Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pamole’ Beo’: Pesta syukur padi petani ladang Dayak Tamambaloh di Kalimantan Barat Efriani Efriani; Haunan Fachry Rohilie; Nahot Tua Parlindungan Sihaloho; Dea Varanida
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 5 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v5i2.17938

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena diinkulturasikannya upacara syukur panen padi (Pamole’ Beo’) masyarakat Dayak Tamambaloh dengan perayaan Pentakosta Gereja Katolik, serta telah dijadikan ajang festival budaya. Fenomena ini tentu menunjukkan terdapatnya nilai-nilai luhur pada upacara Pamole’ Beo’. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi nilai-nilai warisan budaya takbenda pada upacara Pamole’ Beo’ Dayak Tamambaloh. Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan wawancara mendalam dengan pendekatan etnografis. Penelitian ini, menunjukkan bahwa upacara Pamole’ Beo’ merupakan bagian dari ritus kehidupan  berladang Dayak Tamambaloh. Ritus berladang ini dimulai dan diakhir dengan upacara Pamole’ Beo’ sebagai bentuk memanggil beo’ atau pertanda-pertanda yang baik dan mengembalikan atau membuang beo’ yang buruk. Berladang dan upacara Pamole’ Beo’ pada etnis Dayak Tamambaloh memiliki nilai-nilai yang luhur, yakni memperkuat ikatan sosial, menjaga kelestarian lingkungan alam, mentransmisi sistem pengetahun tradisional, mentransmisikan nilai-nilai karakter, nilai-nilai filosofi serta menjaga ketahanan pangan keluarga. Pemerintah Indonesia melalui instansi terkait, sangat penting untuk melakukan pencatatan dan penetapan Pamole’ Beo’ sebagai warisan budaya takbenda pada Etnis Dayak Tamambaloh, terutama karena sifatnya yang dinamis, retan untuk punah.          The background of this study is the phenomenon that the rice harvest thanksgiving ceremony (Pamole' Beo') in Dayak Tamambaloh has been inculturated with the Pentecostal celebration of the Catholic Church, and has become a cultural festival. This phenomenon has certainly shown the existence of noble values ​​at the Pamole' Beo' ceremony. Therefore, this study aims to explore the values ​​of intangible cultural heritage at the Pamole' Beo' Dayak Tamambaloh ceremony. The research has been carried out by direct observation and in-depth interviews with an ethographic approach. This study, has shown that the Pamole' Beo' ceremony is part of the rite of life in the Dayak Tamambaloh farm. This farming rite begins and ends with the Pamole' Beo' ceremony as a form of calling Beo' or good omens, and returning or removing bad omens. Farming and the Pamole' Beo' ceremony in the Tamambaloh Dayak ethnic have noble values, namely strengthening social bonds, preserving the natural environment, transmitting traditional knowledge systems, transmitting character values, philosophical values ​​and maintaining family food security. The Indonesian government, through the relevant agencies, is very important to record and stipulate the Pamole 'Beo' as an intangible cultural heritage of the Tamambaloh Dayak Ethnic, mainly due to its dynamic nature, prone to extinction.
Keberagaman Etnis dan Budaya sebagai Pembangunan Bangsa Indonesia Dea Varanida
Proyeksi: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 23, No 1 (2018): PROYEKSI, Jurnal Ilmu Ilmu Sosial dan Humaniora
Publisher : FISIP Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.117 KB) | DOI: 10.26418/proyeksi.v23i1.2444

Abstract

Pembangunan negara Republik Indonesia mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang ada di negara terebut. Bentuk kualitas manusia adalah kualitas hidup yang di keluarkan oleh manusia misalnya berpendidikan akan selalu meningkatkan kualitasnya dan sekaligus membantu kehidupan bermasyarakat. Peningkatan kualitas hidup manusia yang tinggi akan mempengaruhi kualias manusia misalnya penghasilan yang tinggi akan mempengaruhi pendapatan gizi dari seorang manusia yang ada di dalam keluarga tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengambilan sampel/ informan menggunakan Purposive Sampling kemudian dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yaitu teknik snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya proses identitas yang menghasilkan akulturasi sehingga menghasilkan budaya yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan dalam hal ini adalah Etnis Tionghoa dan etnis Pribumi. Proses komunikasi yang berjalan lancar karena adanya penguasaan bahasa oleh kedua etnis. Pada saat ini kedua etnis tersebut sudah dapat berbahasa dan memahami kedua bahasa dari etnis tersebut sehingga proses akulturasi berjalan dengan baik dan tanpa pemaksaan. Proses akulturasi menghasilkan Perayaan Tatung dengan fenomena budaya khas Kota Singkawang Akulturasi yang terjadi antar kedua etnis ini menciptakan sebuah kebudayaan baru terhadap kedua etnis tersebut. Begitu juga dalam proses komunikasi maka lingkungan sangat mendukung, terbukti dari tempat pemukiman dan tempat ibadah antara etnis pendatang dan pribumi yang berdekatan. Melalui hubungan yang terjalin dengan baik, maka terdapat simbol-simbol yang dibangun bersama seperti Tarian Tidayu, Batik Tidayu.
KEBERAGAMAN PARIWISATA DAN BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS MASYARAKAT (Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga di Kota Singkawang) Dea Varanida
EKSPRESI DAN PERSEPSI : JURNAL ILMU KOMUNIKASI Vol 3, No 1 (2020): Januari
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.733 KB) | DOI: 10.33822/.v3i1.1361

