Claim Missing Document
Check
Articles

Tari Rejang Gadung Di Desa Gadungan Kecamatan Slemadeg Timur Kabupaten Tabanan Arshiniwati, Ni Made; Sustiawati, Ni Luh; Suryatini, Ni Ketut
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 7 No 2 (2019): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.247 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i2.885

Abstract

Tari Rejang Gadung merupakan salah satu jenis tari rejang yang biasanya ditarikan setiap upacara agama (odalan) di pura-pura di Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Tari Rejang Gadung ditarikan secara bersama-sama oleh para wanita dewasa, remaja, dan anak-anak yang mau ngaturan ayah (berpartisipasi) menari. Para penari yang ada di belakang bergerak mengikuti penari paling depan yang tahu persis paileh (urutan gerak tarinya). Tidak ada pembatasan usia dan jumlah pemain, serta busana yang digunakan untuk tari tersebut adalah busana ke pura yang sopan. Permasalah yang ada, Mitra (Pengempon Pura Sindu) melihat bahwa belakangan ini tari Rejang Gadung mulai meredup akibat munculnya berbagai jenis tari khususnya tari rejang yang dapat disaksikan dengan mudah baik melalui youtube, televisi, maupun media elektronik lainnya. Masalah lain adalah penari yang menguasai tari dan diharapkan mampu memberikan contoh serta menari dengan mengambil posisi di depan kini semakin berkurang. Penyebab dari kurangnya kemampuan penari menarikan tari Rejang Gadung menurut Mitra karena kurangnya pembinaan atau pelatihan tentang teknik gerak dan koreografi yang tepat serta kurangnya media yang mendukung dalam mempelajari tari tersebut. Melihat permasalahan yang dihadapi Mitra, maka PKM ini bertujuan untuk memberikan solusi dengan memberikan pelatihan tari, tabuh, dan tata rias kepada warga pengempon Pura Sindu, sehingga eksistensi tari Rejang Gadung bisa dipertahankan. PKM ini juga menghasilkan video tari Rejang Gadung sebagai media pembelajaran atau pelatihan. Kegiatan PKM dilaksanakan melalui metode pemberdayaan dengan lima tahapan yaitu sosialisasi, koodinasi, pelatihan, pendampingan praktek lapangan, dan evaluasi. PKM ini dilakukan kurang lebih tiga bulan, pesertanya sekitar 50 orang terdiri dari penari anak-anak, remaja, dan dewasa, serta penabuh (pemain gamelan) dari berbagai tingkatan umur. Hasil PKM menunjukkan bahwa kemampuan penari Rejang Gadung dan kemampuan para penabuh terlihat semakin meningkat. Para penari sudah mampu menari tanpa diberikan contoh, penari sudah berani mengambil posisi di depan, para penabuh sudah mampu mengiringi tari Rejang Gadung. Melalui pelatihan ini para penari dan penabuh memperoleh pengalaman baik estetis, sosial, maupun kultural.
Inventory And Documentation For Bebali Mask Dance Sustiawati, Ni Luh; Sariada, I Ketut
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol 3 No 1 (2020): April
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lekesan.v3i1.1100

Abstract

The objective of this research is to describe the kinds and the function of Bebali mask dances in each regency or municipality in Bali province and the perception of the public about them. This research was conducted in 9 districts / cities in Bali, namely Jembrana, Buleleng, Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Bangli and Karangasem, each represented by the two villages that develop the Bebali Mask dance. This research intended to expose a phenomenon, therefore it applies the phenomenological qualitative approach. It was chosen due to the consideration that this research is focused upon action or activity by one or more people related to the making of inventory and documenting the Bebali mask dance in Bali province, by classifying the kinds and functions of Bebali mask dances and by uncovering the perception of the public concerning the Bebali mask dance in the regencies/municipalities in Bali. The result shows that almost all instances of Bebali mask dance, especially the Pajegan variety, is connected with religious rituals, such as the Dewa Yadnya, Resi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, and Bhuta Yadnya. The Bebali mask dance in the province of Bali symbolizes the cycle of human life which can be described as a circle where life rotates naturally. The mask dance contains an ideal of how to live a life, that is to strike a balance between the adoration of the Divine and compassion and duty to fellow men and love of nature, which in Hindu philosophy is called “Tri Hita Karana”.
Tari Rejang Gadung Di Desa Gadungan Kecamatan Slemadeg Timur Kabupaten Tabanan Ni Made Arshiniwati; Ni Luh Sustiawati; Ni Ketut Suryatini
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2019): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.247 KB) | DOI: 10.31091/sw.v7i2.885

