Teuku Muttaqin Mansur
Faculty of Law Syiah Kuala University, Banda Aceh

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DI PROVINSI ACEH BERBASIS HUKUM ADAT LAOT Teuku Muttaqin Mansur; Marzuki Marzuki
Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Geuthee : Penelitian Multidisiplin
Publisher : Geuthèë Institute, Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.798 KB) | DOI: 10.52626/jg.v1i1.11

Abstract

Artikel ini bertujuan menawarkan konsep peng-integrasian pengelolaan KKPD berbasis wilayah kelola hukum adat laut di Aceh. data diperoleh dengan menggunakan metode empiris. Hasil kajian menunjukan bahwa, konsep KKPD hampir mirip dengan konsep pengelolaan berbasis hukum adat laot di Aceh, dimana dalam kearifan lokal adat laut juga memiliki zonasi-zonasi adat yang ditetapkan sebagai wilayah yang boleh dan wilayah larangan penangkapan ikan. Diharapkan kepada Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota untuk mengadopsi konsep pengelolaan wilayah adat laut sebagai salahsatu konsep pengelolaan KKPD. Management of Regional Marine Conservation Area in Aceh Province Based on Hukum Adat Laot This paper aims to offer the concept of integration of KKPD management based on local wisdom in Aceh. Data were obtained by using empirical method.The result of the study shows that KKPD concept is almost similar to the concept of Management based on HukumAdatLaot in Aceh, where in indigenous local wisdom also has customary zoning which is designated as a permissible territory and a fishing ban area.It is expected that the Government of Aceh and the Regency / City to adopt the concept of marine customary territories Management as one of the concepts of KKPD Management.
MODEL PENENTUAN BATAS WILAYAH KELOLA MASYARAKAT HUKUM ADAT LAOT; STUDI KASUS WILAYAH LHOK KUALA CANGKOI, ULEE LHEU Teuku Muttaqin Mansur; M Adli; Sulaiman Tripa
Jurnal Geuthèë: Penelitian Multidisiplin Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Geuthee : Penelitian Multidisiplin
Publisher : Geuthèë Institute, Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52626/jg.v3i2.86

Abstract

Panglima Laot Lhok Kuala Cangkoi, Ulee Lheu Kota Banda Aceh merupakan ketua persekutuan masyarakat hukum adat laot (MHAL) di wilayah tersebut. Panglima laot berwenang menentukan tata tertib penangkapan ikan, menegakkan hukum adat laot, menyelesaikan sengketa adat, dan menjaga wilayah pengelolaan serta pemanfaatan secara kearifan lokal. Namun, perkembangan masyarakat, teknologi, informasi, dan hukum, keberadaan wilayah pengelolaan dan pemanfaatan perlu dipetakan secara lebih jelas dan tertulis. Selain itu, keberadaan Hukom Adat Laot yang selama kurun waktu diikuti dengan sepenuh hati, kini juga mulai dilupakan/simpang siur karena tidak wariskan dalam bentuk tertulis. Tujuan dan target khusus pengabdian ini adalah pertama, menentukan wilayah kelola masyarakat hukom adat laot lhok Kuala Cangkoi, Ulee Lheu Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh yang selama ini belum jelas batas-batas wilayahnya, Kedua, mengindentifikasikan dan menyusun peraturan hukom adat laot Kuala Cangkoi, Ulee Lheu hukum adat laot menjadi dokumentasi tertulis. Metode pengabdian menggunakan metode partisipatif di mana responden terlibat secara aktif dalam menentukan batas wilayah kelola dan pengindentifikasian hukom adat yang masih hidup dan berkembang di Lhok Kuala Cangkoi. Adapun yang menjadi responden pengabdian adalah panglima laot lhok, keuchik, imeum mukim, tokoh adat, pawang boat, dan masyarakat. Hasil pemetaan awal dan pengindentifikasian akan diseminarkan dalam Focus Grop Diskusi (FGD). Pengabdian akan diawali dengan sosialisasi rencana kegiatan pengabdian, pertemuan-pertemuan dengan informan dan responden, yang terdiri dari: panglima laot lhok, panglima teupin, keuchik, imeum mukim, tokoh adat, pawang boat, dan masyarakat.
The Role of LPPOM MPU Aceh in the Framework of Halal Certification in Poultry Products Oka Dian Kurniawati; Teuku Ahmad Yani; Teuku Muttaqin Mansur
DE LEGA LATA: JURNAL ILMU HUKUM Vol 7, No 1 (2022): January-June
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.278 KB) | DOI: 10.30596/dll.v7i1.7886

Abstract

Halal Qanun No. 8 of 2016 requires business actors to carry out halal certification, but the fact in the field is that many poultry slaughtering business actors do not implement halal certification. Writing this journal aimed to find out why business actors have not implemented halal certification and the role of LPPOM MPU Aceh in the context of implementing halal certification on poultry products. The method used was juridical-empirical, such as looking at applicable laws and facts in the field, primary and secondary data obtained through interviews include primary, secondary and tertiary laws. The results showed that the cause of business actors who had not been certified halal in the poultry slaughtering product business was because they had not met the standards set by LPPOM MPU Aceh so that LPPOM MPU Aceh had not been able to issue halal certificates. Regarding the perpetrators who have not met halal standards, LPPOM MPU Aceh has given 6 months to fix all deficiencies in business products. In fact, business actors do not fix it. LPPOM MPU Aceh is not strict in giving sanctions to business actors who have registered for halal certification but do not improve according to the specified halal accuracy