Supriatna Supriatna
Departemen Geografi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Ancaman Kekeringan Meteorologis di Pulau Kecil Tropis akibat Pengaruh El-Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, studi kasus: Pulau Bintan Ida Narulita; Rahmawati Rahayu; Eko Kusratmoko; Supriatna Supriatna; Muhamad Djuwansah
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 10, No 3 (2019)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1685.117 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v10i3.252

Abstract

Sumberdaya air Pulau Bintan sangat tergantung pada curah hujan, informasi ancaman kekeringan meteorologis sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya air di masa mendatang. Faktor kekeringan meteorologi merupakan faktor utama yang berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya air pulau. Pulau Bintan adalah pulau kecil dengan batuan penyusunnya granit dan batupasir Tuf, mempunyai daya-simpan dan berkelulusan air rendah. Aktifitas perekonomian dan tingkat pertumbuhan penduduknya yang tinggi, berpotensi menurunkan daya dukung sumberdaya air. Studi ini melakukan analisis curah hujan yang menghasilkan informasi ancaman kekeringan di pulau Bintan karena fenomena iklim El-Nino dan IOD+. Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan observasi Kijang periode 1980 – 2017 serta data curah hujan satelit CHIRPS, dengan resolusi spasialnya 0,05 ° x 0,05 ° periode 1981 – 2017. Hubungan antara hujan dan fenomena iklim dianalisis dengan metode statistik fungsi waktu. Ancaman kekeringan dianalisis dengan Standardized Precipitation Indeks (SPI) periode defisit 3, 6 dan 12 bulan. Hasil analisis menunjukkan curah hujan di pulau Bintan sangat sensitif terhadap fenomena iklim, korelasi sangat kuat antara curah hujan dengan ENSO dengan nilai R= - 0,75 dan dengan IOD dengan nilai R=-0,75. Hal ini menyebabkan musim kemarau yang cukup panjang saat terjadi El-Nino di tahun 1982, 1997 dan 2015. Hasil analisis SPI menunjukkan fenomena El-Nino 1997 menyebabkan kekeringan dengan intensitas yang sangat tinggi (ekstrim kering), El-Nino 2015 menyebabkan kekeringan dengan intensitas tinggi, durasi panjang. El-Nino lemah tahun 2002, sedikit mempengaruhi curah hujan. Adanya ancaman kekeringan di Pulau Bintan apabila terjadi fenomena iklim El-Nino dan IOD (+). Ancaman semakin tinggi bila kedua moda fenomena terjadi bersamaan. Pengelolaan sumberdaya air di pulau Bintan perlu mempertimbangkan fenomenaiklim (ENSO dan IOD), agar dampak negatif yang akan ditimbulkan dapat ditekan.
Model Spasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Swasembada Padi Dede Amrillah; Eko Kusratmoko; Supriatna Supriatna
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1094.001 KB) | DOI: 10.22146/mgi.31911

