Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

UNTUK MENGETAHUI DAN MENGANALISIS SEBERAPA BESAR PENGARUH PERSONAL SELLING TERHADAP BRAND IMAGE PADA PERUM JAMKRINDO CABANG MAKASSAR andi mappatompo; Arfan Arfan; Fahmi Nur Mala
Jurnal Ilmu Manajemen Profitability Vol 1, No 2 (2017): AGUSTUS 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.122 KB) | DOI: 10.26618/profitability.v1i2.1926

Abstract

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa antara Personal Selling dengan Brand Image berpengaruh positif khususnya pada Perum Jakrindo Cabang Makassar. Dimana semakin baik pelaksanaan Personal Selling yang dilakukan oleh Perum Jamkrindo maka akan meningkatkan Brand Image. Kemudian dari hasil uji parsial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Personal Selling berpengaruh terhadap Brand Image khususnya pada Perum Jamkrindo Cabang Makassar. Sebab nilai sig 0,05 sehingga dari penelitian yang telah dilakukan dapat diartikan bahwa secara empiris yang diteliti oleh peneliti dalam melakukan penelitian melalui hasil penyebaran kuesioner kepada sejumlah pelanggan pada Perum Jamkrindo Cabang Makassar bahwa kegiatan Personal Selling yang dilakukan selama ini dapat meningkatkan Brand Image khususnya pada pelanggan. Penelitian yang dilakukan oleh Mirahman (2014) meniliti pengaruh iklim dan Personal Selling terhadap Brand Image pada PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa iklim dan Personal Selling baik secara parsial maupun secara serempak berpengaruh terhadap Brand Image. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) meneliti pengaruh Personal Selling terhadap Brand Image Mobil Toyota Etios. Hasil penelitian menunjukkan Personal Selling berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Brand Image mobil Toyota Etios. Sehingga dalam penelitian ini mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirahman dan Putra
Pacaran Menurut Muhammad Shodiq Mustika (Studi Terhadap Catatan di Situs www.pacaranislami.wordpress.com) Ahmad Ahmad; Arfan Arfan
Ulumul Syar'i : Jurnal Ilmu-Ilmu Hukum dan Syariah Vol. 8 No. 1 (2019): Ulumul Syar'i
Publisher : LPPM STIS Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52051/ulumulsyari.v8i1.47

Abstract

Muhammad Shodiq Mustika melalui blognya www.pacaranislami.wordpress.com, menyatakan bahwa pacaran tidaklah haram. Pacaran termasuk perkara muamalah, sehingga butuh dalil sebagai pengharamannya. Ia membolehkan berduaan (khalwat), melihat dan menyentuh antar lawan jenis yang bukan mahram. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif dan diuraikan secara deskriftif-analitik. Pacaran termasuk perkara muamalah adalah pemahaman yang keliru bila dilihat pada pengertian muamalah itu sendiri. Adapun pendapatnya tentang bolehnya berduaan (khalwat), melihat dan menyentuh lawan jenis yang bukan mahram terkesan memudahkan tanpa meninjau akibat yang akan muncul setelahnya. Meskipun beberapa pendapatnya sejalan dengan syariat, namun pendapat-pendapatnya dalam meng-interpretasikan kaidah dan hadits tersebut cenderung terburu-buru, kurang luas dan mendalam. Pendapatnya juga bertolak belakang dengan konsep maqasidus syari’ah tentang larangan yang bersifat preventif dalam pergaulan antar lawan jenis yang bukan mahram.
Kehidupan Keluarga Dengan Pembantu Rumah Tangga Wanita Bukan Mahram Arfan Arfan; Manshur Manshur
Ulumul Syar'i : Jurnal Ilmu-Ilmu Hukum dan Syariah Vol. 9 No. 1 (2020): Ulumul Syar'i
Publisher : LPPM STIS Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52051/ulumulsyari.v9i1.76

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi dari realitas yang terjadi pada keluarga yang mempekerjakan pembantu rumah tangga wanita bukan mahram. Keluarga ini menganggap dan memperlakukan pembantu rumah tangga tersebut layaknya seperti keluarga sendiri dalam berinteraksi. Namun tidak memperhatikan batasan-batasan dan adap-adap sebagaimana mestinya. Kedudukan pembantu rumah tangga wanita bukan mahram tentunya tidak bisa disamakan dengan keluarga yang memiliki ikatan nasab (mahram) meskipun sudah sekian lama bekerja dan tinggal bersama. Keadaan tersebut tidak membuatnya halal berkhalwat, berinteraksi tanpa aturan hijab, ataupun melihat sebagian auratnya, serta pemahaman yang menyamakan kedudukan pembantu wanita bukan mahram sama dengan budak atau hamba sahaya adalah pemahaman yang menyelisihi ajaran Islam.
Pelestarian Budaya Khataman Al-Qur’an: Tradisi Mappanre Temme’ dan Mattampung Desa Simbur Naik Provinsi Jambi Sitti Suhana; Abdul Ghaffar; Arfan Arfan
Jurnal Semiotika Quran Vol 4 No 1 (2024): Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir
Publisher : Program Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/jsq.v4i1.26361

Abstract

Khataman Al-Qur’an biasa dilakukan di banyak tempat, namu tradisi keagamaan yang berasal dari kampung halaman dan direkonstruksi dalam satu setting sosial baru di lokasi migrasi adalah upaya yang penting untuk direkam secara akademik.  Artikel ini bertujuan untuk menganalisis tradisi Mappanre Temme’ dan Mattampung sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya khataman Al-Qur’an di kalangan masyarakat Bugis di Desa Simbur Naik, di Jambi, Sumatera. Melalui eksplorasi pelaksanaan kedua tradisi ini, tampak adanya dampak terhadap kehidupan sosial masyarakat Bugis. Pendekatan kualitatif dengan kerangka Living Qur’an digunakan untuk memeriksa pengaruh Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan selama lebih kurang dua bulan, wawancara dengan tokoh masyarakat dan penduduk setempat, serta melakukan tinjauan literatur yang relevan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kedua tradisi di Desa Simbur Naik ini sangat berakar dalam integrasi nilai-nilai Islam dan adat Bugis, yang diwariskan sejak migrasi masyarakat Bugis ke Desa Simbur naik pada tahun 1950-an. Tradisi Mappanre Temme’ melambangkan kesiapan religius pasangan pengantin sebelum menikah, sementara tradisi Mattampung dilaksanakan saat berduka untuk menghormati almarhum dengan doa dan pembacaan Al-Qur’an.