Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Prevalensi dan Faktor Risiko Hipertensi di Kecamatan Ilir Timur II Palembang Tahun 2012 Abdul Hakim R; Zulkhair Ali; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i1.2743

Abstract

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah melampaui tekanan darah normal. Tekanan darah disebut normal apabila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan diastolik <80 mmHg. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, dan sering disebut sebagai “the silent disease”. Hipertensi timbul karena berbagai faktor risiko seperti umur lanjut, riwayat keluarga, berat badan berlebih, kebiasaan merokok, kurang aktifitas fisik, asupan natrium berlebih, dislipidemia, diabetes mellitus, dan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko hipertensi di Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember tahun 2012 di Kecamatan Ilir Timur II Palembang dengan metode analitik observasional. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi penelitian adalah penduduk yang berumur ≥15 tahun. Jumlah sampel adalah 512 unit. Data tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan didapatkan dengan pengukuran langsung memakai alat dengan metode yang sudah ditentukan, dan data lainnya didapatkan dengan wawancara. Dari data di Kecamatan Ilir Timur II Palembang diperoleh jumlah total penderita hipertensi adalah sebanyak 182 (35.5%) penderita dari 512 total penduduk yang diambil sebagai sampel penelitian. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa umur (p= 0,000), Indeks Massa Tubuh (p= 0,002), riwayat keluarga yang menderita hipertensi (p= 0,001), dan lama merokok (p= 0,000) merupakan faktor yang berpengaruh pada prevalensi hipertensi di Kecamatan Ilir Timur II Palembang tahun 2012.
Uji Tempel Dengan Finn Dan Iq Chambers Pada Pasien Dermatitis Kontak Alergi Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fitriyani Fitriyani; M.Athuf Thaha; Yulia Farida Y; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2692

Abstract

Uji tempel telah diakui secara universal sebagai alat diagnostik untuk diagnosis dermatitis kontak alergi . Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan standarisasi metode ini , tapi keandalan dan reproduktifitas uji tempel  masih menjadi masalah , terutama menyangkut kemampuan relevansi uji tempel ke sesitizer tertentu . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan hasil uji tempel menggunakan Finn chamber dan IQ chamber pada penderita dermatitis kontak alergi di Rumah Sakit Umum Dr moh . Hoesin Palembang. Sebuah laboratorium analitik observasional dengan rancangan cross sectional dilaksanakan di klinik Alergi imunologi rawat jalan , Departemen  Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Dr Moh . Hoesin palembang sejak Januari hingga Maret 2010 . Sebanyak 85 pasien dermatitis kontak alergi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi direkrut dengan random sampling . Uji tempel telah dilakukan setelah anamnesis dan pemeriksaan umum menurut sejarah sensitizer . Semua subjek diperiksa oleh peneliti lain dan anspectors . Sensitizer yang paling umum yang menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah sulfat nikel , aroma campuran dan 4 - phenylendiamine basa bebas . Uji tempel menggunakan Finn Chambers dan IQ Chambers menunjukkan  hasil positif dan negatif  yang sama baik dalam jumlah dan intensitas reaksi . Tapi IQ Chambers memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan Finn Chambers yang tidak memerlukan pita perekat tambahan , biaya keseluruhan lebih murah dan lebih efisien karena sensitzer dapat disiapkan sebelum aplikasi . Finn dan IQ Chambers keduanya memiliki kemampuan yang sama dalam mendeteksi sensitizer penyebab DKA di RSUPMH Palembang
Perbandingan Efektivitas Krim Urea 10% dan Krim Niasinamid 4% Terhadap Hidrasi Kulit Pasien Dermatitis Atopik Laila Hayati; Athuf Thaha; Tantawi D Tantawi D; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i1.2730

Abstract

Banyak penelitian telah menunjukkan penurunan hidrasi stratum korneum pada kulit pasien dermatitis atopik (DA) dengan atau tanpa lesi dibanding kontrol sehat. Pelembab yang mengandung seramid saat ini banyak tersedia dan sering digunakan untuk meningkatkan hidrasi kulit pasien DA, namun harga pelembab tersebut tidak ekonomis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelembab yang mengandung urea atau niasinamid juga dapat meningkatkan hidrasi kulit pasien DA secara signifikan dengan  harga lebih ekonomis dibanding pelembab yang mengandung seramid. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas krim urea 10% dan krim niasinaid 4% terhadap hidrasi kulit pasien DA. Pada penelitian eksperimental buta ganda ini, subjek dibagi secara acak menjadi dua kelompok pengobatan yaitu 33 subjek mendapat krim urea 10% dan 33 subjek mendapat krim niasinamid 4% selama 4 pekan. Anamnesis, pengukuran hidrasi kulit pre-ekperimental dan post-eksperimental dilakukan pada semua subjek. Hasil penelitian didapatkan hidrasi kulit post-eksperimental pada kedua kelompok meningkat secara bermakna (p=0.000). Angka kesembuhan hidrasi kulit pada kelompok urea adalah 93.9% dan kelompok niasinamid adalah 84.8%, namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0.389). Perbandingan efektivitas kedua kelompok didapatkan tidak berbeda secara bermakna (p=0.315). Kesimpulan penelitian ini tidak terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara krim urea 10%dan krim niasinamid 4% terhadap hidrasi kulit pasien DA.
Hubungan Kadar Visfatin Serum dan Tingkat Keparahan Psoriasis di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Ayu Parameswari; M. Athuf Thaha; Soenarto Soenarto; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2706