Abstract

Tari Rejang Gadung merupakan salah satu jenis tari rejang yang biasanya ditarikan setiap upacara agama (odalan) di pura-pura di Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Tari Rejang Gadung ditarikan secara bersama-sama oleh para wanita dewasa, remaja, dan anak-anak yang mau ngaturan ayah (berpartisipasi) menari. Para penari yang ada di belakang bergerak mengikuti penari paling depan yang tahu persis paileh (urutan gerak tarinya). Tidak ada pembatasan usia dan jumlah pemain, serta busana yang digunakan untuk tari tersebut adalah busana ke pura yang sopan. Permasalah yang ada, Mitra (Pengempon Pura Sindu) melihat bahwa belakangan ini tari Rejang Gadung mulai meredup akibat munculnya berbagai jenis tari khususnya tari rejang yang dapat disaksikan dengan mudah baik melalui youtube, televisi, maupun media elektronik lainnya. Masalah lain adalah penari yang menguasai tari dan diharapkan mampu memberikan contoh serta menari dengan mengambil posisi di depan kini semakin berkurang. Penyebab dari kurangnya kemampuan penari menarikan tari Rejang Gadung menurut Mitra karena kurangnya pembinaan atau pelatihan tentang teknik gerak dan koreografi yang tepat serta kurangnya media yang mendukung dalam mempelajari tari tersebut. Melihat permasalahan yang dihadapi Mitra, maka PKM ini bertujuan untuk memberikan solusi dengan memberikan pelatihan tari, tabuh, dan tata rias kepada warga pengempon Pura Sindu, sehingga eksistensi tari Rejang Gadung bisa dipertahankan. PKM ini juga menghasilkan video tari Rejang Gadung sebagai media pembelajaran atau pelatihan. Kegiatan PKM dilaksanakan melalui metode pemberdayaan dengan lima tahapan yaitu sosialisasi, koodinasi, pelatihan, pendampingan praktek lapangan, dan evaluasi. PKM ini dilakukan kurang lebih tiga bulan, pesertanya sekitar 50 orang terdiri dari penari anak-anak, remaja, dan dewasa, serta penabuh (pemain gamelan) dari berbagai tingkatan umur. Hasil PKM menunjukkan bahwa kemampuan penari Rejang Gadung dan kemampuan para penabuh terlihat semakin meningkat. Para penari sudah mampu menari tanpa diberikan contoh, penari sudah berani mengambil posisi di depan, para penabuh sudah mampu mengiringi tari Rejang Gadung. Melalui pelatihan ini para penari dan penabuh memperoleh pengalaman baik estetis, sosial, maupun kultural.
Eksistensi Tari Tradisional Megoak-Goakan sebagai Etnisitas Budaya di Kabupaten Buleleng Ni Luh Sustiawati; I Nyoman Cerita; Ni Ketut Suryatini
PANGGUNG Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.839 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1854

