Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENDAMPINGAN REVITALISASI KARANG TARUNA Hayat, Muhammad; Salviana, Vina; Kristiono Dwi Susilo, Rachmad
Jurnal Dedikasi Vol 10 (2013): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.616 KB) | DOI: 10.22219/dedikasi.v10i0.1756

Abstract

Hayat M1, Vina Salviana2 & Rachmad KDS3Staf Pengajar. 1,2 & 3Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Muhammadiyah MalangAlamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas 246 MalangEmail: vina_salviana@yahoo.co.idABSTRACTKegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Kelurahan Togogan, KecamatanSrengat, Kabupaten Blitar adalah salah satu bentuk kepedulian Jurusan Sosiologi FISIP UMM terhadapmasyarakat. Dipilihnya pemuda sebagai sasaran kegiatan, tidak bisa dipisahkan dari sedikitnya ruangapresiasi yang diperuntukkan bagi penerus bangsa. Pemuda di Kelurahan Togogan mengalamikemandegan dan terbatasnya ruang berkreasi. Hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari tidak berfungsinyaKarang Taruna. Oleh karena itu, mengaktifkan dan memberdayakan karang taruna pada dasarnyaadalah memberi wadah bagi tersalurkannya kreativitas.Permasalahan yang muncul berkaitan dengan pemberdayaan karang taruna adalah minimnyaketerlibatan kader dalam aktivitas kelurahan. Selain itu ketidakefektifan anggota karang taruna dilembaga desa, berimplikasi pada lemahnya posisi tawar dengan pengambil kebijakan.Untuk mendukung terciptanya pemuda yang berdaya, anggota dan pengurus karang tarunaharus mempunyai kemampuan konsolidasi. Hal tersebut penting bagi terciptanya karang taruna yangtangguh dan diperhitungkan. Konsolidasi akan bisa dijalankan secara baik dan berkelanjutan manakaladalam diri anggota dan pengurus mempunyai kesadaran bahwa sence of belonging terhadap karangtaruna adalah sebuah keniscayaan.Kondisi tersebut dapat menciptakan atmosfer kepedulian terhadap karang taruna. Implikasilogisnya adalah aneka rupa kegiatan akan bisa dijalankan dengan penuh dedikasi dan tanggungjawab.Menumbuhkan kesadaran, merupakan hal penting bagi pengokohan pondasi karang taruna.Olehkarena itu kegiatan yang dilakukan oleh tim pengabdian mencoba untuk memberi ruang bagipengembangan kreativitas dan komitmen terhadap organisasi. Model ceramah dan simulasi permainanserta menempatkan pemuda sebagai bagian dari pemecah masalah adalah cara terbaik untukmendewasakan pemuda bahwa dengan berlatih dan terlibat langsung dalam organisasi (karang taruna)bisa menumbuhkan kepedulian bagi diri maupun lingkungannya.Kegiatan pelatihan selama pengabdian (pembentukan karang taruna Kelurahan Togogan, PelatihanKeorganisasian, Pelatihan Kepemimpinan, dan Pelatihan Administrasi dan Kesekretariatan mendapatrespon yang baik dari peserta dan merupakan ruang kesadaran yang berakhir pada manifestasi?partisipatif? yang menjadi bagian dari kepedulian berorganisasi.Kata Kunci : Revitalisasi, Karang Taruna
PENDAMPINGAN REVITALISASI KARANG TARUNA Muhammad Hayat; Vina Salviana; Rachmad Kristiono Dwi Susilo
Jurnal Dedikasi Vol. 10 (2013): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v10i0.1756

