Rochmadi
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pembuatan Resin Fenol Formaldehid sebagai Prekursor untuk Preparasi Karbon Berpori: Pengaruh Turunan Phenol dan pH terhadap Karakteristik Resin dan Karbon Mamik Mardyaningsih; Rochmadi
Jurnal Rekayasa Proses Vol 5, No 2 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.063 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.1900

Abstract

Phenol formaldehyde resin dapat dimodifikasi dengan menambahkan reaktan turunan phenol yaitu p-tert-butylphenol, hidroquinon, dan p-amino phenol untuk prekursor karbon berpori. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh turunan phenol dan pH terhadap karakteristik resin dan karbon berpori. Polimerisasi dijalankan dalam labu leher tiga, yang dilengkapi dengan pengaduk magnet, jaket pemanas, termometer pada suasana basa, suhu 90°C selama 1-3 jam. Hasil resin didinginkan dan dinetralkan. Untuk proses curing, resin ditambah pTSA 5% berat serta diaduk sampai homogen. Resin yang dihasilkan kemudian dipanaskan pada suhu 150°C selama ± 10 menit. Proses karbonisasi dilakukan dengan pirolisis phenolic resin pada suhu 800°C selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi polimerisasi adalah pada pH 8. Produk resin dengan sifat fisis terbaik dimiliki oleh resin PFTBP yang mempunyai nilai rapat massa sebesar 1,18 g/cm3 dan nilai kekerasan sebesar 17,2 g/mm2. Karbon hasil pirolisis resin PF mempunyai surface area internal BET tinggi yaitu 836,7 m2/g dan bilangan iodin tinggi sebesar 862,3 mg/g. Kata kunci: Phenol formaldehyde, resin, prekursor, karbon berpori. Phenol formaldehyde resin can be modified by adding phenol derivates, such as tertiary butylphenol (TBP), hydroquinone (HQ), and p-amino phenol (AP). This research aimed at studying the effect of phenol derivates and pH on the resin characteristic and porous carbon. Polymerization was carried out in a three-neck flask, equipped with a magnetic stirrer, heating jacket and thermometer in a base condition, at 90°C and 1 to 3 hours reaction time. The resin was then cooled and neutralized. The curing process was carried out where resin was added by pTSA and then stirred to reach homogeneous condition. The resin was then heated at 150°C for ± 10 minutes. The carbonization process was conducted by pyrolizing the phenolic resin at 800°C for 1 hour. The result showed that the optimum condition of phenol formaldehyde reaction was at pH 8. Resin product that had optimum physical properties was PFTBP resin. It had a density of 1.18 g/cm3 and hardness value of 17.2 g/mm2. Among the phenolic resin materials produced, the PF carbon showed the highest product quality, indicated by high BET surface area of 836.7 m2/g and high iodine number of 862.3 mg/g. Keywords: phenol formaldehyde, resin, precursor, porous carbon
Kinetika Reaksi Polimerisasi Urea-Asetaldehid dalam Proses Enkapsulasi Urea Indah Purnamasari; Rochmadi; Hary Sulistyo
Jurnal Rekayasa Proses Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.817 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.4694

Abstract

Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan urea dan mengurangi pencemaran lingkungan, perlu dilakukan enkapsulasi urea sehingga pelepasan urea dalam air dapat dikontrol. Dinding kapsul terbentuk langsung di permukaan partikel urea yang disebut in situ polimerisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi polimerisasi urea dan asetaldehid dalam proses enkapsulasi urea. Urea dan asetaldehid dengan perbandingan 1:1,2 mol/mol dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang dilengkapi dengan termometer dan pendingin. Reaksi dijalankan di dalam erlenmeyer selama 2 jam dan contoh diambil setiap 20 menit untuk dianalisis asetaldehid sisa dengan metode sodium sulfit dan ukuran butiran diukur dengan mikroskop optik dan menggunakan software image pro. Variabel yang dipelajari adalah suhu reaksi (5-15°C), ukuran butir urea (14, 18, dan 25 mesh), dan pH (2, 3, 4). Konstanta kecepatan reaksi dan koefisien difusivitas ditentukan dengan optimasi antara model dengan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan ukuran butir, semakin tinggi konversi yang dihasilkan. Semakin rendah pH (semakin asam) memberikan konversi yang semakin tinggi akan tetapi butiran hasil sedikit mengembang dan lengket. Model kinetika reaksi yang diajukan sesuai dengan data pengamatan. Reaksi adisi berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan reaksi kondensasi. Kondisi reaksi yang cukup baik terjadi pada suhu reaksi 15°C, pH 4, ukuran butir 14 mesh dan waktu 120 menit dengan konversi sebesar 63,38%. Pada kondisi ini, produk polimer yang dihasilkan lebih keras dibandingkan dengan kondisi yang lainnya. Kata kunci: enkapsulasi, urea-asetaldehid, polimerisasi, pelepasan terkontrol The function of urea encapsulation is to control its release in water, thus increasing effectiveness of using urea and reducing environmental pollution. Microcapsule shell is formed directly on the surface of urea particles called in-situ polymerization. This research aimed to study the kinetics of the polymerization reaction of urea and acetaldehyde in the urea encapsulation process. Urea and acetaldehyde in the ratio of 1:1.2 mol/mol were placed in an erlenmeyer equipped with a thermometer and cooler. The reaction was run for 2 hours in erlenmeyer and sample was taken every 20 minutes. The amount of remaining acetaldehyde was determined by sodium sulfite method and grain size was measured by optical microscope and image pro software. Variables investigated were reaction temperatures (5 - 15°C), particle sizes (14, 18, and 25 mesh), and pH (2 - 4). Reaction rate and diffusivity constants were determined through fitting the experimental data and proposed model. The results showed that the higher temperature and grain size, the higher conversion was. Lower pH (more acid) provides higher conversion but urea particle was seen slightly swelling during the reaction, and also slightly sticky. Addition reaction was much faster than condensation reaction. The proposed reaction kinetics model fitted reasonably well to the experimental data. The process was best conducted at 15°C, 14 mesh, pH 4 and 120 minutes time of reaction which result in 63.38% conversion. Polymer product of urea-acetaldehyde obtained at this condition was slightly harder than that at other conditions. Keywords: encapsulation, urea-acetaldehyde, polymerization, controlled release
Pelepasan Lambat (Slow Release) Diazinon dari Mikrokapsul Melamin Urea Formaldehid Retno Sulistyo Dhamar Lestari; Rochmadi; Supranto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.052 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.4949