Abstract

Psoriasis merupakan penyakit kulit kronik ditandai perubahan kulit tipikal. Patogenesis diduga berhubungan dengan aktivasi sel T helper (Th)1, Th17, dan Th22 serta inhibisi regulatory T lymphocytes (Treg). Visfatin merupakan protein yang dihasilkan oleh white adipose tissue, diduga memiliki peran dalam modulasi respon imun dan inflamasi sehingga mempengaruhi tingkat keparahan psoriasis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kadar visfatin serum dengan tingkat keparahan psoriasis. Penelitian observasional analitik laboratorik dengan rancangan potong lintang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2014 di Poliklinik IKKK Divisi Alergo Imunologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Empat puluh pasien yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan sebagai subjek penelitian secara consecutive sampling. Pada semua subjek penelitian dilakukan pemeriksaan kadar visfatin serum dan penilaian keparahan klinis psoriasis berdasarkan total skor PASI. Korelasi positif kuat antara PASI dan kadar visfatin serum menggunakan Pearson correlation (0.089, p = 0.000), terdapat perbedaan signifikan skor PASI pada kadar visfatin serum normal dan tinggi menggunakan Student’s t test (p = 0.000). Analisis regresi ganda menunjukkan hanya kadar visfatin serum yang berhubungan dengan PASI (p = 0.001 dan p = 0.000). Kadar visfatin serum dapat menjadi faktor prediktor tingkat keparahan psoriasis berdasarkan skor PASI.
Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010 R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2688

Abstract

Adanya perubahan status sosioekonomi dan nutrisi menyebabkan peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 yang berhubungan dengan gaya hidup penduduk. Diabetes melitus tipe 2 terkait dengan beberapa faktor resiko, diantaranya usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan, dislipidemia, hipertensi, obesitas, tidak berolahraga, penderita kista ovarium, dan etnis tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan angka kejadian dan menganalisa faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang tahun 2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dengan desain secara cross sectional. Penelitian dilakukan  di 78 RT di Kotamadya Palembang sejak bulan Oktober sampai November 2010. Populasi pada penelitian ini adalah semua penduduk yang tinggal di 78 RT Kotamadya Palembang sedangkan sampel adalah semua penderita diabetes melitus tipe 2 yang berada di 78 RT  kotamadya Palembang. Angka kejadian penderita diabetes melitus tipe 2 di 78 RT di Kotamadya Palembang adalah sebanyak 401 (3.2%) penderita dari 12.501 total penduduk. Berdasarkan analisis multivariate (regresi logistik) didapatkan sepuluh variabel yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian diabetes mellitus, usia, pendidikan terakhir, IMT, konsumsi kopi, riwayat keluarga, nilai BSPP, BSS, riwayat kardiovaskular, dan hipertensi.
Hubungan Peningkatan Interleukin-10 Akibat Infestasi Cacing Usus Nematoda terhadap Spektrum Morbus Hansen Rika Lukas; Athuf Thaha; Rusmawardiana Rusmawardiana; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i1.2731