Abstract

Hayat M1, Vina Salviana2 & Rachmad KDS3Staf Pengajar. 1,2 & 3Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Muhammadiyah MalangAlamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas 246 MalangEmail: vina_salviana@yahoo.co.idABSTRACTKegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Kelurahan Togogan, KecamatanSrengat, Kabupaten Blitar adalah salah satu bentuk kepedulian Jurusan Sosiologi FISIP UMM terhadapmasyarakat. Dipilihnya pemuda sebagai sasaran kegiatan, tidak bisa dipisahkan dari sedikitnya ruangapresiasi yang diperuntukkan bagi penerus bangsa. Pemuda di Kelurahan Togogan mengalamikemandegan dan terbatasnya ruang berkreasi. Hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari tidak berfungsinyaKarang Taruna. Oleh karena itu, mengaktifkan dan memberdayakan karang taruna pada dasarnyaadalah memberi wadah bagi tersalurkannya kreativitas.Permasalahan yang muncul berkaitan dengan pemberdayaan karang taruna adalah minimnyaketerlibatan kader dalam aktivitas kelurahan. Selain itu ketidakefektifan anggota karang taruna dilembaga desa, berimplikasi pada lemahnya posisi tawar dengan pengambil kebijakan.Untuk mendukung terciptanya pemuda yang berdaya, anggota dan pengurus karang tarunaharus mempunyai kemampuan konsolidasi. Hal tersebut penting bagi terciptanya karang taruna yangtangguh dan diperhitungkan. Konsolidasi akan bisa dijalankan secara baik dan berkelanjutan manakaladalam diri anggota dan pengurus mempunyai kesadaran bahwa sence of belonging terhadap karangtaruna adalah sebuah keniscayaan.Kondisi tersebut dapat menciptakan atmosfer kepedulian terhadap karang taruna. Implikasilogisnya adalah aneka rupa kegiatan akan bisa dijalankan dengan penuh dedikasi dan tanggungjawab.Menumbuhkan kesadaran, merupakan hal penting bagi pengokohan pondasi karang taruna.Olehkarena itu kegiatan yang dilakukan oleh tim pengabdian mencoba untuk memberi ruang bagipengembangan kreativitas dan komitmen terhadap organisasi. Model ceramah dan simulasi permainanserta menempatkan pemuda sebagai bagian dari pemecah masalah adalah cara terbaik untukmendewasakan pemuda bahwa dengan berlatih dan terlibat langsung dalam organisasi (karang taruna)bisa menumbuhkan kepedulian bagi diri maupun lingkungannya.Kegiatan pelatihan selama pengabdian (pembentukan karang taruna Kelurahan Togogan, PelatihanKeorganisasian, Pelatihan Kepemimpinan, dan Pelatihan Administrasi dan Kesekretariatan mendapatrespon yang baik dari peserta dan merupakan ruang kesadaran yang berakhir pada manifestasi“partisipatif” yang menjadi bagian dari kepedulian berorganisasi.Kata Kunci : Revitalisasi, Karang Taruna
Wayang as Local Communication Media in Building Public Awareness of Environmental Crisis Rachmad Kristiono Dwi Susilo; Agung Wijaya Kusuma; Agung Wibowo
The Journal of Society and Media Vol. 5 No. 2 (2021): The Influence of Media in Society Life
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v5n2.p239-270

Abstract

A movement to conserve Gemulo water source conducted by FMPMA group uses cultural values through puppet performance (nanggap wayang) in Bulukerto, Bumiaji and Sidomulyo Villages, Batu City, East Java. Nanggap wayang is used to be a local communication media to inculcate environment conservation values, social movement, and development communication. This research used qualitative method and ethnographic approach aiming to analyze the role and contribution of leather puppet performance (nanggap wayang kulit) on the performance of Gemulo water source conservation movement initiated by FMPMA community and some related society elements. This research employed empirical findings and various literature review references in its analysis. The result of research shows that wayang is still capable of serving as local communication medium for modern community amid massive new media development. Wayang, as local communication medium, provides education, guidance, morality value, and Javanese symbol. The complexity of wayang function also represents collective behavior inculcating Javanese values. Philosophical story of very ecological wayang can enrich the right-on-target and sustainable conservation model. Wayang also becomes effective media of development communication, of change, of socialization, and of education, thereby triggering the development of consciousness and positive feedback from local people (community).
PENGUATAN KELEMBAGAAN MANGROVE CENTER TUBAN (MCT) Nurul Amirotul Latifah; Rachmad Kristiono Dwi Susilo
Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2022): Vol.7, No.2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/abdi.v7i2.12299