Abstract

Tari tradisional Magoak-goakan merupakan refleksi budaya lokal kabupaten Buleleng yang sarat dan kuat dengan nilai-nilai etika, estetika, dan logika. Sebagai representasi etnisitas budaya, tarian ini merupakan warisan leluhur masyarakat Bali Utara dan telah menjadi khasanah budaya Bali yang adiluhung. Tari ini terinspirasi dari permainan tradisional Magoak-goakan yang dicetuskan oleh Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti pada tahun 1660 M di desa Panji, kecamatan Sukasada. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan tari tradisional Magoak-goakan. Penelitian ini berpendekatan kualitatif, teknik pengumpulan datanya digunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa eksistensi tari tradisional Magoak-goakan memiliki peranan penting dalam kehidupan sosiokultural masyarakat Buleleng sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan berdasarkan entitas dan kualitas serta kaedah-kaedah yang dimiliki. Peran penting lainnya sebagai sumber pembelajaran seni budaya di sekolah, khususnya pada kompetensi mengapresiasi dan mengekspresikan seni tradisi.Kata kunci: eksistensi, tari megoak-goakan, suku, dan budaya
Pengembangan Desain Pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Dasar Berbasis Localgenius Knowledge Berpendekatan Integrated Learning Ni Luh Sustiawati; Ni Ketut Suryatini; Anak Agung Ayu Mayun Artati
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 2 (2017): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v32i2.110

Abstract

Pencatuman seni dalam program-program pendidikan dapat difungsikan untuk membantu pendidikan, khususnya dalam usahanya untuk menumbuhkembangkan peserta didik agar menjadi utuh, dalam arti cerdas nalar serta rasa, sadar rasa kepribadian serta rasa sosial, dan cinta budaya bangsa sendiri maupun bangsa lain. Localgenius knowledge atau pengetahuan kearifan lokal Bali sebagai identitas/kepribadian budaya bangsa wajib dilestarikan dan ditransformasikan sejak pendidikan usia dini melalui pengalaman belajar seni untuk menjadikan siswa mampu mewarisi dan mempertahankan nilai-nilai luhur kearifan lokal budaya Bali sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.Tujuan penelitian ini teridentifikasinya potensi localgenius Bali sesuai dengan topik dan tema kurikulum sekolah dasar sebagai sumber pengembangan desain pembelajaran seni tari di sekolah dasar berpendekatan Integrated Learning. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan Research and Development (R&D). Penelitian tahun pertama ini diawali dengan research melalui beberapa tahapan yaitu (1) analisis kebutuhan; (2) analisis kurikulum di sekolah dasar; (3) analisis potensi localgenius Bali; (4) analisis komparasi antara hasil analisi kebutuhan, kurikulum sekolah dasar dan potensi localgenius Bali. Teknik pengumpulan data digunakan studi pustaka, wawancara, observasi, dokumentasi dan diskusi terarah, serta analisis datanya digunakan analisis deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan, hasil analisis kebutuhan bahwa adanya fenomena rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air semakin menipis, maka hasil analisis kurikulum dipilihlah tema 3 yaitu “Hidup Rukun” dan tema 5 yaitu “Bangga Sebagai Bangsa Indonesia” di kelas 5 sekolah dasar. Hasil analisis Localgenius Bali, dipilih seni tradisi Bali yang masih lestari dan sarat dengan nilai-nilai luhur religius, etika, estetika, bela negara dan kepahlawanan, yaitu (1) Gebug Seraye (mewakili Bali Timur/Kabupaten Karangasem); (2) Med-medan (mewakili Bali Selatan/Kota Denpasar); (3) Megoak-goakan (mewakili Bali Utara/Kabupaten Buleleng); dan (4) Makepung (mewakili Bali Barat/Kabupaten Jembrana).
Pengembangan Desain Pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Dasar Berbasis Localgenius Knowledge Berpendekatan Integrated Learning Ni Luh Sustiawati; Ni Ketut Suryatini; Anak Agung Ayu Mayun Artati
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 1 (2018): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i1.322

