Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono
PLN Research Institute

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI DIGITAL SUBSTATION DI INDONESIA Achmad Syerif Habibie; Muhammad Ridwan; Putu Agus Aditya Pramana; Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono; Muhammad Said Al Manshury
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 9 No 1 (2021): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v9i1.725

Abstract

Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam sektor ketenagalistrikan mendorong perkembangan teknologi gardu induk konvensional ke arah Digital substation. Sebagai pertimbangan sebelum diimplementasikan di PT PLN (Persero), maka dilakukan kajian literatur terkait standar, protokol komunikasi, network redundancy, time synchronization, serta kelebihan dan isu pada teknologi tersebut seperti yang disajikan pada makalah ini; selain itu, diskusi dengan pabrikan Digital substation yang ada di Indonesia juga dilakukan untuk memperkaya studi literatur yang dilakukan. Teknologi Digital substation mengacu pada standar IEC 61850, dapat dilengkapi dengan network redundancy berupa parallel redudancy protocol (PRP) atau high-availability seamless redudancy (HSR), serta precission time protocol (PTP) untuk kebutuhan sinkronisasi waktunya. Digital substation memiliki banyak kelebihan diantaranya yaitu kebutuhan copper wire yang rendah, transportasi dan space yang lebih sedikit, instalasi peralatan sekunder lebih singkat, penghematan biaya (instalasi, operasi, dan pemeliharaan), pemadaman lebih singkat, peningkatan keamanan dan utilisasi aset. Sedangkan isu yang ada pada Digital substation diantaranya maturity, interoperability, reliability, time synchronisation, network configuration dan bandwith management, cyber security, mixed mode, backward compatibility, suhu dan kelembaban. Selain itu, masih terdapat permasalahan pada substation automation system (SAS) yang sudah terpasang dalam rangka menuju teknologi Digital substation, namun belum tertangani dengan baik. Maturity level dari teknologi Digital substation menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan teknologi tersebut di sistem ketenagalistrikan.
KARAKTERISTIK PETIR INDONESIA DAN PENGGUNAANNYA DALAM EVALUASI UNJUK KERJA SALURAN UDARA 150 KV SAAT TERJADI SAMBARAN PETIR Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono; Anindita Satria Surya; Kevin Gausultan Hadith Mangunkusumo; Andreas Putro Purnomoadi
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 9 No 1 (2021): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v9i1.726

Abstract

Berdasarkan data historis, gangguan saluran transmisi udara di Indonesia mayoritas disebabkan oleh sambaran petir; hal tersebut mendorong PT PLN (Persero) sebagai perusahaan listrik milik negara untuk mengevaluasi unjuk kerja saluran udara terhadap sambaran petir. Pada makalah ini disajikan evaluasi karakterisasi petir menggunakan rekam data sistem deteksi petir/LDS (studi kasus untuk Jawa Barat) meliputi: jumlah sambaran, persentase polaritas, nilai modus arus puncak, persentase kejadian kumulatif, serta peta kerapatan petir. Evaluasi unjuk kerja saluran dilakukan melalui 1) simulasi tegangan lebih menggunakan perangkat lunak transient pada pemodelan saluran 150 kV untuk mengetahui korelasi arus puncak petir terhadap kenaikan tegangan pada insulator saat terjadi sambaran petir dan 2) evaluasi sudut lindung menggunakan Electro Geo-metric Model (EGM). Berdasarkan pengolahan data tahun 2018-2020, terdapat fluktuasi total kejadian petir per tahun dimana 84,63% (σ= 1,71) dari kejadian merupakan petir polaritas negatif. Modus nilai arus puncak petir adalah 12,33 kA (σ= 1,52), sementara persentase kejadian kumulatif memiliki knee point pada nilai 40 kA. Pola kerapatan petir tertinggi tidak mengalami perbedaan signifikan selama periode pengamatan dan bulan ke-7 merupakan periode dengan kejadian petir terendah. Hasil simulasi sambaran petir 40 kA pada kawat pembumiaan menunjukkan bahwa insulator mengalami kenaikan tegangan hingga 1083 kV; hal tersebut mendekati nilai Basic Impulse Insulation Level (BIL) dari insulator. Desain sudut lindung mampu mencegah shielding failure untuk arus petir ≥11 kA; meskipun demikian, perlu dicatat bahwa shielding failure akibat petir 10 kA menyebabkan kenaikan tegangan insulator melebihi nilai BIL. Peningkatan unjuk kerja saluran transmisi 150 kV tersebut dapat dilakukan dengan didasari oleh pertimbangan risk, cost dan benefit yang komprehensif.
PENGARUH PEMBUMIAN KAKI TOWER TERHADAP PERKIRAAN OUTAGE RATE SALURAN UDARA 150 KV SAAT TERJADI SAMBARAN PETIR Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono; Istiqomah Istiqomah
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 9 No 2 (2021): JURNAL TECHNOPRENEUR (November)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v9i2.770

