Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

CASPASE-3 AKTIF DI LEUKEMIA MIELOSITIK AKUT (LMA) DAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA) Agus Setiawan; Indarini Indarini; Lyana Setiawan; Siti Boedina Kresno; Nugroho Prayogo; Arini Setiawati
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 19, No 3 (2013)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v19i3.411

Abstract

Dysregulation of apoptosis plays an essential role either in leukemogenesis or treatment response. Caspase-3 is a cysteine protease that functions as the final common mediator of apoptosis. The expression of the active caspase-3 is presumed as a predictor of prognosis and is able to predict the chemotherapy sensitivity. The aim of this study is to identify and to know the profile of active caspase-3 in Acute Myeloid Leukaemia (AML) and Acute Lymphoblastic Leukaemia (ALL), to correlate its expression in marrow and peripheral blood mononuclear cells, and to verify the extent of its use as a complete remission predictor after induction treatment. The study subjects consisted of patients who were diagnosed as AML and ALL with marrow and peripheral blood examination performed at the Department of Clinical Pathology Dharmais Cancer Hospital and CiptoMangunkusumo Hospital. Based on this study, it is revealed that the active caspase-3 expression in mononuclear marrow cells was higher in AML compared to ALL (p=0.033), active caspase-3 expression in marrow showed a strong correlation (r=0.764; p=0.001) to peripheral blood mononuclear cells in ALL and a medium correlation (r=0.594; p=0.042) in AML. The expression of the active caspase-3 in ALL patients was lower in complete remission patients compared to the non-complete remission patients. Regarding to this study it is recommended to measure the active caspase-3 along with molecules integrating in apoptosis signaling pathways such as cytochrome-c and in the formation of apoptosome.
Micro-RNA dan Implikasinya pada Kanker Siti Boedina Kresno
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 3 (2011): Jul - Sep 2011
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.209 KB) | DOI: 10.33371/ijoc.v5i3.159

Abstract

MikroRNA (miRNA) merupakan keluarga RNA yang tidak menyandi (non-coding RNA) yang berfungsi mengatur ekspresi gen pada jalur transduksi sinyal seluler. Ia dapat bersifat onkogen atau gen supresor tumor, tergantung mRNA sasarannya dan berfungsi sebagai modulator translasi dan stabilitas mRNA serta berpotensi mempengaruhi berbagai jalur proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis sel. Kelainan pada miRNA, baik ekspresi berlebihan maupun delesi, dapat berpengaruh pada berbagai proses seluler di atas dan berakibat transformasi ganas. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai jenis miRNA yang berperan pada keganasan telah dapat diidentifikasi, bahkan selain dalam jaringan tumor juga dapat diidentifikasi dan diukur kadarnya dalam serum dan cairan tubuh lain sebagaicirculatingmiRNA, sehingga di kemudian hari dapat digunakan sebagai biomarker non-invasif untuk diagnosis maupun prognosis dan pemantauan kanker.Katakunci : micro-RNA, cell-free-miRNA, regulator pasca-transkripsi
The Accuracy of Plasma EBV-DNA Quantification Using LMP2 as Primer to Detect Distance Metastasis After Radiation of Nasopharyngeal Cancer in Dharmais National Cancer Center Dewi Soeis Marzaini; Demak L. Tobing; Siti Boedina Kresno
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 2 (2009): Apr - Jun 2009
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.081 KB) | DOI: 10.33371/ijoc.v3i2.97

