Inayah Inayah
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERBANDINGAN UJI KEMAMPUAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) DENGAN JAHE (ZINGIBER OFFICINALE) SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA IKAN SEGAR inayah inayah; Andi Marlinda Gereng
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 17, No 2 (2017): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v17i2.860

Abstract

 Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak, terutama ikan segar. Kerusakan ikan terjadi karena adanya pertumbuhan mikroba yang meningkat. Salah satu strategi untuk mengurangi atau menghambat pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan mengaplikasikan antimikroba pada saat proses pengolahan pangan untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Antimikroba alami yang populer dikalangan masyarakat yaitu bawang putih dan jahe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan bawang putih (Allium sativum) dengan jahe (Zingiber officinale) sebagai antimikroba pada ikan segar. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah ikan kembung sebanyak 20 ekor dengan berat 100 gram – 105 gram. Analisa dengan tabel terhadap rata-rata penurunan angka lempeng total dengan replikasi 2 kali.Hasil penelitian ini adalah pemberian pelumuran dengan bawang putih selama 8 jam mengalami penurunan bakteri sebanyak 113.750 koloni/gram, selama 10 jam penurunan bakteri sebanyak 240.800 koloni/gram, dan untuk selama 12 jam penurunan bakteri sebanyak 576.000 koloni/gram. Untuk pelumuran dengan jahe diperoleh hasil saat 8 jam penurunan bakteri sebanyak 106.475 koloni/gram, saat 10 jam penurunan bakteri sebanyak 229.500 koloni/gram, dan saat 12 jam penurunan bakteri sebanyak 558.000 koloni/gram. Kesimpulan pada penelitian ini adalah bawang putih (Allium sativum)  memiliki kemampuan sebagai antimikroba lebih besar dibanding dengan kemampuan jahe (Zingeber officinale) sebagai antimikroba. Diharapkan kepada masyarakat untuk memanfaatkan bawang putih dan jahe sebagai pengawet alami pada ikan segar. Kata Kunci: Bawang putih, Jahe, Antimikroba alami
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM STBM PILAR 1 DENGAN KEJADIAN STUNTING DI DESA BATARA KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP Inayah Inayah; Wahyuni Sahani; Agus Erwin Ashari
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 22, No 1 (2022): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v22i1.2597