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain pembelajaran seni tari di sekolah dasar dengan memanfaatkan sumber-sumber pengetahuan keunggulan budaya daerah (localgenius knowledge) Bali. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang produknya diharapkan dapat memfasilitasi proses pembelajaran seni tari berpendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning). Tahapan pengembangan desain pembelajaran, yaitu (1) pendesainan strategi pengorganisasian isi pelajaran dan strategi penyampaian isi pelajaran serta strategi pengelolaan pelaksanaan pembelajaran; (2) pengujian desain pembelajaran melalui tiga tahap, yakni tahap pertama uji pakar dan pengguna/user (guru); tahap kedua uji publik melalui lokakarya (focus group discussion) dan uji coba tahap ke tiga melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Untuk keperluan pengumpulan data digunakan angket, lembar observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara. Sesuai dengan tahapan pengembangan, diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, teori yang digunakan untuk mengembangkan desain pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian isi pelajaran dan pengelolaan pelaksanaan pembelajaran adalah Model Kemp, Model Elaborasi, dan Component Display Theory. Untuk uji coba produk digunakan model Borg & Gall. Kedua, desain pembelajaran seni tari berbasis localgenius knowledge berpendekatan integrated learning yang telah ditinjau dan diuji coba oleh pakar, user, seniman, guru, siswa mendapat respon yang sangat positif dan ada dalam kualifikasi sangat layak. Sedangkan uji coba melalui penelitian tindakan kelas (PTK) pada siklus Idan siklus II terkatagori baik.This research aims at resulting dance teaching and learning design in elementary schools by applying the sources of Bali’s local genius knowledge. Research types is development research which provides a product which able to facilitate the process of dance teaching and learning design based on integrated learning approach. The stages of teaching and learning design development consists of; (1) the making of content organization, content delivering and teaching and learning management strategies; (2) Evaluation of teaching and learning design, which can be divided into; 1st stage is expert and user (teachers) evaluation; 2nd stages is public evaluation through focus group discussion and 3rd stage is class research. The data was collected in the form of quisioners, observations sheets, field notes and interviews guideline. Based on development stages, the results can be concluded as below: firstly, the theories which are applied to develop dance teaching and learning design of teaching, delivering and management contents are Kemp and Elaboration Models, and Component Display Theory. During the product evaluation stage the teories applied is Borg & Gall model. Secondly, teaching and learning design based on local genius using integrated learning approach has been reviewing and evaluating by experts, users, artist and students obtain positive response in excellence quality. Meanwhile, evaluation through callas activity on cycles I and II is categorized good.
Merangkai Nusantara Melalui Seni Wadantara Ni Luh Sustiawati; I Gede Oka Surya Negara; Rano Sumarno; Arthur Supardan Nalan
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 35 No 2 (2020): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v35i2.1063

Abstract

Merangkai Nusantara melalui Seni Wadantara merupakan Penelitian Penugasan dalam bentuk skema Konsorsium Riset Unggulan Peguruan Tinggi (KRU-PT) tahun 2019 s.d tahun 2021. Tujuan penelitian menghasilkan satu model seni pertunjukan yang mengkolaborasikan jenis kesenian dari multi etnis dalam satu kemasan seni pertunjukan wayang, drama, karawitan dan tari Nusantara dalam satu repertoar bernama Seni Wadantara. Dampak positif yang diperoleh adalah penguatan ideologi bangsa dan ekonomi melalui pengembangan seni pertunjukan panggung terkoneksi secara digital untuk memudahkan akses dan mutu pertunjukan. Desain penelitian yang digunakan adalah research and development, sedangkan desain manajemen produksinya melalui tiga tahapan yaitu tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. Dalam proses penciptaan berintikan ekplorasi, improvisasi, pembentukan. Teknik pengumpulan data digunakan wawancara, observasi, dokumentasi, angket, catatan lapangan.Teknik analisis data digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan penyekoran, sedangkan data berupa komentar dan saran dianalisis secara kualitatif. Hasil Penelitian menunjukkan (1) hasil need assessment (a) bangsa Indonesia yang sedang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia memerlukan dukungan untuk kebersamaan yang dilandasi oleh toleransi bermasyarakat yang dapat ditawarkan oleh seni pertunjukan dengan muatan budaya lokal sebagai ungkapan budaya Nusantara; (b) kesenian selalu tumbuh dan berkembang dan memerlukan adanya perubahan dalam memproduksi seni baru bersifat kolaborasi; (c) hadirnya revolusi industri 4.0 menjadi peluang dalam menciptakan seni pertunjukan secara kolaboratif antara tradisi dan kontemporer. (2) Seni pertunjukan Wadantara Satria Nusantara Mahawira dengan struktur tiga babak mengangkat lakon Sumpah Palapa Gajah Mada. (3) Hasil uji efekivitas terhadap produk seni pertunjukan Wadantara Satria Nusantara Mahawira melalui FGD dan Uji Lapangan Terbatas, responden yang berjumlah 50 orang sebagian besar menyatakan sangat baik.
Representasi Budidaya Rumput Laut Dan Kain Rangrang Dalam Tari Gulma Penida Ni Made Arshiniwati; I Wayan Mudra; Ni Luh Sustiawati; I Gusti Ngurah Sudibya; Yanti Heriyawati
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 36 No 2 (2021): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v36i2.1475