Abstract

Sebagian besar setiap daerah di Indonesia saat ini telah menyadari akan pentingnya pariwisata untuk kemajuan dalam mengembangkan potensi daerahnya. Bukan hanya untuk memajukan pariwisata, namun juga untuk pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat daerah tersebut. Kemudian dari pada itu, pariwisata juga sudah tidak seperti dahulu lagi namun semakin berkembang maknanya bukan hanya untuk berekreasi semata tapi sudah semakin luas artiannya. Pariwisata sudah menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari maysarakat  dan sudah menjadi kebutuhan yang wajib untuk dilakukan. Maka dari itu melalui sektor pariwisata masing-masing daerah meningkatkan wisata alam maupun budaya untuk meningkatkan perekonomian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  dengan menggunakan metode deskriptif paradigma kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu observasi pendahuluan, wawancara dan dokumentasi yang berkaitan dengan strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Singkawang. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang sesuai untuk menjawab masalah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Disparpora untuk mengembangkan sektor pariwisata dimulai dengan melakukan tahapan pendataan, perencanaan, dan pelaksanaan. Selanjutnya, terdapat media-media baru yang lahir dalam Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh komunikator maupun komunikan dalam mengembangkan promosi yang dilakukan yaitu dari pihak swasta maupun dari masyarakat sehingga melahirkan identitas dalam keberagaman pariwisata dan budaya yang ada di Kota Singkawang.
KOMUNIKASI PARIWISATA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PUBLIK PASCA PANDEMI COVID-19 DI KOTA SINGKAWANG Dea Varanida
Responsive Vol 5, No 4 (2022): Responsive: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Administrasi, Sosial, Humaniora Dan
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/responsive.v5i4.44441

Abstract

Wabah penyakit corona virus (Covid-19) ditetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang telah meresahkan dan telah menyebar ke hampir seluruh negara termasuk Indonesia. Sektor pariwisaa menjadi salah satu bagian yang terkena dampak signifikan akan pandemi ini. Berbagai kebijakan serta himbauan telah diupayakan oleh pemerintah baik pusat hingga daerah. Maka dari itu peneliti mengkaji penerapan komunikasi pariwisata terhadap kebijakan pemerintah untuk pencegahan virus COVID-19 di Kota Singkawang. Konsep teori dalam penelitian ini adalah terkait implementasi kebijakan yang di dalamnya terdapat komunikasi sebagai kunci dari proses kebijakan tersebut. Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dianggap dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai upaya akan sektor pariwisata di Kota Singkawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komunikasi pariwisata terkait pengambilan keputusan kebijakan pasca pandemi Covid-19 di Kota Singkawang menerapkan strategi komunikasi publiknya yaitu mengedepankan pilar-pilar komunikasi dalam pariwisata, Upaya ini dibangun kesamaan pemahaman tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai bidang termasuk kesehatan. Berbagai penanganan telah diupayakan dalam bentuk macam-macam saluran komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan publik. Persiapan komunikasi publik diikuti dengan penyampaian yang baik, secara langsung maupun melalui media sosial. Implementasi kegiatan pariwisata membutuhkan peran komunikasi dalam memnetukan kebijakan publik yaitu transmisi, konsistensi serta kejelasan agar menghasilkan komunikasi yang efektif.
The Patterns of Early Childhood Media Consumption in the Digital Television Era Suci Lukitowati; Widha Anistya Suwarso; Dea Varanida
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 16 No. 2 (2022)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Saizu Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/komunika.v16i2.6853

Abstract

This study aims to analyze consumption patterns of children's programs on digital media in Indonesia. The research uses a qualitative approach with the uses and gratification theory as a theoretical framework—collecting research data through in-depth interviews with respondents. The research respondents were ten informants aged at least 21 years with children ranging in age from 2 to 6 years. The respondents were interviewed in-depth to get answers regarding the pattern of watching children's entertainment media shows in their respective homes. The study results reveal that parents choose television and YouTube as entertainment media for their early childhood. Parents give these two media because YouTube has three elements: interactivity, demassification, and asynchronous, while television is considered a counterbalance to smartphone addiction in children. The media consumption patterns of each family are remarkably diverse but have identical motives. The primary reason parents provide children's entertainment. Digital television has not been popular as an entertainment media option for early childhood.