 (12.24%) had COPD. Another article states that the prevalence of COPD is 2.2% (2.4 million) in those who have never smoked. The conclusion of this study shows that there is a relationship between passive smoking and the risk of COPD in the workplace, one of them in the office area. Abstrak. Perokok pasif atau secondhand smoke (SHS) merupakan istilah bagi seseorang yang terpapar asap rokok dari seorang perokok aktif. Paparan asap rokok sendiri telah terbukti sebagai faktor risiko berbagai masalah kesehatan dan juga menjadi permasalahan serius di tempat kerja. Akibat merokok dan paparan asap rokok, adalah meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang termasuk kedalam jenis penyakit tidak menular dan merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan didunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status perokok pasif (secondhand smoke) dengan risiko kejadian penyakit paru obstruktif kronik pada pekerja di perkantoran. Penelitian menggunakan metode scoping review yang dilakukan dengan cara menganalisis artikel yang dipublikasikan pada tahun 2016-2021 pada tiga database yaitu Science Direct, Pubmed dan Google Scholar yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 8.600 artikel. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 5 artikel. Setelah dilakukan penyesuaian dengan kriteria eksklusi dan uji kelayakan menggunakan Joanna briggs Institute critical appraisal checklist dan berdasarkan PICOS didapatkan 5 artikel. Pada salah satu artikel terdapat perbandingan antara pekerja perokok dan bukan perokok didapatkan sebanyak 196 (63,84%) yang terpapar asap pasif (non-perokok), dan 24 (12,24%) di antaranya menderita PPOK. Artikel lain menyebutkan bahwa prevalensi PPOK 2,2% (2,4 juta) pada mereka yang tidak pernah merokok. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perokok pasif dengan risiko kejadian PPOK di tempat kerja salah satunya di area perkantoran.
Scoping Review: Hubungan Prematur dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia di Bawah 5 Tahun Diva Satrinabilla Armawan; Habib Syarif Hidayatuloh; Cice Tresnasari; Susanti Dharmmika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1313

Abstract

Abstract. Stunting is a growth disorder in children caused by chronic or repeated malnutrition, recurring infections, inadequate psychosocial stimulation. In 2019, WHO said the prevalence of stunting was 21.3% worldwide. One of the most common causes of stunting is chronic malnutrition, which can be caused by conditions in the fetus, premature birth or stunted growth. Children under five who are born prematurely have an increased risk of stunting in the first two years of life. The purpose of this study was to determine the relationship between premature birth and stunting in children under 5 years of age. This study used the Scoping Review method, searching for articles from databases such as PubMed, SpringerLink, ScienceDirect, ProQuest, Ovid and Google Scholar using the keywords ("Premature Birth"[Mesh]) AND "Growth Disorders"[Mesh]) AND "Children, Preschool"[Mesh] in the period of 2011-2021. There was a total of 778 articles that met the inclusion criteria and a total of three articles successfully passed the critical assessment criteria. The results of the three articles show that there is a relationship between prematurity and the incidence of stunting in children under five years of age. Abstrak. Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis atau berulang, infeksi berulang, stimulasi psikososial yang tidak memadai. Pada tahun 2019, WHO mengatakan prevalensi stunting adalah 21,3% di seluruh dunia. Salah satu penyebab stunting yang paling umum adalah kekurangan gizi kronis, yang dapat disebabkan oleh kondisi saat janin, kelahiran prematur atau pertumbuhan yang terhambat. Anak balita yang terlahir prematur memiliki peningkatan risiko stunting pada dua tahun pertama kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelahiran prematur dengan stunting pada anak di bawah 5 tahun. Penelitian ini menggunakan metode Scoping Review, dengan mencari artikel dari database seperti PubMed, SpringerLink, ScienceDirect, ProQuest, Ovid dan Google Scholar menggunakan kata kunci ("Kelahiran Prematur "[Mesh]) DAN "Gangguan Pertumbuhan"[Mesh]) DAN "Anak, Prasekolah"[Mesh] dalam periode tahun 2011-2021. Terdapat total 778 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan 3 artikel berhasil lolos kriteria penilaian kritis. Hasil dari ketiga artikel mengatakan bahwa terdapat hubungan antara prematur dengan kejadian stunting pada anak usia di bawah lima tahun.
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil pada Kejadian Preeklamsia Awitan Dini dan Preeklamsia Awitan Lambat di Rumah Sakit Al-Ihsan Kabupaten Bandung 2022 Azhari Fadhilah; Jusuf Sulaeman Effendi; Susanti Dharmmika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10775