Abstract

Perubahan tutupan dan penggunaan lahan di Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro cukup signifikan khususnya untuk penggunaan lahan sawah. Suatu wilayah dikatakan berswasembada padi jika produksi berasnya lebih besar dibandingkan dengan angka konsumsi berasnya. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan spasial menggunakan metode jaringan saraf Multi-Layer Perceptron (MLP) dan Markov Chain (MC) yang terdapat dalam metode Land Change Modeler (LCM) pada perangkat lunak Idrisi. Pada pemodelan spasial tersebut digunakan variabel jalan sebagai faktor pendukung perubahan penggunaan lahan di tahun 2025. Hasil yang diperoleh dari pemodelan spasial tersebut yaitu besaran luasan sawah pada tahun 2025 dengan angka 4644.99 hektar dengan nilai akurasi 56.51%. Kemudian nilai tersebut dikalikan dengan angka produktifitas padi tahun 2015 dan angka konversi gabah kering giling (GKG) menghasilkan nilai produksi beras di tahun 2025 sebesar 95705.37 ton. Angka konsumsi beras tahun 2025 sebesar 4648.402 ton didapatkan dengan mengkalikan jumlah penduduk di tahun 2025 yang memiliki angka 52515 jiwa dengan angka rata-rata konsumsi per kapita per tahun yang berada di angka 88.52 kg. Dengan demikian Kecamatan Kalitidu di tahun 2025 mampu berswasembada padi.Changes in land cover and land use in Kalitidu District, Bojonegoro Regency are significant, especially for paddy land use. A region is said to be self-sufficient in rice if its rice production is greater than its rice consumption rate. In this research, spatial modeling using Multi-Layer Perceptron (MLP) and markov chain method is applied in Land Change Modeler (LCM) method in Idrisi software. In spatial modeling used road variables as a driving factor the change of land use in 2025. The results obtained from spatial modeling is the size of paddy field area in 2025 with the number 4644.99 hectares with an accuracy of 56.51%. Then the value is multiplied by the rate of rice productivity in 2015 and the conversion rate of dry milled grain (GKG) produces rice production value in 2025 of 95705.37 tons. The consumption rate of rice in 2025 amounted to 4648,402 tons was obtained by multiplying the number of population in the year 2025 which has the number 52515 people with the average rate per capita consumption per year which is at 88.52 kg. Thus Kalitidu District in 2025 is capable of self-sufficient rice.    
Pemodelan Spasial Peak Ground Acceleration dan Prediksi Luas Genangan Tsunami di Kota Bengkulu Dewi Susiloningtyas; Della Ayu Lestari; Supriatna Supriatna
Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.44168

Abstract

Abstrak Kota Bengkulu merupakan salah satu kota yang berada pada pesisir barat Pulau Sumatera yang mendapat pengaruh dari pertemuan  Lempeng  Indo-Australia  dan  Lempeng  Eurasia  serta  Patahan  Mentawai.  Kondisi  ini  menyebabkan  Kota  Bengkulu rawan akan bencana gempa bumi dan tsunami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola spasial kawasan rawan gempa bumi dan tsunami sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. Kawasan rawan gempa bumi diamati dengan mencari Peak Ground Acceleration (PGA) gempa bumi di Kota Bengkulu  pada tahun 2010 hingga 2018 sedangkan kawasan rawan tsunami diamati dengan mencari luas genangan tsunami dalam 3 skenario yaitu ketinggian gelombang  5 meter, 20 meter dan 25 meter dari garis pantai. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  wilayah  terbangun  eksiting  yang  memiliki  resiko  tertinggi  berada  bagian  pesisir selatan Kota Bengkulu dengan  wilayah  PGA tinggi serta genangan tsunami yang luas dari tinggi gelombang tsunami 25 meter.Wilayah ini berada pada Kecamatan Kampung Melayu dengan prediski luas terdampak sebesar 653,69 Ha. Abstract Bengkulu City is one of the cities on the west coast of Sumatra Island which has been influenced by the Indo-Australian Plate  and  the  Eurasian  Plate  as  well  as  the  Mentawai  Fault.  This  condition  makes  Bengkulu  City  prone  to  earthquakes  and tsunamis. The purpose of this study is to determine the spatial pattern of earthquake and tsunami prone areas as one of the disaster mitigation efforts. Earthquake-prone areas were observed by looking for the Peak Ground Acceleration (PGA) of earthquakes in Bengkulu City from 2010 to 2018 while tsunami-prone areas were observed by looking for the area of tsunami inundation in 3 scenarios, namely the wave height of 5 meters, 20 meters and 25 meters from the coastline . The results showed that the highly developed area with the highest risk was the southern coast of Bengkulu City with a high PGA area and a large tsunami inundation from a tsunami wave height of 25 meters. This area is located in the Kampung Melayu sub-district with a predisposition of an affected area of 653.69 hectares.
Pembuatan Peta Curah Hujan untuk Evaluasi Kesesuaian Rencana Tata Ruang Kawasan Hutan Kabupaten Bogor Heri Setiawan; Adi Wibowo; Supriatna Supriatna
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 19, No 2 (2021): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/gm.v19i2.43227

