Muhajir Utomo
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN HARA UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA PERIODE TANAM KE- 2 DI GEDUNG MENENG BANDAR LAMPUNG Deliyana Deliyana; Jamalam Lumbanraja; Sunyoto Sunyoto; Muhajir Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.422 KB) | DOI: 10.23960/jat.v4i3.1858

Abstract

Peningkatan produksi ubikayu umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi dilakukan dengan penambahan areal panen tetapi sulit dilakukan karena terjadi alih fungsi lahan dan pertambahan penduduk, sedangkan intensifikasi dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pengolahan tanah dan pengendalian gulma yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan serapan hara serta sistem pengolahan tanah yang menguntungkan petani ubikayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Juni 2014 sampai Juli 2015. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 4 perlakuan yaitu : OTM (Olah Tanah Minimum); OTM+Herbisida (Olah Tanah Minimum+ Herbisida berbahan aktifGlifosat 2,4- D); OTS (Olah Tanah Sempurna); OTS+Herbisida (Olah Tanah Sempurna+Herbisida berbahan aktif Glifosat 2,4- D); dengan 4 ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5 % serta dilakukan uji korelasi variabel utama yaitu N, P, K.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan tanah minimum dan herbisida meningkatkan pertumbuhan ubikayu paling tinggi dibandingkan pengolahan tanah sempurna + herbisida, olah tanah minimum dan olah tanah sempurna. Sistem olah tanah sempurna + herbisida menghasilkan produksi ubikayu dan jumlah hara terangkut tanaman yaitu N, P dan K serta C- tanaman tertinggi dibandingkan olah tanah minimum + herbisida, olah tanah minimum dan olah tanah sempurna. Olah tanah sempurna dan herbisida lebih menguntungkan dari pada olah tanah sempurna, olah tanah minimum dan olah tanah minimum + herbisida di musim tanam kedua.
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN N JANGKA PANJANG TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME (C-mik) DI RIZOSFER DAN NON-RIZOSFER PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea maysL.) Ida Susanti; Muhajir Utomo; Henrie Buchari
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (45.31 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i2.2105

Abstract

Dalam bercocok tanam petani biasa menggunakan sistem olah tanah intensif. Olah tanah intensif yang dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan kerusakan tanah yang mengakibatkan erosi dan menurunnya kadar bahan organik.Sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) adalah suatu sistem persiapan lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum. Selain itu pemberian pupuk nitrogen penting bagi tanaman danmikroorganisme tanah agar dapat terus beraktivitas. Mikroorganisme tanah sangat memegang peranan penting dalam proses yang terjadi didalam tanah terhadap, terutama daerah rizosfer. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui biomassa karbon mikroorganisme (C-mik) di rizosfer dan non-rizosfer pada pertanaman jagung akibat perlakuan sistem pengolahan tanah dan pemupukan N. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan di susun secara faktorial (2x2) dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah sistem olah tanah (T) yaitu T0 = TOT (tanpa olah tanah), T1 = OTI (olah tanah intensif), dan faktor kedua adalah pemupukan nitrogen (N) yaitu N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 100 kg N ha-1 . Sampel tanah di ambil pada saat 9 minggu setelah tanam (MST). Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan aditifitasnya dengan Uji Tukey serta dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5 %.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa biomassa karbon mikroorganisme rizosfer dan non rizosfer pada sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dari sistem olah tanah intensif. Biomassa karbon mikroorganisme rizosfer dan non rizosfer pada pemupukan 100 N kg ha-1 lebih tinggi dari pemupukan 0 N kg ha-1. Interaksi antara sistem pengolahan tanah dan pemupukan N untuk biomassa karbon mikroorganisme rizosfer hanya terjadi pada 9 MST, sedangkan pada nonrizosfer tidak terjadi interaksi.
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L) AKHIR RATOON KEDUA DAN AWAL RATOON KETIGA David Simamora; Ainin Niswati; Sri Yusnaini; Muhajir Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.115 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i1.2004