Abstract

Kanker nasofaring (NPC) biasa ditemukan di Indonesia dan berkaitan dengan penyakit tingkat lanjut (advanced disease). Keberadaan virus Epstein-Bar deoxyribonucleic acid (EBV-DNA) sudah lama ditawarkan untuk deteksi awal terhadap kegagalan jarak (distant failure) setelah pemberian radiasi (radiation theraphy). Selaput laten protein-2 (LMP-2) sangat potensial untuk diterapkan di Indonesia, karena efektif dalam menekan biaya. Namun, hal ini belum pernah di pelajari sebelumnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetes penghitungan akurasi plasma EBV-DNA menggunakan LMP2 sebagai cara awal untuk mendeteksi metastasis setelah pemberian radiasi pada pasien NPC.Contoh plasma diambil dari pasien penderita kanker nasofaring paling tidak enam bulan setelah pemberian radiasi. DNA diekstrak dan dianalisis dari reaksi rantai polymerase berdasarkan hitungan waktu (real-time polymerase chain reaction RT-PCR) (Light Cycler, Roche Diagnostics) menggunakan spesifikasi dasar LMP-2. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan standar kuantitatif RT-PCR antara EBNA-1 dan segmen DNA dalam area BamHi-W dari genome EBV.Perbedaan rata-rata (mean) dari level EBV-DNA kemudian dibandingkan menggunakan tes analisis varian (ANOVA). Perhitungan sensitivitas dan spesifikasi dihitung berdasarkan kurva ROC (receiver-operating characteristics).Kajian ini menggunakan dua puluh tiga kasus NPC yang non-metastatik, di mana jumlah pasien laki-laki 17 orang (73,9%) dan wanita 6 orang (26,1%). Median dari umur pasien adalah 48 tahun (21-67 tahun). Kebanyakan kasus sudah mencapai stadium III (56,5%), diikuti stadium IVA-B (26,1%). Semua pasien menerima radiasi sebanyak 6000-7000 cGy. Sepuluh pasien (43,5%) telah mendapatkan metastasis (distant metastasis) paling tidak enam bulan setelah terapi radiasi. Tidak ada tanda-tanda kambuh pada lokasi awal (primary site). Tidak ada perbedaan mean pada tingkat EBV-DNA, yaitu antara penggunaan EBNA-1 secara dasar antara pasien dengan metastasis dan pasien tanpa metastasis (5135 copies/mL vs. 7827 copies/mL; p=0,245). Ada perbedaan mencolok pada mean EBV-DNA antara pasien dengan metastasis dan pasien tanpa metastasis saat menggunakan LMP2 sebagai dasar dan menggunakan BamHI-W sebagai dasar. BamHI-W primer memberikan tingkat sensitivitas 100% dan spesifisitas 100% pada tingkat EBV-DNA 1080 copies/mL dengan AUC 1,0. Perhitungan dengan LMP2 primer memberikan tingkat sensitivitas 89% dan spesifisitas 100% pada pemberian 17 copies/mL dengan AUC 0,944.Kesimpulannya, deteksi EBV-DNA menggunakan LMP2 primer berguna bagi deteksi awal metastatik setelah pemberian radiasi bagi pasien NPC yang tidak memiliki metastasis pada saat proses diagnosis. Primer ini memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas hampir seakurat BamHi-W primer.Kata kunci: Metastasis, Radiasi, Nosofaring.
Cancer Immunology: From Immunosurveillance to Immunoescape Siti Boedina Kresno
Indonesian Journal of Cancer Vol 2, No 1 (2008): Jan - Mar 2008
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2384.935 KB) | DOI: 10.33371/ijoc.v2i1.33

Abstract

Sejak lama telah diketahui bahwa sistem imun dapat mengidentifikasi dan menyingkirkan sel tumor berdasarkan ekspresi antigen tumor atau molekul yang diinduksi oleh stres pada sel. Proses ini dikenal sebagai tumor immunosurveillance, pada proses mana sistem imun mengidentifikasi sel kanker dan sel prekanker kemudian menghancurkannya sebelum sel itu menjadi berbahaya. Berbagai sel efektor, seperti sel B, T, NK, NKT, IFN, perforin dan granzyme telah sejak lama diketahui secara jelas peranannya dalam immunosurveillance. Walaupun telah jelas bahwa ada immunosurveillance dan sel kanker dapat dikenal dan dihancurkan oleh sistem imun, mengapa kanker masih tetap dapat tumbuh dan berkembang pada orang yang imunokompeten? Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa immunosurveillance hanyalah salah satu dimensi dari hubungan yang kompleks antara tumor dengan sistem imun. Juga telah banyak bukti bahwa sistem imun dapat merangsang munculnya tumor dengan imunogenesitas rendah yang mampu menghindar dari penghancuran oleh sistem imun. Penemuan ini mengakibatkan berkembangnya hipotesis baru yang dikenal sebagai hipotesis immunoediting.Tinjauan pustaka ini akan merangkum interaksi antara pejamu dengan sel-sel tumor yang berakibat eliminasi, ekilibrium clan escape, yang dikenal dengan istilah 3E dari proses immunoediting.