Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Efek Antibakteri Madu Asli Sikabu dengan Madu Lubuk Minturun terhadap Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus secara In Vitro Yugo Berri Putra Rio; Aziz Djamal; Asterina Asterina
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i2.15

Abstract

AbstrakPendahuluan: Madu digunakan sebagai agen makanan dan obat tradisional, mengandung nektar atau gulaeksudat dari tanaman yang dikumpulkan oleh lebah madu serta merupakan salah satu obat tradisional yangdigunakan oleh masyarakat. Madu diketahui memiliki kemampuan sebagai efek antibakteri, seperti Escherichia colidan Stahpylococcus aureus. Kedua bakteri ini memiliki sifat yang berbeda tetapi memilki kesamaan dari penyakityang disebabkannya. Kualitas dan jenis madu juga sesuai dengan tempat dan lokasi lebah berkembang biak.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan efek antibakteri madu asli Sikabu dan Lubuk Minturunterhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Metode Penelitian: Madu yang diuji untukpenelitian ini adalah madu yang berasal dari Sikabu dan Lubuk Minturun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulanDesember 2011 sampai Mei 2012 di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jenispenelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan menggunakan metode difusi (metode cakram) dananalitik dengan menghubungkan perbedaan yang dimiliki kedua madu sebagai efek antibakteri. Hasil Penelitian:ini menunjukkan bahwa madu asli Sikabu dan Lubuk Minturun tidak memiliki kemampuan efek antibakteri terhadapEscherichia coli, dan terdapat perbedaan efek antibakteri dari kedua madu terhadap Staphylococcus aureus.Kesimpulan: dari kedua jenis madu yang diteliti tidak ditemukan efek antibakteri terhadap Escherichia coli , namunmadu asli Sikabu memiliki efek antibakteri yang lebih baik dari pada madu Lubuk Minturun terhadapStaphylococcus aureusKata Kunci : Perbandingan Efek Antibakteri, Madu Asli Sikabu, Madu Lubuk Minturun. Escherichia coli,Staphylococcus aureusAbstractIntroduction: Honeyis used as an agent for food and traditional medicine, containing nectar or sugar exudates ofthe plant collected by honey bees, is one of the traditional medicines used by community. Honey is known to havethe ability as an antibacterial effect, such as Escherichia coli and Stahpylococcus aureus. Both of these bacteriahave different properties but have the common of the diseases it causes. The quality and type of honey is also inaccordance with the breeding places and their location. The purpose of this study was to see a comparison of theantibacterial effect of honey Sikabu and Lubuk Minturun against Escherichia coli and Staphylococcus aureus by invitro. Methods: Honey to be tested for this study were derived from Sikabu and Lubuk Minturun. This study wasconducted in December 2011 to May 2012 in the laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, AndalasUniversity. Type of research is experimental diffusion method (disc method) and analytical distinction owned bylinking the two of honey as an antibacterial effect. Results: These results indicate that the honey Sikabu and LubukMinturun have no antibacterial effect against Escherichia coli, both of honey have differences antibacterial effectagainst Staphylococcus aureus. Conclusion: Both types of honey from this study did not find an antibacterial effectagainst Escherichia coli, but honey Sikabu has better antibacterial against Staphylococcus aureus than honeyLubuk Minturun.Keywords: Comparisons Antibacterial Effects, Original Sikabu Honey, Honey Lubuk Minturun. Escherichia coli,Staphylococcus aureus
THE DIFFERENCE IN TOTAL IMMUNOGLOBULIN E LEVELS AND EOSINOPHIL COUNTS AMONG ELDERLY INDIVIDUALS WITH AND WITHOUT ALLERGIC DISEASES Mulyana, Roza; Rio, Yugo Berri Putra; Raveinal, Raveinal; Martini, Rose Dinda; Harun, Harnavi; Asir, Taufik Rizkian; Fadrian, Fadrian; Murni, Arina Widya
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol. 35 No. 4 (2025): MEDIA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34011/jmp2k.v35i4.3114

Abstract

Penyakit alergi dapat terjadi pada lansia dengan gejala yang dapat memburuk akibat adanya proses imunosenesens. Kadar IgE total dan jumlah eosinofil dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk penyakit alergi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar IgE total dan jumlah eosinofil pada lansia dengan dan tanpa penyakit alergi. Penelitian observational analitik ini dilakukan pada lansia usia 60-80 tahun di RSUP DR. M. Djamil Padang selama Januari–Juni 2024. Sampel dikelompokkan menjadi kelompok lansia dengan penyakit alergi dan kelompok lansia tanpa penyakit alergi. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, melibatkan 52 partisipan (masing-masing 26 dengan dan tanpa penyakit alergi).  Kadar IgE total dan jumlah eosinofil diperiksa dengan menggunakan sampel darah vena. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan median kadar IgE total pada kelompok alergi sebesar 1.741,1 kIU/L (minimum 517,7 kIU/L; maksimum 4843 kIU/L), sedangkan kelompok non-alergi 177,1 kIU/L (minimum 14 kIU/L; maksimum 800 kIU/L). Median jumlah eosinofil pada kelompok alergi sebesar 378 sel/µL (min: 100; maks: 950), sedangkan kelompok non-alergi 61,5 sel/µL (min: 17; maks: 189). Terdapat perbedaan signifikan kadar IgE total dan jumlah eosinofil antara lansia dengan dan tanpa penyakit alergi (p<0,001). Lansia yang mengalami Alergi menunjukkan kadar IgE  dan jumlah eosinofil lebih tinggi dibandingkan lansia yang tidak  alergi.