Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

A literature review: The relationship between welding fume exposure and welders' lung function disorders: toxicological study Isnin Aulia Ulfah Mu’awanah; Siti Nurkhasanah; Arif Yusuf Wicaksana
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 10 No 2 (2021): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v10i2.559

Abstract

Background: Welding is the process of combining two types of metal or other material particles into one by melting and cooling processes. Welding fumes and welding metal fumes have a risk of lung function disorders in welding workers.Objective: This study aimed to discover the relationship between the effect of exposure to welding smoke and pulmonary function disorders in welding workshop workers based on the years of service and the use of PPE (masks).Methods: This research was a literature review using secondary data sources through the Google Scholar and Pubmed databases published in 2010-2020.Results: Vital lung capacity of ≥ 5 years welders have a higher risk of having lung function disorders. Welders who use PPE (masks) as many as 48 workers (21%) and 179 workers (79%) do not use PPE (masks) during the work. Welders who do not consistently wear masks are twice as likely to have lung function disorders. Conclusion: Welders having years of service ≥ 5 years are more at risk of experiencing lung function disorders than years of service < 5 years. The mask usage affects the welders’ lung function health.
LITERATURE REVIEW: EFEKTIVITAS MADU DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS Widias Puji; Arif Yusuf Wicaksana; Dhiah Novalina
Journal of Mandalika Literature Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.367 KB) | DOI: 10.36312/jml.v3i1.989

Abstract

Penyakit kulit di Indonesia saat ini masih sangat marak terjadi. Hal yang paling umum terjadi hingga saat ini adalah bisul. Penyebab paling umum terjadinya bisul ialah akibat infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang dapat menjadi patogen apabila terjadi trauma ataupun abrasi pada permukaan mukosa. Studi di Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri tersering yeng menyebabkan infeksi dengan prevalensi sebesar 18-30%, dan di Asia memiliki angka kejadian yang hampir sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan madu sebagai antibakteri alami dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode literature review. Hasil menunjukkan bahwa berdasarkan diameter zona hambat, madu konsentrasi 100% lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak memiliki nilai rata-rata yang signifikan jika dibandingkan dengan konsentrasi lain. Madu jenis Algeria lebih besar zona penghambatannya terhadap Staphylococcus aureus, sehingga dapat dikatakan efektif dan juga memiliki nilai rata-rata yang signifikan jika dibandingkan dengan madu jenis lain.
Perbandingan Hasil Pemeriksaan HBsAg dan Anti-HIV Reaktif Metode ChLIA di Palang Merah Indonesia Kota Yogyakarta Nadia Nanda Safitri; Nazula Rahma Shafriani; Arif Yusuf Wicaksana
Vitamin : Jurnal ilmu Kesehatan Umum Vol. 2 No. 1 (2024): January : Jurnal ilmu Kesehatan Umum
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/vitamin.v2i1.73

Abstract

Examination for Infections Transmitted through Blood Transfusion (IMLTD) includes the identification of Hepatitis B surface Antigen (HBsAg) and antiHIV. One way to check HBsAg and anti-HIV can be done using the Chemiluminescence Immuno Assay (ChLIA) method. This study aims to analyze the comparison of HBsAg and antiHIV reactive examination results using the ChLIA method at PMI (Indonesian Red Cross) in Yogyakarta City. The method used was secondary data collection in 2020-2022. Data analysis was done using the Kruskal Wallis test. The results of the statistical analysis of the HBsAg examination showed a p value of 0.041, which means that there were differences in the levels of reactive HBsAg examination results using the ChLIA method. Then the results of the statistical analysis of the anti-HIV examination showed a p value of 0.967, which means there was no difference in the levels of reactive anti-HIV examination results using the ChLIA method. The results revealed donor HBsAg and anti-HIV reactive examinations based on the characteristics of the majority was male, the majority was adult (20-54 years), most blood types was type O, all were rhesus positive, the majority of jobs was other categories for reactive HBsAg, and employees/employee for anti-HIV reactive.
Modifikasi Peraturan Permainan Futsal Untuk Komunitas Tuli Di Yogyakarta Muhammad Irfan Fathoni; Antonius Tri Wibowo; Arif Yusuf Wicaksana
JSH: Journal of Sport and Health Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26486/jsh.v5i2.3931

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas peraturan khusus futsal yang dapat dijalankan oleh pemain futsal tuli. Pemain futsal tuli masih mengalami kesulitan dalam bermain futsal terutama dalam peraturannya. Salah satunya adalah instruksi wasit karena selama ini wasit yang memimpin pertandingan adalah wasit normal yang kurang memahami bahasa isyarat seperti isyarat pelanggaran, isyarat permainan dihentikan dan isyarat lain dalam peraturan futsal. Penelitian pengembangan ini mengacu penilaian kelayakan suatu media berdasarkan analisis skoring kelayakan produk. Populasi dalam penelitian ini adalah 25 pemain futsal tuli dalam uji coba produk skala kecil maupun skala besar. Semua responden yang terlibat akan menilai produk modul modifikasi peraturan futsal khusus tuli menggunakan skala Likert untuk menilai kelayakan media yang telah disusun. Hasil skoring oleh ahli materi untuk produk berdasarkan hasil konversi penilaian adalah “Sangat Baik” untuk dikembangkan menjadi produk akhir. Untuk hasil penelitian modul prototype ini mendapatkan rerata skor semua uji sebesar 35,80 yang artinya klasifikasi “Sangat Baik”. Untuk uji coba skala kecil hasil skoring oleh responden pemain futsal tuli terhadap produk yang dikembangkan mendapatkan kualifikasi “Sangat Baik” sebanyak 8 orang, dan “Baik” sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk uji coba skala besar penilaian responden pemain futsal tuli terhadap produk yang dikembangkan mendapatkan kualifikasi “Sangat Baik” sebanyak 12 orang, dan kualifikasi “Baik” sebanyak 3 orang. Berdasarkan hasil tersebut maka produk modul modifikasi peraturan permainan futsal khusus untuk pemain futsal tuli dapat dikembangkan dan disosialisasikan lebih luas kepada komisi wasit maupun kepada komunitas futsal khusus tuli.