Ni Ketut Suryatini
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Eksistensi Tari Tradisional Megoak-Goakan sebagai Etnisitas Budaya di Kabupaten Buleleng Ni Luh Sustiawati; I Nyoman Cerita; Ni Ketut Suryatini
PANGGUNG Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.839 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1854

Abstract

Tari tradisional Magoak-goakan merupakan refleksi budaya lokal kabupaten Buleleng yang sarat dan kuat dengan nilai-nilai etika, estetika, dan logika. Sebagai representasi etnisitas budaya, tarian ini merupakan warisan leluhur masyarakat Bali Utara dan telah menjadi khasanah budaya Bali yang adiluhung. Tari ini terinspirasi dari permainan tradisional Magoak-goakan yang dicetuskan oleh Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti pada tahun 1660 M di desa Panji, kecamatan Sukasada. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan tari tradisional Magoak-goakan. Penelitian ini berpendekatan kualitatif, teknik pengumpulan datanya digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi tari tradisional Magoak-goakan memiliki peranan penting dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Buleleng sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan berdasarkan entitas dan kualitas serta kaedah-kaedah yang dimiliki. Peran penting lainnya sebagai sumber pembelajaran seni budaya di sekolah, khususnya pada kompetensi mengapresiasi dan mengekspresikan seni tradisi.Kata kunci: eksistensi, tari megoak-goakan, suku, dan budaya
Rare Kelangon The Innovation Of Gender Wayang Colosal For Children Ni Ketut Suryatini; Nyoman Lia Susanthi
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol. 2 No. 2 (2019): October
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lekesan.v2i2.891

Abstract

Indonesia is a country with a high level of cultural heterogeneity. In accordance with the State of the Republic of Indonesia’s President Joko Widodo, the country needs disruptive innovations. Disruptive innovation reverses the impossibility into opportunities and results intransformative value for the Indonesian people and nation. Disruptive innovation can also be applied in the arts. Moreover, amid the setbacks in the ethical and moral values ​​of the Indonesian nation, art offers a way to shape character. One of the Balinese arts which has succeeded in changing the character is the art of Balinese traditional music. The tradition of storytelling, traditional children’s games and songs (gending) Bali is needed in upholding moral values ​​and character education early on. For this reason, the creation of the “Rare Kelangon” which has been tested by the international public at the Cultural Performance at the IMF in Nusa Dua Bali on October 11, 2018 and the 24th National Education Day on August 25, 2019. The method used in creating this music innovative of Gender wayang was the research and development of Brog and Gall combined with Bandem and Suteja’s Balinese art creation method. There are 8 stages of creations, namely ngerencana,nuasen, makalin, refinement of the initial product, ngebah I, revision of the final refinement and ngebah II. The results of the study found that the innovations which made in the creation of Rare Kelangon works were extension types, which the invention of the development of existing products, added so that it becomes something new and valuable. The gender wayanggamelan has existed before, but to revive the genderwayang songs, a component of work which also needs to be preserved is gending rare (traditional children’s songs), traditional games, and satua (fairy tales) of the Balinese people who are also full of values ​​of character education.
Eksistensi Tari Tradisional Megoak-Goakan sebagai Etnisitas Budaya di Kabupaten Buleleng Ni Luh Sustiawati; I Nyoman Cerita; Ni Ketut Suryatini
PANGGUNG Vol 31 No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1854

Abstract

Tari tradisional Magoak-goakan merupakan refleksi budaya lokal kabupaten Buleleng yang sarat dan kuat dengan nilai-nilai etika, estetika, dan logika. Sebagai representasi etnisitas budaya, tarian ini merupakan warisan leluhur masyarakat Bali Utara dan telah menjadi khasanah budaya Bali yang adiluhung. Tari ini terinspirasi dari permainan tradisional Magoak-goakan yang dicetuskan oleh Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti pada tahun 1660 M di desa Panji, kecamatan Sukasada. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan tari tradisional Magoak-goakan. Penelitian ini berpendekatan kualitatif, teknik pengumpulan datanya digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi tari tradisional Magoak-goakan memiliki peranan penting dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Buleleng sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan berdasarkan entitas dan kualitas serta kaedah-kaedah yang dimiliki. Peran penting lainnya sebagai sumber pembelajaran seni budaya di sekolah, khususnya pada kompetensi mengapresiasi dan mengekspresikan seni tradisi.Kata kunci: eksistensi, tari megoak-goakan, suku, dan budaya