Made Tiartini Mudarahayu
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Estetika Bentuk Busana Pada Lukisan Wayang Kamasan Made Tiartini Mudarahayu; I Nyoman Sedana; Anak Agung Gede Rai Remawa; I Ketut Sariada
PANGGUNG Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1072.137 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i2.1573

Abstract

Di balik keberagaman bentuk busana dalam lukisan Wayang Kamasan, terdapat pakem dan kreativitas bagi pelukis gaya Kamasan, mengingat bahwa kesenian ini merupakan kesenian klasik dan komunal di Bali. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetika bentuk dari Thomas Munro yang menyatakan bahwa satu benda seni memiliki pengorganisasian unsur dan detail yang ditujukan untuk menyampaikan imajinasi dan pesan dari sebuah objek, adegan, situasi dalam benda seni tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa motif busana figur dalam seni lukis Wayang Kamasan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: (1) Bagian kepala (utama), terdiri atas motif yang menggambarkan identitas utama dari figur yang ingin disampaikan, contohnya: motif buana lukar pada figur Bima. (2) Bagian badan (madya), terdiri dari motif pendukung identitas figur, contohnya: motif gelang kana pada figur Tualen. (3) Bagian kaki (nista), terdiri atas motif kain yang mendukung identitas figur, seperti motif poleng pada figur Bima. Motif yang menjadi pakem dan tidak dapat diubah polanya adalah motif utama, sedangkan sebagian dari motif isian bersumber dari kreativitas masingmasing seniman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ruang eksplorasi yang luas bagi kreativitas seniman lukis Wayang Kamasan.Kata Kunci: Estetika Bentuk, Motif Busana, Lukisan Wayang Kamasan, Pakem, Kreativitas
BÈRBUDI BAWA LEKSANA BUSANA ADAT BALI KE KANTOR YANG MODIS, TERJANGKAU, DAN BERKELANJUTAN Ni Putu Darmara Pradnya Paramita; Made Tiartini Mudarahayu; Ni Kadek Yuni Diantari
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39328