Abstract

Untuk Meningkatkan derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya masih sangat perlu dilakukanan perbaikan sanitasi. Salah satu yang dapat dilaksanakan yaitu dengan melakukan suatu kegiatan pemberdayaan kepada masyarakat dengan terutama yang berpenghasilan rendah/dibawah upah minimum rata-rata serta dalam pemenuhan dalam bidang sanitasi. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari program STBM pilar 1 pada kejadian Stunting. Jenis penelitian ini termasuk kedalam observasi analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan program STBM pilar 1 dengan kejadian stunting dengan pendekatan secara cross sectional. Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku BABs dengan kejadian stunting didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai (p=0,904, OR=2,131) sedangkan untuk variabel kejadian diare dengan kejadian stunting didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai (p=0,563, OR=2,612). Diharapkan kepada masyarakat setempat agar kiranya menjaga kondisi lingkungan sekitar agar tidak menjadi sumber penuluaran penyakit seperti diare, yang dapat mengakibatkan kejadian stunting pada anak serta menjaga kebersihan jamban dan mengolah telebih dahulu sumber air bersih yang digunakan sehari-hariKata Kunci : STBM Pilar 1, Stunting, DiareAlamsyahDedi. 2013. PilarDasarIlmuKesehatanMasyarakat. Yogyakarta: NuhaMedika.Aridiyahdkk. 2015. faktor-faktor yang mempengaruhikejadian stunting padaanakbalita di wilayahpedesaandanperkotaan. Volume 3 No1.(online).jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2520/2029. ArianiPutriAyu. 2016. DiarePencegahandanPengobatannya. Yogyakarta: NuhaMedika.DepartemenKesehatan RI. 2011. BukuSakuPetugasKesehatanLintas Diare.(online).http://dinkes.acehselatankab.go.id/uploads/Buku%20Saku%2001.pdf .Aceh: DepartemenKesehatan Aceh.DesyantiChamiliadkk. 2017. HubunganPenyakitDiaredanPraktikHigienedengankejadian Stunting padabalitausia 24-59 Bulan di Wilayah KerjaPuskesmasSimolawang, Surabaya. volume 1 no.2. (online).DewiTysmalaNovianti, Widari.2018. HubunganBeratBadanLahirRendah Dan PeyakitInfeksiDenganKejadian Stunting PadaBaduta Di DesaMaronKidulKecamatanMaronKabupatenProbolinggo. (online).https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/9656. Diakses 6 Januari 2020DinasKesehatanKab. Pangkep. 2019. Data angka stunting januari-september 2019.Pangkep: DinasKesehatanPangkep.EntjangIndan. 2000. IlmuKesehatanMasyarakat. Bandung: PT.CitraBakti. Cetakan XIII. Ensminger et.al. 1995. The concise encyclopedia of food and nutrition. America: CRC Press,inc. Fernando dkk. 2017. HubunganStungtingdenganAngkaKejadianDiarepadasiswaSekolahDasar di KecamatanTikala Manado. Volume 5 no.2. (online).https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/18526/0. GausmanJawel. 2019. Stunting trajectories from post-infacy to adoloscenence inEthiopia,India,Peru,andVietnam.(online).https://online library.wiley.com/doi/epdf/10.1111/mcn.12835.KementerianDesaPembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi. 2017. BukuSakuDesadalampenanganan stunting. Jakarta: KementerianDesa.  KementerianKesehatan RI. 2014. Kurikulumdan Modal PelatihanWirausaha STBM di Indonesia. Jakarta:Kemenkes RIKementerianKesehatan RI. 2015. PedomanPelaksanaanSanitasi Total BerbasisMasyarakatProyekKesehatandanGiziBerbasisMasyarakat. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI. 2018. HasilUtamaRisetKesehatanDasar. Jakarta: Kemenkes RI. NotoatmodjoSoekidjo. 2014. IlmuPerilakuKesehatan. Jakarta: PT. RinekaCipta. Cetakan 2. NotoatmodjoSoekidjo. 2018. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta: PT. RinekaCipta.Rahayu Beautydkk. 2019. Hubungan
ANALISA KANDUNGAN BORAKS PADA MAKANAN DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU DI PASAR KARUWISI MAKASSAR Nadya Salzabilah; Inayah Inayah; Ain Khaer
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 22, No 2 (2022): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v22i2.2898

Abstract

Boraks merupakan salah satu bahan kima yang sering disalahgunakan pada makanan. Ubi jalar ungu Boraks merupakan salah satu bahan kimia yang sering disalahgunakan pada makanan. Ubi jalar ungu merupakan bahan alami yang mengandung zat antosianin. Ekstrak antosianin merupakan ekstraksi dari ubi jalar unguyang dapat digunakan sebagai bahan alami pendeteksi kandungan boraks pada makanan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk mengetahui kemampuan ekstrak ubi jalar ungu dalam mendeteksi kandungan boraks pada makanan dan apakah ditemukan boraks pada makanan (tahu putih, mie basah, bakso, dan kerupuk) yang dijual di Pasar Karuwisi Makassar. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan sampel sebanyak 15 sampel makanan dengan metode pemeriksaan kualitatif. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dari 15 sampel makanan meliputi 4 sampel tahu putih, 3 sampel mie basah, 3 sampel bakso, dan 5 sampel kerupuk. terdapat 7 sampel makanan yang positif boraks yaitu 2 sampel bakso dan 5 sampel kerupuk. Yang dimana ke 7 sampel telah melanggar Permenkes RI  No. 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan  Pangan dimana boraks dilarang penggunannya sebagai bahan tambahan pangan. Ekstrak ubi jalar ungu mampu mendeteksi kandungan boraks pada makanan dan berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan bahwa dari 15 sampel makanan, sebanyak 7 sampel makanan yang positif boraks atau 47 % makanan mengandung boraks (meliputi bakso dan kerupuk) yang dijajakan di pasar karuwisi makassar. Saran bagi masyarakat dapat menggunakan ekstrak ubi jalar ungu sebagai pendeteksi boraks secara sederhana.Kata kunci: Boraks, Ubi Jalar Ungu, Zat Antosianin, Makanan
KEMAMPUAN ZAT ANTOSIANIN PADA KETAN HITAM SEBAGAI PENDETEKSI BORAKS DAN FORMALIN PADA BAHAN MAKANAN DI PASAR KOTA MAKASSAR TAHUN 2022 Inayah Inayah; Maryam Maryam; Wahyuni Sahani
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 23, No 1 (2023): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v23i1.3185