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya dalam melakukan penguatan kelembagaan Mangrove Center Tuban. Penguatan kelembagaan yang dimaksud penulis meliputi pengelolaan administrasi dan juga birokrasi dalam persetujuan permohonan bibit. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan siklus hidup (life cycle approach) dimana pendekatan ini memberikan pandangan mengenai stabilitas dan perubahan, sumber daya yang dibutuhkan, serta efektivitasnya dalam menjaga stabilitas dan menghadapi atau mengatasi sebuah perubahan. Pendekatan ini juga dapat memberikan motivasi dan optimisme kepada klien untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar atas peristiwa dan situasi dalam kendali mereka. Organisasi memiliki siklus hidup dan tahapan perkembangan dalam organisasi kira-kira mendekati tahapan perkembangan dalam individu. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif PAR (Participatory Action Research). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan negosiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penguatan kelembagaan Mangrove Center Tuban dapat dilakukan dengan memperbaiki pengelolaan administrasi terkait dengan pencatatan dan penyimpanan daftar tamu, daftar ijin tempat dan juga daftar permohonan bibit. (2) Melakukan pencatatan jumlah bibit guna mempercepat proses persetujuan permohonan bibit di Mangrove Center Tuban serta menghindari adanya kekeliruan.
PERAN PONDOK PESANTREN WARIA AL- FATAH DI KOTA GEDE YOGYAKARTA DALAM MENGURANGI DISKRIMINASI Zahro Qoryatina Putri; Rachmad Kristiono Dwi Susilo; Muhammad Hayat
Ri'ayah: Jurnal Sosial dan Keagamaan Vol 6 No 2 (2021): Islamic Studies
Publisher : Pascasarjana IAIN Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/riayah.v6i2.3617

Abstract

Humans as God's creatures have rights that must be obtained, besides that every human being as a citizen also has rights that must be obtained as citizens without having to look at gender, race, ethnicity, or religion. In Indonesia, transgender is a term for a man who looks and behaves like a woman. Waria in Indonesia are a minority group who often get discriminated against because their identity is not recognized. There is a public stigma that says that transgender is a deviant behavior resulting in a lot of acts of discrimination. This is the purpose of my research, which is to find out how the role of the Waria Al-Fatah Islamic Boarding School is in reducing discrimination by looking at the efforts made in providing training, education, experience, and in providing spiritual experience by using qualitative research types and study methods. Embedded cases or multiple cases are due to in-depth study of interactions between communities, organizations, communities by disclosing specific, detailed and detailed matters, besides not only understanding or researching a unique and distinctive case. The subjects of this study include the administrators of Islamic boarding schools listed on the organizational structure, transgender students, and also local residents who are directly adjacent to the activities of Islamic boarding schools. In this study using the theory of Culture Studies, Culture Studies is a theory that examines culture, the reason for using this theory is because the transgender Islamic boarding school is a product of cultural acceleration or Counter Culture. It is interpreted as a minority culture characterized by conflicting values, norms, and behaviors. The result of this research is that the Waria Al-Fatah Islamic Boarding School is a space that is able to provide security and comfort for its students to worship, learn about Islamic science, learn entrepreneurship, to capacity building.
Pengetahuan Lokal sebagai Reaksi Komunitas dalam Manajemen Bencana : (Studi Etnografi Warga Brau, Batu, Indonesia) Kristiono Dwi Susilo, Rachmad; Arrozy, Ahmad
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 8 No. 3 (2020): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/8201931530