Abstract

The Balinese people's disobedience to the Bali Governor's Regulation Number 79 of 2018 which can be seen through violations by not using traditional clothes on a predetermined day, gave rise to the idea of creating Balinese traditional clothing by carrying out the concept of being fashionable, affordable and sustainable. Fashionable means in accordance with ethics, looks attractive and raises the personal character of the wearer. Affordable is defined as a price that is not expensive because it uses materials produced by local weavers from Nusa Penida and Sidemen Karangasem. Sustainable means creating synergies in the industrial cycle, by prioritizing traditional Balinese textiles produced by local weaver and is expected to lead to the preservation of textiles, both tangible and intangible. This concept is implemented in Bèrbudi Bawa Leksana's fashion collection consisting of 6 clothes created by referring to Frangipani's method. The research and creation of the Bèrbudi Bawa Leksana collection is expected to be a means of education for the Balinese people and a form of academic and professional contribution in supporting government regulations for mutual progress.   Keywords: traditional clothing, balinese, fashionable, affordable. AbstrakKetidakpatuhan masyarakat Bali terhadap Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 yang dapat dilihat melalui pelanggaran dengan tidak menggunakan pakaian adat pada hari yang telah ditentukan, memunculkan gagasan penciptaan busana adat Bali dengan mengusung konsep modis, terjangkau dan berkelanjutan. Modis berarti sesuai dengan etika, tampak menarik dan memunculkan karakter pribadi si pengguna busana. Terjangkau dimaknai dengan Harga yang tidak mahal karena menggunakan bahan produksi penenun lokal asal Nusa Penida dan Sidemen Karangasem. Berkelanjutan berarti memunculkan sinergi dalam siklus industri, dengan mengutamakan tekstil tradisional Bali yang diproduksi pengrajin lokal dan diharapkan dapat bermuara pada pelestarian tekstil baik secara tangible maupun intangible. Konsep tersebut diimplementasikan dalam koleksi busana Bèrbudi Bawa Leksana terdiri atas 6 busana yang diciptakan dengan mengacu pada metode penciptaan Frangipani. Penelitian dan penciptaan koleksi Bèrbudi Bawa Leksana diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat Bali dan salah satu bentuk kontribusi akademisi dan professional dalam mendukung peraturan pemerintah demi kemajuan bersama.Kata Kunci: busana adat, bali, modis, terjangkau. Authors:Ni Putu Darmara Pradnya Paramita: Institut Seni Indonesia DenpasarMade Tiartini Mudarahayu: Institut Seni Indonesia DenpasarNi Kadek Yuni Diantari : Institut Seni Indonesia Denpasar References:Agung, L., Kartasudjana, T., Permana, A. W. (2021). Estetika Nusantara dalam Karakter Gim Lokapala. Gorga Jurnal Seni Rupa, 10 (2), 473-477. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v10i2.28556.Andriyanti, S., Sinaga, R., Lubis, R. (2022). Aplikasi Ornamen Sumatera Utara Kreasi Kekinian pada Desain Busana Ready-To-Wear dengan Teknik Sablon Printing. Gorga Jurnal Seni Rupa, 11 (1), 25 35.http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.28791.Arshiniwati, N. M. ., Mudra, I. W. ., Sustiawati, N. L. ., Sudibya, I. G. N. ., & Heriyawati, Y. . (2021). Representasi Budidaya Rumput Laut Dan Kain Rangrang Dalam Tari Gulma Penida. Mudra Jurnal Seni Budaya, 36(2), 237–244. https://doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1475.Dewanti P. P. W. A., I Gusti A.M. (2020). Inovasi Busana Adat ke Pura (Wanita Modern). In: Seminar Nasional Desain dan Arsitektur. 412-417.Dewi Pebryani, N., Ratna C.S, T. I. ., Rai Remawa, A. A., & Radiawan, I. M. (2022). Digital Transformation in Endek Weaving Tradition. Mudra Jurnal Seni Budaya, 37(1), 78–85. https://doi.org/10.31091/mudra.v37i1.1886.Harmelia, C. , Yuliarma. Y. (2021). Perubahan Desain Busana Adat Pengantin Wanita di Kota Pariaman Sumatera Barat. Gorga Jurnal Seni Rupa, 10 (2), 515-521. https://doi.org/10.24114/gr.v10i2.29093.Hartini, L.P.I., Kartika S.,& Made S. (2021) Analisis Faktor Persepsi Akademisi Terhadap Penggunaan Busana Adat di Lingkungan Sekolah. E-Jurnal Matematika, 10(3).179-185. http://doi.org/10.24843/MTK.2021.v10.i03.p340.Hendra. H., & Agustin, D. (2022). Eksistensi Tenun Songket Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota. Gorga Jurnal Seni Rupa, 11 (1), 202-2011. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.28908.Laksana, S.B., Faradillah N. (2021). Rancangan Busana Ready to Wear Menggunakan Teknik Engineered Print. Jurnal Atrat 9(3), 266-274. http://dx.doi.org/10.26742/atrat.v9i3.1773.Mesra. M, Kartono, G., Ibrahim, A. (2022). Penerapan Ornamen Tradisional Sumatera Utara pada Toples Makanan Sebagai Sarana Revitalisasi. Gorga Jurnal Seni Rupa, 11 (1), 81-88. http://dx.doi.org/10.24114/gr.v11i1.33639.Mudarahayu, M. T., Sedana, I. N., Remawa, A. A. G. R., & Sariada, I. K. (2021). Estetika Bentuk Busana Pada Lukisan Wayang Kamasan. Panggung, 31(2).191-202. http://dx.doi.org/10.26742/panggung.v31i2.1573.Nabila, A., Sari Y. (2020). Penerapan Teknik Sablon Crack Binder Pada Adibusana Dengan Inspirasi Budaya Bali. Jurnal Atrat 8(2). 131-139. http://dx.doi.org/10.26742/atrat.v8i2.1522.Provinsi Bali. Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. 2018.Sudharsana, T. I. R. C. (2016). Global Fashion Discourse In Cosmopolitan Kuta. International Journal of Multidisciplinary Educational Research, 5(8), 1-7. http://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/ijmer/pdf/volume5/volume5-issue8(1)-2016.pdf.UKM Karya Ilmiah Mahasiswa UNHI. (2020). Kearifan Lokal Bali di Era Milenial. Denpasar: UNHI Press Publishing.
BÈRBUDI BAWA LEKSANA: METAFORA AIR DALAM BUSANA ADAT BALI KE KANTOR Ni Putu Darmara Pradnya Paramita; Made Tiartini Mudarahayu; Ni Kadek Yuni Diantari
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbudi Bawa Leksana merupakan koleksi busana adat Bali ke kantor dengan konsep modis (fashionable), terjangkau (affordable), dan berkelanjutan (sustainable). Modis yang dimaksud adalah sesuai dengan nilai estetika, etika moral dan spiritual yang menggambarkan jati diri, karakter dan budi pekerti. Terjangkau yaitu harga dari busana adat Bali dapat dijangkau oleh masyarakat Bali, sedangkan berkelanjutan yaitu integritas ekologis dan keadilan sosial yang lebih luas melalui pemilihan bahan yang berkualitas produksi pengrajin lokal dengan nilai budaya Bali, sehingga terselip upaya pelestarian yang berkelanjutan baik dari sisi tangible maupun intangible tekstil Bali yang digunakan. Konsep modis, terjangkau dan berkelanjutan dalam Berbudi Bawa Leksana merupakan representasi dari metafora pergerakan air dari hulu ke hilir sekaligus metafora fungsi air, melalui aturan pemerintah melestarikan budaya hingga menyejahterakan masyarakat, serta pada akhirnya berujung pada siklus pelestarian budaya yang melibatkan pemerintah, pelaku seni budaya/produsen, dan masyarakat.
Estetika Bentuk Busana Pada Lukisan Wayang Kamasan Made Tiartini Mudarahayu; I Nyoman Sedana; Anak Agung Gede Rai Remawa; I Ketut Sariada
PANGGUNG Vol 31 No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i2.1573

Abstract

Di balik keberagaman bentuk busana dalam lukisan Wayang Kamasan, terdapat pakem dan kreativitas bagi pelukis gaya Kamasan, mengingat bahwa kesenian ini merupakan kesenian klasik dan komunal di Bali. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetika bentuk dari Thomas Munro yang menyatakan bahwa satu benda seni memiliki pengorganisasian unsur dan detail yang ditujukan untuk menyampaikan imajinasi dan pesan dari sebuah objek, adegan, situasi dalam benda seni tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa motif busana figur dalam seni lukis Wayang Kamasan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: (1) Bagian kepala (utama), terdiri atas motif yang menggambarkan identitas utama dari figur yang ingin disampaikan, contohnya: motif buana lukar pada figur Bima. (2) Bagian badan (madya), terdiri dari motif pendukung identitas figur, contohnya: motif gelang kana pada figur Tualen. (3) Bagian kaki (nista), terdiri atas motif kain yang mendukung identitas figur, seperti motif poleng pada figur Bima. Motif yang menjadi pakem dan tidak dapat diubah polanya adalah motif utama, sedangkan sebagian dari motif isian bersumber dari kreativitas masingmasing seniman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ruang eksplorasi yang luas bagi kreativitas seniman lukis Wayang Kamasan.Kata Kunci: Estetika Bentuk, Motif Busana, Lukisan Wayang Kamasan, Pakem, Kreativitas