Abstract

Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang masih sering digunakan untuk mengawetkan makanan, seperti yang ditemukan di Pasar Karuwisi Makassar, berdasarkan sampel yang diperiksa dari 15 sampel makanan terdapat 7 sampel yang mengandung boraks. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan zat antosianin pada ketan hitam sebagai pendeteksi boraks dan formalin pada bahan makanan yang dijual di Pasar Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan menggunakan zat antosianin pada ketan hitam yang kemudian dipindahkan pada kertas saring sebagai media deteksi. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dari 3 sampel untuk pemeriksaan boraks meliputi cincau, kulit lumpia dan bakso mendapatkan hasil negatif mengandung boraks. Adapun 3 sampel untuk pemeriksaan formalin meliputi ikan basah, mie dan tahu, mendapatkan hasil 1 sampel yang mengandung formalin yaitu ikan basah. Maka dari itu kesimpulan penelitian ini kandungan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dideteksi dengan menggunakan zat antosianin pada ketan hitam menggunakan media kertas saring. Kata kunci : Bahan Tambahan Pangan, Zat Antosianin, Ketan Hitam
KEMAMPUAN ZAT ANTOSIANIN PADA KETAN HITAM SEBAGAI PENDETEKSI BORAKS DAN FORMALIN PADA BAHAN MAKANAN DI PASAR KOTA MAKASSAR Inayah Inayah; Maryam Maryam; Wahyuni Sahani
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 23 No 1 (2023): Jurnal Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulo.v23i1.423

Abstract

Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang masih sering digunakan untuk mengawetkan makanan, seperti yang ditemukan di Pasar Karuwisi Makassar, berdasarkan sampel yang diperiksa dari 15 sampel makanan terdapat 7 sampel yang mengandung boraks. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan zat antosianin pada ketan hitam sebagai pendeteksi boraks dan formalin pada bahan makanan yang dijual di Pasar Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan menggunakan zat antosianin pada ketan hitam yang kemudian dipindahkan pada kertas saring sebagai media deteksi. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dari 3 sampel untuk pemeriksaan boraks meliputi cincau, kulit lumpia dan bakso mendapatkan hasil negatif mengandung boraks. Adapun 3 sampel untuk pemeriksaan formalin meliputi ikan basah, mie dan tahu, mendapatkan hasil 1 sampel yang mengandung formalin yaitu ikan basah. Maka dari itu kesimpulan penelitian ini kandungan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dideteksi dengan menggunakan zat antosianin pada ketan hitam menggunakan media kertas saring. Kata kunci : Bahan Tambahan Pangan, Zat Antosianin, Ketan Hitam
Analisis Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Air Tawar Di Kabupaten Wajo Inayah Inayah; Asmarani Asmarani
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 19 No 1 (2024): Media Kesehatan
Publisher : Direktorat Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v19i1.529

Abstract

Tempe Lake which is located in Wajo Regency is the second largest lake in South Sulawesi Province. There are abundant fish produced which can be processed into salted fish products. Salted fish is made by preserving the fish by using salt. In the manufacturing process, people often use formalin-type food additives to make the storability can be longer. This research aims to analyse fomaldehyde content in wet saltwater fish, semi-dried salted fish, and dry saltwater fish in Tanjong Manik Market, Tempe District, Wajo Regency. The data were obtained through observation and laboratory examination using the test kit method. The number of samples in this research were 30 samples of salted fish using a purposive sampling technique. The results show that 90% of 30 samples contained formaldehyde for wet saltwater fish, 70% for semi-dried salted fish, and 90% for dry saltwater fish. Based on the results, it can be concluded that there is formalildehyde content in the freshwater salted fish in the samples examined. It is hoped that the public will know more about the characteristics of salted fish containing formalin. For the salted fish producers, it is hoped not to add food additives and maximize the drying process. The government is hoped to supervise and guide the producers on the use of formalin in food ingredients.