Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI SUMATERA UTARA TAHUN 2010-2012 Frans Yosep Sitepu; Teguh Supriyadi
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 9 Nomor 1 Juni 2013
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.379 KB) | DOI: 10.22435/blb.v9i1.683

Abstract

ABSTRAK. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sumatera Utara yang merupakan daerah endemis. Program pengendalian DBD diharapkan dapat memberikan informasi tentang endemisitas dari suatu daerah, musim penularan dan perkembangan penyakit yang dapat digunakan untuk menjadikan sistem lebih efektif dan efisien. Penelitian ini adalah sebuah studi deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data DBD dari tahun 2010-2012. Evaluasi mengenai cara pencegahan dan program pengendalian DBD telah dilakukan. Cara pencegahan dan program pengendalian DBD di Sumatera Utara antara lain: pengamatan epidemiologi yang dilakukan pada semua kasus DBD; penemuan dan manajemen kasus di Rumah Sakit, dokter pribadi dan perawatan kesehatan primer; perluasan dan peningkatan partisipasi masyarakat, pengendalian vektor di daerah DBD, sistem peringatan dini dan pengendalian perjangkitan, kerjasama dari berbagi sektor, monitoring dan evaluasi. Program pengandalian DBD di Sumatera Utara perlu ditingkatkan dengan menambah kerjasama lintas sektor dan program untuk mengoptimalkan program tersebut, merotasi insektisida untuk menghindari resistensi vektor.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DEMAM CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN BATANG TORU, KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014 Frans yosep sitepu; Emilda arasanti; Amri rambe
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 10 Nomor 1 Juni 2014
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1623.572 KB) | DOI: 10.22435/blb.v10i01.754

Abstract

ABSTRAKDemam chikungunya adalah penyakit arbovirosis dengan angka kesakitan yang tinggi dan berdampak terhadap kondisisosial ekonomi. Tanggal 17 Januari 2014, Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan melaporkan adanya kejadian luarbiasa (KLB) demam chikungunya di Kecamatan Batang Toru dengan jumlah kasus sebanyak 74 orang. Penelitian analitikmenggunakan desain kasus kontrol, dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadinya KLB demam chikungunya.Kasus adalah penduduk yang sedang sakit atau baru mengalami sakit dengan gejala klinis utama demam, nyeri padapersendian dan bintik-bintik merah pada kulit. Kontrol adalah penduduk yang tidak sedang sakit dan tidak baru mengalamisakit dengan gejala klinis utama demam, nyeri pada persendian dan bintik-bintik merah pada kulit, diambil dari desa laindengan karakteristik penduduk dan topografi yang hampir sama dengan daerah penelitian. Analisis secara bivariatmenggunakan chi-square dan regresi logistik dengan derajat kepercayaan 95%. Sampel darah pasien diuji menggunakanrapid diagnostic test (RDT) Chikungunya IgM. Analisis bivariate menunjukkan variabel yang berhubungan dengankejadian demam chikungunya adalah tidak menggunakan kelambu pada saat tidur pagi dan sore hari (p- value: 0,000; OR=4,825, CI= 2,379-9,782) dan terdapat jentik nyamuk di tempat penampungan air (TPA) sekitar rumah (p-value= 0,000;OR= 6,206; CI= 2,905-13,257). Analisis multivariat menunjukkan faktor risiko yang paling berpengaruh adalah terdapatjentik nyamuk di TPA sekitar rumah (p-value= 0,013; OR= 3,837; CI= 1,322-11,131). Hasil uji dengan RDT pada 7 sampeldarah didapatkan 2 positif Chikungunya IgM. Telah terjadi KLB Demam Chikungunya di Kecamatan Batang ToruKabupaten Tapanuli Selatan. Penularan chikungunya terjadi secara terus-menerus dan sumber penularan lebih dari 1orang
EVALUASI DAN IMPLEMENTASI SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SINGKAWANG, KALIMANTAN BARAT, 2010 Frans yosep sitepu; Antonius Suprayogi; Dibyo Pramono
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 8 Nomor 1 Juni 2012
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1350.743 KB) | DOI: 10.22435/blb.v8i1.774

Abstract

Introduction: Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is still a public health problem in Singkawang Municipality which was an endemic area. DHF surveillance is expected to inform endemicity of an area, season of transmission and disease progression that can be use to make the system more effective and efficient. Methods: Observational study by using a structured questionnaire. Interview was conducted to all DHF surveillance officers. Evaluated had been done to the variable of input, process, and output of the surveillance system. We conducted an on the job training to all DHF surveillance officers after the evaluation.Results: 66.7% officers never got any trainings of surveillance, 83.3% had double duty, budgeting limited to physical needs, facilities and infrastructures. Process variable, data collection was late; analysis and recommendation had not been directed to the distribution of cases, the relationship between risk factors and the mortality of DHF incidence, and environment changing, feedback; data distribution had not been implemented optimally. Output variable was still weak, no surveillance epidemiology profile. Attribute surveillance such as simplicity, flexibility, and positive predictive value were good, but still weak in acceptability, sensitivity, representativeness, and timeliness. Short-term evaluation resulted that there was an increasing knowledge of surveillance officers (p value <0.05). Mid-term evaluation resulted that there was an increasing of completeness and accuracy of DHF report from 80% to 100%, active case finding, epidemiology investigation conducted to all DHF cases.Discussion and Conclusions : DHF surveillance system in Singkawang needs to be improved, there were many attributes of surveillance system that had not done well. Training of surveillance system is needed to improve capability and capacity of the surveillance officers.