Abstract

Nusa Penida merupakan kecamatan di dareah pesisir di Kabupaten Klungkung Bali yang banyak dikunjungi wisatawan nasional maupun internasional dan terkenal dengan mata pencahariannya berupa budi daya rumput laut dan kerajinan kain rangrang. Penelitian ini bertujuan menciptakan sebuah tarian yang mengangkat potensi SDA rumput laut dan kerajinan kain rangrang di Desa Nusa Penida Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Bali sebagai upaya pengembangan atraksi wisata di desa tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode penciptaan tari ini dilakukan melaui tahapan eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan. Dalam proses penciptaannya melibatkan publik sebagai penilai untuk penyempurnaan karya yang dilakukan melalui FGD dan pementasan. Hasil penelitian menunjukkan tercipta sebuah tari pesisir yang berdurasi 8.14 menit, diberi judul Tari Gulma Penida. Tarian ini dibawakan oleh 4 orang penari laki-laki dan perempuan sebagai penggambaran petani rumput laut di Desa Nusa Penida. Pada tarian ini ditampilkan kisah keseharian petani rumput laut dalam melakoni aktifitasnya mulai dari bangun pagi, pergi kelaut, menanam, merawat, memanen, dan membawa pulang hasil panennya dan menikmati kegembiraan atas berkah yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Kain rangrang dalam penciptaan tari ini digunakan sebagai kostum untuk menggambarkan potensi sumber daya yang ada di Nusa Penida.
PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) MELALUI PENCIPTAAN KARYA SENI TARI GULMA PENIDA PADA KURIKULUM MERDEKA Sudibya I Gusti Ngurah; Arshiniwati Ni Made; Sustiawati Ni Luh
GETER : Jurnal Seni Drama, Tari dan Musik Vol 5 No 2 (2022): Oktober 2022
Publisher : Jurusan Sendratasik FBS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan referensi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) melalui penciptaan karya seni Tari Gulma Penida pada sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan Kurikulum Merdeka. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengkaji berbagai sumber untuk memperoleh makna yang mendalam untuk menjawab suatu permasalahan terkini. Hasil penelitian ini menemukan bahwa proses penciptaan karya seni Tari Gulma Penida melalui metode penciptaan Alma Hawkins dengan tahap (1) eksplorasi, (2) improvisasi, serta (3) pembentukan, ini dapat digunakan guru sebagai sumber belajar untuk memfasilitasi, membimbing, maupun memotivasi proyek penciptaan karya seni Tari Nusantara peserta didik. Proses penciptaan Tari Gulma Penida dalam mengeksplorasi kearifan lokal masyarakat Nusa Penida sesuai dengan tema Kearifan Lokal pada Kurikulum Merdeka. Kearifan lokal tersebut merupakan kebiasaan masyarakat dalam budidaya rumput laut serta teknik tenun kain rangrang sebagai kerajinan yang diwariskan secara turun temurun. Tari Gulma Penida mengungkap kemampuan masyarakat Nusa Penida dalam meningkatkan nilai tanaman yang dianggap tidak bermanfaat atau gulma menjadi tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Pemanfaatan proses penciptaan Tari Gulma Penida sebagai sumber belajar projek penciptaan karya seni Tari Nusantara dapat mengembangkan Profil Pelajar Pancasila pada enam dimensi yakni (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; (2) Berkebinekaan global; (3) Bergotong-royong; (4) Mandiri; (5) Bernalar kritis; serta (6) Kreatif.
Empowerment of Ratu Kinasih Studio as a Media for Introducing Gulma Penida Dance for Tourists in Lembongan Village Nusa Penida Klungkung I Gusti Ngurah Sudibya; Ni Made Arshiniwati; Ni Luh Sustiawati
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 38 No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v38i1.2270