Abstract

Tingginya kerapatan petir yang ada di Indonesia mendorong pentingnya dilakukan peningkatan unjuk kerja Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) terhadap sambaran petir. Sebagai salah satu upaya prefentif maintenance, PLN telah melakukan pengukuran tahanan pembumian tower SUTT secara periodis. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tahanan pembumian tower SUTT terhadap total outage rate dari saluran serta melakukan review terhadap metode pengukuran tahanan pembumian yang digunakan. Tahapan penelitian ini terdiri dari: a) pengumpulan data karakteristik petir di sepanjang rute saluran, b) pemodelan saluran transmisi udara, c) simulasi perkiraan outage rate dengan variasi kondisi pembumian, dan d) evaluasi standar terkait dengan metode pengukuran pembumian tower. Berdasarkan simulasi menggunakan TFlash untuk data karakteristik petir dan geometri saluran yang diperoleh, maka diketahui perkiraan outage rate SUTT sebesar 15,77 flashover/100 km/tahun yang terdiri dari 12,77 kejadian back flashover dan 3,00 kejadian flashover akibat shielding failure. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis data, diketahui kenaikan tahanan pembumian tower sebesar 6 kali dapat menyebabkan kenaikkan total outage rate dari saluran udara sebesar 129,93%. Hal tersebut mendorong perlunya dilakukan pemantauan nilai tahanan pembumian secara teratur dengan menggunakan metode yang sesuai dengan standar yang berlaku. Khusus untuk tower dengan ground rod yang tidak dapat dipisahkan dari struktur tower, maka perlu dipertimbangkan pengukuran menggunakan metode Fall out Potential/FoP dan pengukuran arus bocor.
FRAMEWORK ASESMEN TEKNOLOGI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN STRATEGIS UTILITAS Brian Bramantyo Satriaji Dwi Adiputro Harsono; Putu Agus Aditya Pramana; Kevin Gausultan Hadith Mangunkusumo; Handrea Bernando Tambunan; Muhammad Ridwan; istiqomah istiqomah
Jurnal Technopreneur (JTech) Vol 10 No 1 (2022): JURNAL TECHNOPRENEUR (Mei)
Publisher : UPPM Politeknik Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30869/jtech.v10i1.896

Abstract

Perkembangan teknologi berperan penting dalam pengelolaan aset yang dimiliki oleh utilitas yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, perkembangan teknologi insulator pasang luar untuk aset saluran transmisi udara dapat bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dalam proses pemeliharaan mengingat jumlah petugas pemeliharaan yang tidak sebanding dengan banyaknya aset saluran transmisi udara yang ada. Meskipun demikian, teknologi baru tersebut perlu melewati suatu proses asesmen sebelum diputuskan penerapannya pada aset yang ada. Pada makalah ini disajikan sebuah framework asesmen teknologi untuk teknologi insulator pasang luar saluran transmisi udara, yang terdiri dari asesmen dari sudut padang teknis (evaluasi parameter desain/dimensi terhadap referensi terkait), finansial (menggunakan pendekatan Net Present Value dari setiap biaya yang muncul), dan risiko (menggunakan pendekatan asesmen risiko). Hasil evaluasi teknis menunjukkan bahwa teknologi insulator A dan insulator B memiliki keunggulan dari sudut pandang unjuk kerja terhadap pengotor dibandingkan insulator eksisting. Secara finansial, kedua teknologi memberikan keunggulan ekonomis dibandingkan insulator eksisting untuk rentang waktu observasi 30 tahun. Meskipun demikian, potensi risiko kegagalan mekanis dan kegagalan elekstris memiliki nilai cukup tinggi oleh karena kedua teknologi tersebut belum pernah digunakan di saluran transmisi udara 500 kV di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilot project untuk kedua teknologi insulator tersebut dengan mempertimbangkan mitigasi risikonya serta kajian engineering yang lebih lanjut.