Abstract

Penurunan kualitas tanah telah terjadi pada tanah perkebunan tebu PT GMP yang telah diusahakan secara intensif sejak tahun 1975. Oleh karena itu, usaha untuk memperbaiki kualitas tanah perkebunan tebu PT GMP perlu diusahakan antara lain dengan memanfaatkan mulsa limbah tebu (bagas) dan sistem olah tanah konservasi dalam bentuk tanpa olah tanah (TOT). Penelitian ini bertujuan untuk menduga pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas terhadap aktivitas mikroorganisme tanah, dalam hal ini respirasi tanah.. Penelitian ini dirancang menggunakan RAK dan disusun secara split plot dengan 5 kali ulangan. Petak utama yaitu sistem olah tanah, yang terdiri dari tanpa olah tanah (T0) dan olah tanah intensif (T). Anak petak adalah penggunaan mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas (M0) dan mulsa bagas 80 t ha-1 (M). Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut: T0 M0 = tanpa olah tanah + tanpa mulsa bagas, T0 M1  = tanpa olah tanah + mulsa bagas 80 t ha-1, T1 M0 = olah tanah intensif + tanpa mulsa bagas, dan T1 M1 = olah tanah intensif + mulsa bagas 80 t ha-1. Semua perlakuan diaplikasikan pupuk Urea dengan dosis 300 kg ha-1, pupuk TSP 200 kg ha-1, pupuk KCl 300 kg ha-1, dan aplikasi bagas, blotong, dan abu (BBA) segar (5:3:1) 80 t ha-1. Data yang diperoleh diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlet dan aditivitasnya dengan Uji Tukey, serta anara dan dilanjutkan  dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak berpengaruh nyata terhadap respirasi tanah baik pada umur 7 bulan setelah ratoon kedua dan umur 1 bulan setelah ratoon ketiga.
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS TERHADAP RESPIRASI TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) PT GUNUNG MADU PLANTATIONS Budi Cahyono; Sri Yusnaini; Ainin Niswati; Muhajir Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.238 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i2.2021

Abstract

Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam suatu masa tanah. Respirasi tanah yang mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah dapat digunakan sebagai salah satu indikator dari pengaruh sistem perawatan yang dilakukan terhadap lahan pertanaman tebu di PT Gunung Madu Plantations (PT GMP). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012 pada lahan pertanaman tebu di PT GMP.  Penelitian ini dirancang secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 kali ulangan.  Petak utama yaitu sistem olah tanah yang terdiri dari dari tanpa olah tanah (T0) dan olah tanah intensif (T1).  Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas, yang terdiri dari tanpa mulsa bagas (M0) dan mulsa bagas 80 t ha-1 (M1).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah  pada saat tanaman tebu berumur 9 bulan dan 12 bulan setelah perlakuan (BSP). Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa respirasi tanah tidak mempunyai korelasi dengan C-organik tanah, pH tanah, suhu tanah dan kelembaban tanah .
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH PADA LAHAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH (C-mik) YANG DITANAMI KEDELAI (Glycine max L.) MUSIM KE DUA Yurres Satrio Wibowo; Henrie Buchari; M. A. Syamsul Arif; Muhajir Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.177 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i1.1947

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah pada lahan alang-alang (Imperata cylidrica) terhadap biomassa karbon mikroorganisme tanah (C-mik) yang ditanami kedelai (Glycine max L) musim ke dua. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan 3 sistem olah tanah, TOT = Tanpa Olah Tanah, OTM = Olah Tanah Minimum, OTI = Olah Tanah Intensif, dengan 6 kali ulangan. Sampel tanah diambil sebelum olah tanah (W0), satu hari setelah olah tanah (W1), masa vegetatif maksimum (W2), dan panen (W3). Tanaman kedelai digunakan sebagai indikator respon perlakuan yang diterapkan. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya, dengan uji Bartlett dan aditifitas diuji dengan uji tukey. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNT 5%. Berdasarkan hasil uji BNT pada taraf 5%, sistem olah tanah masa panen tanaman kedelai (Glycine max L.) nyata dalam mempengaruhi kapasitas tukar kation (KTK).