Abstract

Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) digunakan untuk menentukan peta kesesuaian kawasan hutan yang disusun dari berbagai peta variabel termasuk peta curah hujan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat peta curah hujan di Kabupaten Bogor dari data Climate Hazards Group InfraRed Precipitation with Station data (CHIRPS). Data yang digunakan adalah data CHIRPS bulanan 2011 – 2020 sebanyak 120 file format raster. Data tersebut diolah menjadi data rata – rata tahunan sebanyak satu file format raster dengan cell statistics tools. Kemudian dilakukan ekstraksi menjadi titik, interpolasi kriging dan reklasifikasi. Hasilnya menunjukkan peta curah hujan sebelum dilakukan reklasifikasi terdapat tujuh kelas dengan nilai curah hujan antara 2.334,18 - 4.708,36 mm/tahun. Setelah dilakukan reklasifikasi rata – rata curah hujan terdapat tiga kelas yaitu sedang (2.000 – 3.000 tahun) seluas 8,02%, tinggi (3.000 – 4.000) seluas 61,08% dan sangat tinggi ( 4.000 mm/tahun) seluas 30,90% dari total luas Kabupaten Bogor. Rencana Tata Ruang Kawasan Hutan di Kabupaten Bogor mempunyai potensi kesesuaian yang tinggi karena wilayah ini didominasi oleh tingkat curah hujan tinggi dan sangat tinggi.
MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI UNTUK EVALUASI RENCANA TATA RUANG DAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN TANGERANG (Monitoring Coastline Change for Spatial Plan Evaluation and Disaster Management in Tangerang Regency) Heri Setiawan; Supriatna Supriatna
Jurnal Sains Informasi Geografi (J SIG) Vol 4, No 2 (2021): Edisi November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31314/jsig.v4i2.1036

Abstract

Garis pantai Kabupaten Tangerang merupakan garis pantai yang sangat dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi laju perubahan garis pantai tiap desa di Pesisir Kabupaten Tangerang periode 2011 - 2021, mengidentifikasi penyebab, dampak dan memberikan rekomendasi untuk evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan penanggulangan bencana. Metode kuantitatif teknik Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk identifikasi abrasi dan akresi. Sedangkan analisis penyebab, dampak dan rekomendasi menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan semua desa di Pesisir Kabupaten Tangerang mengalami abrasi ataupun akresi selama satu dekade terakhir. Desa dengan laju dan luas akresi tertinggi berada di Desa Kohod sebesar 31,41 m/tahun dan 55,51 ha. Desa yang mempunyai laju abrasi tertinggi di Desa Tanjung burung sebesar -23,12 m/tahun dan luas abrasi tertinggi di Desa Desa Ketapang seluas 27,65 ha. Terdapat juga reklamasi di Kecamatan Kosambi seluas 78,18 ha. Adanya sedimentasi muara Sungai Cisadane sebagai penyebab akresi. Abrasi disebabkan karena kerusakan ekosistem mangrove, ketidaksesuaian kondisi eksisting dengan pola ruang hutan lindung RTRW di kawasan pesisir dan penyalahgunaan pemanfaatan sempadan pantai. Dampak kerusakan meliputi hilangnya pemukiman dan tambak, berkurangnya luas rencana hutan lindung (mangrove), mundurnya garis pantai akan memicu konflik lahan terkait pemanfaatan sempadan pantai. Beberapa rekomendasi yang diusulkan antara lain evaluasi RTRW pola ruang hutan lindung dan sempadan pantai, penanaman mangrove tepat di belakang wave breaker, pengelolaan ekowisata mangrove dan silvofishery.