Abstract

Morbus Hansen (MH) adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang mengenai saraf perifer, kulit, dan organ lain kecuali susunan saraf pusat. Pertahanan terhadap M. leprae tergantung pada respon imun efektif T helper tipe 1 (Th1), di sisi lain, peningkatan Interleukin-10 (IL-10) yang dihasilkan oleh Th2 dikenal sebagai mediator penting dalam pertahanan host terhadap infestasi cacing usus . Tujuan penelitian ini untuk menginvestigasi hubungan peningkatan IL-10 akibat infestasi cacing usus nematoda dengan spektrum Morbus Hansen. Penelitian observasional analitik laboratorik dengan rancangan potong lintang dilakukan dari Desember 2014 sampai Februari 2015 di Departemen Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan Rumah Sakit Kusta Dr Rivai Abdullah. Total 158 pasien MH dilakukan untuk pemeriksaan feses dan kadar IL-10 dengan menggunakan teknik sandwich enzym immunoassay kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara durasi pengobatan dan MH spektrum dengan p = 0,002 (p <0,05), infestasi cacing usus dan spektrum MH dengan p = 0,000 (Odds Ratio 52,8; interval kepercayaan 95%: 7018 - 398714) , kadar IL-10 dan infestasi cacing usus dengan p = 0,000000002, kadar IL-10 dan spektrum MH dengan p = 0,0005. Peneliti melaporkan hubungan yang signifikan antara infestasi cacing usus dengan MH bentuk multibasiler (p = 0,000). Hasil penelitian kami menunjukkan infestasi cacing usus yang telah ada sebelumnya dapat memfasilitasi terjadinya infeksi Mycobacterium leprae atau perkembangan bentuk MH yang lebih berat. Penelitian ini menunjukkan infestasi cacing usus merupakan faktor risiko MH multibasiler.
Nilai Diagnostik Leprosy Rapid Test untuk Menegakkan Diagnosis Morbus Hansen Silvi Suhardi; Athuf Thaha; Rusawardiana Rusawardiana; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i1.2739

Abstract

Morbus Hansen (MH) masih merupakan masalah kesehatan serius. Gambaran klinis MH yang luas menyebabkan diagnosis MH sulit dibangun. Penegakan diagnosis MH secara akurat penting dalam memutuskan rantai transmisi dan keterlambatan pengobatan. Leprosy rapid test (LRT) merupakan sarana diagnostik yang cepat dan sederhana untuk mendiagnosis MH secara akurat. Tujuan penelitian ini untuk menentukan nilai diagnostik LRT dalam mendiagnosis MH dibandingkan dengan slit skin smear (SSS) pada pasien presumtif MH di RSUP Dr. Mohammad Hoesin (RSUPMH) Palembang. Uji diagnostik dengan rancangan potong lintang dilakukan dari  November 2014 hingga Februari 2015. Total 110 pasien presumtif MH yang berobat ke poliklinik Divisi Dermatologi Infeksi RSUPMH Palembang dan memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dengan metoda consecutive. Seluruh partisipan dilakukan pemeriksaan LRT, SSS dan histopatologi. Sensitivitas, spesifisitas, akurasi dan  area under curve of LRT secara signifikan lebih tinggi daripada SSS (98,1% vs 85,71%; 80% vs 60%; 97% vs 85% dan 0,890 vs 0,72; secara berurutan). Leprosy rapid test memberikan nilai diagnostik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan SSS di RSUPMH Palembang. Leprosy rapid test dapat digunakan sebagai pengganti SSS sebagai pemeriksaan penunjang MH.
Hubungan Hasil Uji Tusuk Kulit Alergen Nyamuk Terhadap Keparahan Klinis Dermatitis Atopik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Indah Permata Sari; M.Athuf Thaha; Yuli Kurniawati; R.M. Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2689

Abstract

Dermatitis atopik (DA) merupakan inflamasi kulit yang kronik residif. Salah satu etiologi DA yaitu sensitisasi alergen. Alergi nyamuk disebabkan sensitisasi terhadap alergen nyamuk (protein saliva nyamuk) yang menimbulkan respon IgE spesifik sehingga dapat didiagnosis dengan uji tusuk kulit. Respon IgE spesifik diduga berperan terhadap keparahan klinis DA. Meneliti hubungan hasil uji tusuk kulit alergen nyamuk dengan keparahan klinis DA di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian observasional analitik laboratorik dengan rancangan penelitian potong lintang dilaksanakan mulai Agustus hingga Oktober 2011 di Poliklinik IKKK Divisi Alergo-Imunologi RSUP MH Palembang. Total pasien 80 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dipilih secara consecutive random sampling. Uji tusuk kulit alergen nyamuk dilakukan pada semua pasien kemudian dinilai keparahan klinis berdasarkan Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD). Uji tusuk kulit alergen nyamuk yang positif ditemukan pada 75% pasien dan terdapat perbedaan proporsi hasil uji tusuk kulit alergen nyamuk pada berbagai tingkat keparahan klinis DA (p=0.000). Terdapat hubungan yang kuat antara hasil uji tusuk kulit alergen nyamuk dengan keparahan klinis DA (p=0.000). SCORAD dapat diprediksi menggunakan rumus regresi ganda 16.394 + (4.792 x hasil uji tusuk kulit alergen nyamuk). Alergi nyamuk mempengaruhi keparahan klinis DA.