Abstract

This study aims to undertake a series of arguments to reinforce the role of local knowledge in facing environmental disaster risk. The symptoms of environmental change are observed from actor perspectives which are relatively close to the events of natural disasters so that they are recorded in their cultural expression. Ethnographic methods were chosen to illustrate how the actions are carried out and who are the actors involved in anticipating environmental disasters. Data were obtained from five informants, namely one key informant, two main informants, and two supporting informants. The results of this study indicate that: (1) local knowledge contributes positively to encourage actors to do best practices to anticipate environmental disasters, (2) there are social effects in the form of rescuing villagers or residents from natural disasters physically, mentally and spiritually.
Peran Pendidikan Nonformal Dalam Mengatasi Kriminalitas (Studi Kasus Desa Soki) Herman; Sukmana, Oman; Dwi Susilo, Rachmad Kristiono
Journal of Society Bridge Vol. 3 No. 1 (2025): Society Bridge
Publisher : Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59012/jsb.v3i1.61

Abstract

Kriminalitas adalah salah satu masalah sosial yang mempengaruhi stabilitas dan kualitas hidup masyarakat. Di Desa Soki, tingginya angka kriminalitas diduga berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan warga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pendidikan nonformal dalam menanggulangi kriminalitas di Desa Soki. Pendidikan nonformal yang meliputi pelatihan keterampilan, penyuluhan hukum, dan program pemberdayaan ekonomi dinilai menjadi solusi efektif bagi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan formal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode data deskriptif. Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang datanya dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar dan bukan angka. Penelitian ini menemukan bahwa pendidikan nonformal berkontribusi dalam menekan angka kriminalitas dengan cara meningkatkan keterampilan masyarakat untuk memperoleh pekerjaan atau menjadi wirausaha, serta menanamkan pemahaman tentang norma hukum dan etika. Program ini memungkinkan masyarakat Desa Soki, khususnya generasi muda, untuk memiliki kegiatan produktif yang menjauhkan mereka dari kegiatan kriminal. Namun, efektivitas program pendidikan nonformal ini bergantung pada dukungan sarana, dana, dan peran serta aktif masyarakat. Kendala yang dihadapi seperti keterbatasan infrastruktur dan anggaran dapat diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh masyarakat setempat. Dengan strategi yang tepat, pendidikan nonformal dapat menjadi instrumen utama dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi di Desa Soki. Studi ini menyarankan penguatan program pendidikan nonformal yang berkelanjutan, relevan, dan partisipatif untuk mendorong stabilitas sosial di masyarakat pedesaan.
SIKAP APATIS GENERASI MUDA TERHADAP MONEY POLITIC Fitria Juliana Ekasari; Oman Sukmana; Rachmad Kristiono Dwi Susilo
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 No 3 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i3.30317

Abstract

Pada pemilu 2024, banyak generasi muda yang masih antusias dengan money politic Mereka tidak lagi mempertimbangkan dampak buruk money politic karena yang menjadi perhatian utama mereka adalah memperoleh uang dalam jumlah besar. Adapun tujuan penulisan dalam penelitian untuk mengetahui factor dan dampak yang mempengaruhi sikap apatis generasi muda terhadap money politic dalam sistem demokrasi di Indonesia. Penelitian ini dirancang dengan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penulisan ini tergolong sebagai kajian studi literatur, dimana penulis mengandalkan berbagai literatur untuk memperoleh data penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan factor yang menyebabkan generasi muda bersikap apatis terhadap money politic, diantaranya (1) Factor kebiasaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. (2) Faktor ekonomi, generasi muda yang belum mempunyai penghasilan tetap (3) Kurangnya pengetahuan politik generasi muda sehingga sulit memahami iklim politik saat ini. (4) Rendahnya penegak hukum yang tidak melakukan pengawasan dengan serius dan kurang tegas dalam proses pelaksaan pemilu. Dampak yang terjadi dengan adanya money politic adalah, (1) Menyebabkan perilaku politik tidak etis dan korupsi yang dilakukan oleh paslon yang menang, (2) Menciptakan ketidakadilan social, (3) Kebijakan publik yang seharusnya mengedepankan kepentingan rakyat terhambat oleh ketergantungan pada money politic, (4) Rusaknya hubungan internasional dalam konteks global.