Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) PADA SISTEM MICROGRID PULAU TOMIA Putu Pramana; Kevin Gausultan Hadith Mangunkusumo; Handrea Bernando Tambunan; Dhandis Rito Jintaka
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 9 No 1 (2021): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v9i1.724

Abstract

Pulau Tomia merupakan salah satu pulau di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara yang menggunakan konsep microgrid untuk melistriki masyarakatnya. Konsep microgrid tersebut mengintegrasikan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Namun, saat ini kondisi sistem PLTS di Pulau Tomia tidak dapat memproduksi listrik karena terjadi permasalahan dan berdampak pada potensi energy not served (ENS) serta kerugian investasi dalam pembangunan sistem microgrid. Dalam makalah ini dijelaskan proses revitalisasi pada sistem PLTS di Pulau Tomia dengan harapan makalah ini dapat menjadi referensi pada proses revitalisasi PLTS di lokasi lainnya. Proses revitalisasi pada PLTS Tomia dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu review desain eksisting PLTS Tomia, investigasi penyebab gangguan, inisiatif perbaikan, dan desain ulang PLTS Tomia. Dari hasil investigasi gangguan dapat diketahui bahwa penyebab tidak beroperasinya PLTS Tomia adalah gangguan pada rangkaian PLTS, Grid Tied Inverter (GTI), dan elemen penyimpan (baterai). Berdasarkan hasil analisa lebih lanjut, didapatkan inisiatif perbaikan yang dapat ditindaklanjuti dengan hasil terbaik dan cara yang termudah, yaitu melakukan desain ulang pada rangkaian combiner box PLTS dan mengimplementasikan konsep GTI modular. Hal tersebut dilakukan agar keandalan PLTS tetap terjaga jika salah satu GTI mengalami permasalahan. Hasil revitalisasi menunjukkan bahwa nilai kualitas daya berupa harmonisa tegangan dan arus yang dihasilkan oleh GTI telah memenuhi standar. Selain itu, PLTS Tomia hasil revitalisasi mampu menghasilkan potensi penghematan Biaya Pokok Produksi (BPP) Listrik yang semula adalah sebesar Rp. 3080/kWh menjadi Rp. 2983/kWh.
KARAKTERISTIK PETIR INDONESIA DAN PENGGUNAANNYA DALAM EVALUASI UNJUK KERJA SALURAN UDARA 150 KV SAAT TERJADI SAMBARAN PETIR Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono; Anindita Satria Surya; Kevin Gausultan Hadith Mangunkusumo; Andreas Putro Purnomoadi
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 9 No 1 (2021): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v9i1.726

Abstract

Berdasarkan data historis, gangguan saluran transmisi udara di Indonesia mayoritas disebabkan oleh sambaran petir; hal tersebut mendorong PT PLN (Persero) sebagai perusahaan listrik milik negara untuk mengevaluasi unjuk kerja saluran udara terhadap sambaran petir. Pada makalah ini disajikan evaluasi karakterisasi petir menggunakan rekam data sistem deteksi petir/LDS (studi kasus untuk Jawa Barat) meliputi: jumlah sambaran, persentase polaritas, nilai modus arus puncak, persentase kejadian kumulatif, serta peta kerapatan petir. Evaluasi unjuk kerja saluran dilakukan melalui 1) simulasi tegangan lebih menggunakan perangkat lunak transient pada pemodelan saluran 150 kV untuk mengetahui korelasi arus puncak petir terhadap kenaikan tegangan pada insulator saat terjadi sambaran petir dan 2) evaluasi sudut lindung menggunakan Electro Geo-metric Model (EGM). Berdasarkan pengolahan data tahun 2018-2020, terdapat fluktuasi total kejadian petir per tahun dimana 84,63% (σ= 1,71) dari kejadian merupakan petir polaritas negatif. Modus nilai arus puncak petir adalah 12,33 kA (σ= 1,52), sementara persentase kejadian kumulatif memiliki knee point pada nilai 40 kA. Pola kerapatan petir tertinggi tidak mengalami perbedaan signifikan selama periode pengamatan dan bulan ke-7 merupakan periode dengan kejadian petir terendah. Hasil simulasi sambaran petir 40 kA pada kawat pembumiaan menunjukkan bahwa insulator mengalami kenaikan tegangan hingga 1083 kV; hal tersebut mendekati nilai Basic Impulse Insulation Level (BIL) dari insulator. Desain sudut lindung mampu mencegah shielding failure untuk arus petir ≥11 kA; meskipun demikian, perlu dicatat bahwa shielding failure akibat petir 10 kA menyebabkan kenaikan tegangan insulator melebihi nilai BIL. Peningkatan unjuk kerja saluran transmisi 150 kV tersebut dapat dilakukan dengan didasari oleh pertimbangan risk, cost dan benefit yang komprehensif.
FRAMEWORK ASESMEN TEKNOLOGI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIS UTILITAS Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono; Putu Agus Aditya Pramana; Kevin Gausultan Hadith Mangunkusumo; Handrea Bernando Tambunan; Muhammad Ridwan; istiqomah istiqomah
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 10 No 1 (2022): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v10i1.896

Abstract

Perkembangan teknologi berperan penting dalam pengelolaan aset yang dimiliki oleh utilitas yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, perkembangan teknologi insulator pasang luar untuk aset saluran transmisi udara dapat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dalam proses pemeliharaan mengingat jumlah petugas pemeliharaan yang tidak sebanding dengan banyaknya aset saluran transmisi udara yang ada. Meskipun demikian, teknologi baru tersebut perlu melewati suatu proses asesmen sebelum diputuskan penerapannya pada aset yang ada. Pada makalah ini disajikan sebuah framework asesmen teknologi untuk teknologi insulator pasang luar saluran transmisi udara, yang terdiri dari asesmen dari sudut padang teknis (evaluasi parameter desain/dimensi terhadap referensi terkait), finansial (menggunakan pendekatan Net Present Value dari setiap biaya yang muncul), dan risiko (menggunakan pendekatan asesmen risiko). Hasil evaluasi teknis menunjukkan bahwa teknologi insulator A dan insulator B memiliki keunggulan dari sudut pandang unjuk kerja terhadap pengotor dibandingkan insulator eksisting. Secara finansial, kedua teknologi memberikan keunggulan ekonomis dibandingkan insulator eksisting untuk rentang waktu observasi 30 tahun. Meskipun demikian, potensi risiko kegagalan mekanis dan kegagalan elekstris memiliki nilai cukup tinggi oleh karena kedua teknologi tersebut belum pernah digunakan di saluran transmisi udara 500 kV di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilot project untuk kedua teknologi insulator tersebut dengan mempertimbangkan mitigasi risikonya serta kajian engineering yang lebih lanjut.