Abstract

The empowerment of the Ratu Kinasih studio through the Gulma Penida dance training is expected to be able to enrich the types of dance that previously existed in Nusa Penida and can also be presented as entertainment to tourists visiting Nusa Penida. The benefit of this program is that it can channel creativity; increase knowledge and skills of dance art; promote more interesting traditional dances with meaningful movements from the potential of local wisdom that has never been published; and be an attraction for foreign and local tourists. Empowerment of the Gulma Penida dance was carried out in Lembongan Village, a coastal area with the local wisdom of cultivating seaweed that has been practiced for a long time. Besides that, Nusa Penida is also known for its woven cloth crafts made by residents in Karang Ampel Village. The two potentials in Nusa Penida, namely the potential for seaweed farming and the craft of woven cloth, have been used as a source of ideas in the creation of the Gulma Penida dance. The implementation of this empowerment was carried out from April to August 2022. The empowerment program participants totaled 12 people. From this empowerment program, the result shows that students are skilled at dancing the Gulma Penida dance and can promote the Gulma Penida dance.
Co-Authors Adipurwa, A.A. Trisna Ardanari Anak Agung Ayu Mayun Artati Anak Agung Gde Bagus Udayana Andreani, Ni Putu Elvian Arthur Supardan Nalan Cerita, I Nyoman Dana, I Komang Restika Darmayuda, I Komang Dewi, Ni Luh Ayu Cempaka Dewi, Ni Putu Rahayu Mas Ruscita faran, sefri Gede Pasek Putra Adnyana Yasa Gusti Ayu Ratih Candra Giri I Gede Mawan I Gede Mudana I Gede Oka Surya Negara I Ketut Sariada I Ketut Sariada, I Ketut I Komang Rio Saputra Dinata I Nyoman Cerita I Nyoman Larry Julianto I Wayan Mudra, I Wayan I Wayan Paramartha I Wayan Suardana I Wayan Swandi Ida Ayu Trisnawati, Ida Ayu Iriani, Ni Wayan Iriani, Ni Wayan Jatnika, Anggit Junedi, Rindi Kadek Ayu Juni Aryani Ketut Sumerjana, Ketut Ketut Tara Listiawan KOMAMG AGUS TRIADI KISWARA Kusuma, Putu Sandra Devindriati Nalan, Arthur S. Ni Kadek Febrianggi Setiawati Ni Ketut Suryatini Ni Ketut Suryatini Ni Ketut Suryatini Ni Ketut Suryatini Ni Ketut Suryatini, Ni Ketut Ni Luh Desi In Diana Sari, Ni Luh Desi In Ni Made Arshiniwati Ni Made Dian Widiastuti Ni Made Ruastiti Ni Made Yuni Suwandari Ni Putu Ayu Aneska Rastini Ni Putu Laras Purnamasari Ni Wayan Ardini, Ni Wayan Ni Wayan Ratih Wahyuriani Ni Wayan Suratni Paramaditya, Putu Vinka Permata, Faizha Dyah Putu Gde Chaksu Raditya Uttama Putu Riska Yanthi Rano Sumarno Rinto Widyarto Rr. Luh Putu Indung Saci S P Ruspawati, Ida Ayu Wimba Santi, Ni Nyoman Pertiwi Ari SEPTYAN NUR FADHOLI, DAFID Suarya Putra, I Nyoman Agus Sudibya, I Gusti Ngurah Surya, Ni Komang Okta Adi Sustiawan, I Made Aris Uttama, Putu Gde Chaksu Raditya Wahyuni, Ni Komang Sri Wahyuriani, Ni Wayan Ratih Wayan Karja WAYAN PARAMARTHA, Winata, I Gede Awangga Surya Putra Yanti Heriyawati