Risha Iffatur Rahmah
State University of Surabaya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

SEXIST LANGUAGE IN THE SPEECH OF MOSLEM FEMALE PREACHERS (CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS) Risha Iffatur Rahmah; Budinuryanta Yohanes; Suhartono Suhartono
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 48, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.472 KB) | DOI: 10.17977/um015v48i12020p1

Abstract

SEXIST LANGUAGE IN THE SPEECH OF MOSLEM FEMALE PREACHERS (CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS)Abstract: This study aims to find sexist language in the speech of female preachers through representation, interpretation, and forms of discrimination in the text. This study used a qualitative phenomenological research method and used critical discourse analysis by Faircloughn as supporting the data. The data shows that females speak more sexist if they talk to the same gender than a different gender. From this phenomenon, the impact on the use of vocabularies that license gender identity by using the terms marked, unmarked, and semantic derogation. There are other relationships with grammar using declarative, imperative, and interrogative sentence types in intentionality modalities; epistemic; deontic; dynamic. This relationship also discussed the uses of mentioning text in a text structures by convection of relationships, structuring, and ordering a text.Keywords: Sexist language, Gender discrimination, Representation, Gender identity, PrejudiceBAHASA SEKSIS PADA PEREMPUAN PENCERAMAH AGAMA ISLAM (ANALISIS WACANA KRITIS)Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bahasa seksis pada tuturan perempuan penceramah melalui representasi, intepretasi, dan bentuk diskriminasi dalam analisis teks. Temuan tersebut diproses dari metode analisis wacana kritis Fairclough dengan jenis penelitian kualitatif fenomenologis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan penceramah bertutur seksis terhadap perempuan dibandingkan laki-laki, meskipun keduanya juga sama-sama terseksiskan. Representasi tuturanya mengarah pada hubungan budaya di antara peranan suami, istri, dan mertua.Sedangkan, intepretasi keseksisannya ada pada pelemahan identitas gender baik laki-laki maupun perempuan.  Hal ini berdampak pada penggunaan kosakata yang melemahkan identitas gender dengan menggunakan istilah bertanda, tidak bertanda, dan derograsi semantik. Adapun hubungan lainnya terdapat pada tata bahasa dengan menggunakan jenis kalimat deklaratif, imperatif, dan introgatif dalam modalitas intensionalitas; epistemik; deontik; dinamik. Hubungan ini juga disertai penggunaan penyebutan pronominal di struktur teks dengan konveksi interaksi, penataan, dan pengurutan teks.Kata kunci: Bahasa seksis, Diskriminasi gender, Representasi, Identitas gender, Prasangka