Abstract

Abstract. Preeclampsia is a disorder of uncontrolled high blood pressure (hypertension) in pregnant women after the 20th week and is accompanied by protein in the urine (proteinuria). Risk factors for preeclampsia include age <20 years and >35 years, parity (primigravida and grandemultigravida), and pregnancy interval <2 years. This study aims to determine the characteristics of pregnant women (age, parity and pregnancy interval) in the incidence of early and late onset preeclampsia at Al Ihsan Hospital, Bandung Regency in 2022. This research method is descriptive with a cross-sectional approach. Data was taken using a total sampling technique from the medical records of 194 pregnant women studied, there were 63 (32.5%) early onset preeclampsia, 131 (67.5%) late onset preeclampsia. In early onset preeclampsia aged <20 years 12 (19%), aged 21-35 years 36 (57.1%), and pregnant women aged >35 years 15 (23.8%). For late onset preeclampsia aged < 20 years 1 (0.8%), aged 21-35 years 75 (57.3%), and pregnant women aged > 35 years 55 (42%). Early onset preeclampsia in primigravida 22 (34.9%), multigravida 34 (54%), and grandemultigravida 7 (11.1%). In late onset preeclampsia, the parity was primigravida 12 (9.2%), multigravida 107 (81.7%), and grandemultigravida 12 (9.2%). The distribution of pregnancy intervals in early onset preeclampsia showed that pregnancy intervals were < 2 years 36 (57.1%) and > 2 years 27 (42.9%). Meanwhile, for late onset preeclampsia, the pregnancy interval was < 2 years 51 (38.9%) and > 2 years 80 (61.1%). Abstrak. Preeklamsia merupakan gangguan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol pada ibu hamil setelah minggu ke- 20 dan disertai protein pada urin (proteinuria). Faktor risiko pada preeklamsia antara lain usia <20 tahun dan >35 tahun, paritas (primigravida dan grandemultigravida), dan interval kehamilan < 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil (usia, paritas, dan interval kehamilan) pada kejadian preeklamsia awitan dini dan lambat di Rumah Sakit Al Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2022. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Data diambil dengan teknik total sampling dari rekam medis sebanyak 194 ibu hamil yang diteliti, terdapat 63 (32,5%) preeklampsia awitan dini, 131 (67,5%) preeklamsia awitan lambat. Pada preeklamsia awitan dini yang berusia < 20 tahun 12 (19%), usia 21-35 tahun 36 (57,1%), dan ibu hamil berusia >35 tahun 15 (23,8%). Untuk preeklamsia awitan lambat berusia < 20 tahun 1 (0,8%), usia 21-35 tahun 75 (57,3%), dan ibu hamil berusia > 35 tahun 55 (42%). Preeklamsia awitan dini pada paritas primigravida 22 (34,9%), multigravida 34 (54%), dan grandemultigravida 7 (11,1%). Pada preeklamsia awitan lanjut paritas primigravida 12 (9,2%), multigravida 107 (81,7%), dan grandemultigravida 12 (9,2%). Distribusi interval kehamilan pada preeklamsia awitan dini didapatkan interval kehamilan < 2 tahun 36 (57,1%) dan > 2 tahun 27 (42,9%). Sedangkan untuk preeklamsia awitan lambat, interval kehamilan < 2 tahun 51 (38,9%) dan > 2 tahun 80 (61,1%).
Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran pada Siswa SMAN 9 Bandung Tahun Ajaran 2023/2024 Sonia Valerina Mandala; Ratna Dewi Indi Astuti; Susanti Dharmmika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11029

Abstract

Abstract.The lack of fitness in high school students could lead to a decrease in terms of cognitive function and academic achievement. The decrease of fitness can occur due to various factors, one of which is nutritional status. This research aims to determine the relationship between nutritional status and fitness in students at SMAN 9 Bandung. The research employs a descriptive method with a cross-sectional approach. Total sampling was used to select 98 student from SMAN 9 Bandung for the academic year 2023/2024. To asses the relationship between nutritional status and fitness level, fisher-exact test analysis was conducted. The result indicates that the majority of student have a normal body weight (77%). However, their fitness level shows that a majority of students have very poor fitness (64,3%). The fisher-exact test test result p = 0,811, indicating no significant relationship between nutritional status and fitness in students at SMAN 9 Bandung for academic 2023/2024. This could occur due to a lot of that affects fitness such as physical activity and sedentary life. Abstrak. Kurangnya kebugaran pada siswa SMA dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan menurunkan capaian akademik pada siswa. Penurunan kebugaran ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kebugaran salah satunya adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sample menggunakan random sampling dan didapatkan 98 orang siswa SMAN 9 Bandung tahun ajaran 2023/2024. Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran dilakukan analisis menggunakan fisher-exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki berat badan yang normal (77%). Tingkat kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kebugaran yang sangat buruk (64,3%). Hasil uji fisher-exact test diperoleh p = 0,811 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kebugaran pada siswa SMAN 9 Bandung tahun ajaran 2023/2024. Hal ini dapat disebabkan karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran seperti aktivitas fisik dan gaya hidup sedentary.