Abstract

Konsep dasar slow release adalah pengaturan pelepasan bahan aktif dari mikrokapsul dengan pelapisan dari bahan semi permeable yang tidak larut dalam air atau bahan berpori yang permeable. Pengaturan ketebalan dinding mikrokapsul dapat digunakan untuk mengendalikan kecepatan difusi bahan aktif dari mikrokapsul. Mikrokapsul dengan bahan inti pestisida diazinon dibuat dengan metode insitu polimerisasi, menggunakan melamin, urea, dan formaldehid sebagai bahan dinding mikrokapsul. Polimerisasi dilakukan pada suhu 50˚C, pH 3, dengan waktu homogenisasi 30 menit dan waktu mikroenkapsulasi 2 jam. Pengujian kecepatan pelepasan pestisida dilakukan dengan merendam sejumlah mikrokapsul melamin urea formaldehid (MUF) dalam aquades dengan pH yang bervariasi dan ketebalan dinding mikrokapsul yang berbeda. Pada penelitian ini, diameter mikrokapsul MUF diperoleh pada kisaran 50 sampai dengan 160 μm. Tanpa penambahan surfaktan, hasil mikrokapsul memiliki ketebalan 13,8 μm. Sedangkan dengan penambahan SDS dan PVA tebal dinding mikrokapsul yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar 45%, yaitu menjadi 7,55 μm. Pada mikrokapsul dengan ketebalan 13,8 μm, kecepatan pelepasan pestisida berada pada kisaran 0,52 x 10-6 sampai dengan 1,69 x 10-6 mg/cm2·s. Sedangkan pada mikrokapsul dengan ketebalan 7,55 μm, kecepatan pelepasan diazinon meningkat sebesar 74%, yaitu berada pada kisaran 0,66 x 10-6 sampai dengan 3,4 x 10-6 mg/cm2·s. Kata kunci : slow release, mikrokapsul melamin urea formaldehid, diazinon The basic concept of slow release is to control the active ingredient release from microcapsules by means of coating made from either water-insoluble, semi permeable or porous permeable materials. By designing microcapsules wall thickness, the diffusion rate of active ingredient can be controlled. Microcapsules containing diazinon pesticides as a core material have been prepared by in-situ polymerization using melamin urea formaldehyde prepolymer as the wall material. The polymerization had been done at 50 °C and pH 3, with homogenization time of 30 minutes, and microencapsulation time of 2 hours. To measure pesticide release rate, a number of Melamine Urea Formaldehyde (MUF) microcapsules were soaked in aquadest at various pH and microcapsules wall thicknesses. In this study, the diameter of MUF microcapsules ranged from 50 to 160 μm. Without surfactant addition, the microcapsule wall thickness was 13.8 μm, but by adding SDS and PVA the wall thickness of microcapsule decreased by 45% i.e. around 7.55 μm. For microcapsules with wall thickness of 13.8 μm, the pesticide releasing rate ranged from 0.52 x 10-6 to 1.69 x 10-6 mg/cm2·s. On the other side, the microcapsules with wall thickness of 7.55 μm the pesticide releasing rate dramatically increased by 74% ranged from 0.66 x 10-6 to 3.4 x 10-6 mg/cm2·s. Keywords: slow release, melamine urea formaldehyde microcapsules, diazinon.
Penguraian Limbah Organik secara Aerobik dengan Aerasi Menggunakan Microbubble Generator dalam Kolam dengan Imobilisasi Bakteri Riysan Octy Shalindry; Rochmadi; Wiratni Budhijanto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.563 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.31035

Abstract

The abundance utilization of the water in life can lead to decrease water quality in the earth. To resolve these problems an efficient alternative waste treatment is needed. This research studied the aerobic wastewater treatment using the microbubble generator (MBG) type of porous pipe and orifice as an oxygen supply (aerator) to treat artificial waste in pond of 3m x 3m x 1m dimension. Attached culture growth using pumice as biofilm media was applied. The main focus of this research was the influence of the aeration intensity variation of MBG as the result of liquid flow rate (QL) and air flow rate (QG) combination upon the decrease of organic content measured as sCOD (soluble Chemical Oxygen Demand). The value of QG was varied at 0.0150; 0.0300; and 0.0450 m3/h while QL value was varied at 12, 14, and 16 m3/h. The data obtained were evaluated based on oxygen mass transfer performance represented by the value of kL. The value of kL was used as a reference in determining the best combination of QG and QL for reducing sCOD in aerobic wastewater treatment. From the results of the research, the best combination of QG and QL for aerobic waste treatment was at QG 0.0300 m3/h and QL 14 m3/h (at 0.0450 QG m3/h). Although the research was still exploratory, the obtained trends and numbers were very useful for optimizing the MBG performance. Keywords: aerobic waste treatment, microbubble, microbubble aeration, microbubble generator, biofilm, attached growth Penelitian ini mempelajari pengolahan air limbah secara aerobik menggunakan Microbubble Generator (MBG) tipe porous pipe dan orifice sebagai alat suplai oksigen (aerator) untuk mengolah limbah artifisial pada kolam berukuran 3m x 3m x 1m. Aerasi diuji coba dengan bakteri pengurai berupa biakan melekat (attached culture) pada batu apung berukuran diameter 2-4 cm. Fokus utama dari penelitian ini adalah pengaruh variasi kombinasi kecepatan aliran cairan (QL) dan kecepatan aliran udara (QG) pada MBG terhadap penurunan kadar bahan organik yang dinyatakan sebagai nilai sCOD (soluble Chemical Oxygen Demand). Nilai QG divariasikan pada 0,0150; 0,0300 dan 0,0450 m3/jam sedangkan untuk nilai QL pada 12, 14 dan 16 m3/jam. Data yang diperoleh pada penelitian dievaluasi menggunakan konstanta transfer massa (kL). Nilai kL digunakan sebagai acuan dalam menentukan kombinasi QG dan QL terbaik dalam penurunan konsentrasi sCOD pada limbah aerobik. Dari hasil penelitian ini nilai kL yang relatif baik dan stabil diperoleh pada kombinasi QG 0,030 m3/jam (untuk QL 16 m3/jam) dan QL 16 (pada QG 0,045 m3/jam). Walaupun penelitian ini masih bersifat eksploratif, trend dan konstanta yang diperoleh sangat berharga untuk mengoptimasi kinerja MBG. Kata kunci: Pengolahan limbah aerobik, microbubble, aerasi microbubble, microbubble generator (MBG), biofilm, pertumbuhan melekat
Pembuatan Resin Fenol Formaldehid sebagai Prekursor untuk Preparasi Karbon Berpori: Pengaruh Turunan Phenol dan pH terhadap Karakteristik Resin dan Karbon Mamik Mardyaningsih; Rochmadi
Jurnal Rekayasa Proses Vol 5, No 2 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.1900

Abstract

Phenol formaldehyde resin dapat dimodifikasi dengan menambahkan reaktan turunan phenol yaitu p-tert-butylphenol, hidroquinon, dan p-amino phenol untuk prekursor karbon berpori. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh turunan phenol dan pH terhadap karakteristik resin dan karbon berpori. Polimerisasi dijalankan dalam labu leher tiga, yang dilengkapi dengan pengaduk magnet, jaket pemanas, termometer pada suasana basa, suhu 90°C selama 1-3 jam. Hasil resin didinginkan dan dinetralkan. Untuk proses curing, resin ditambah pTSA 5% berat serta diaduk sampai homogen. Resin yang dihasilkan kemudian dipanaskan pada suhu 150°C selama ± 10 menit. Proses karbonisasi dilakukan dengan pirolisis phenolic resin pada suhu 800°C selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum reaksi polimerisasi adalah pada pH 8. Produk resin dengan sifat fisis terbaik dimiliki oleh resin PFTBP yang mempunyai nilai rapat massa sebesar 1,18 g/cm3 dan nilai kekerasan sebesar 17,2 g/mm2. Karbon hasil pirolisis resin PF mempunyai surface area internal BET tinggi yaitu 836,7 m2/g dan bilangan iodin tinggi sebesar 862,3 mg/g. Kata kunci: Phenol formaldehyde, resin, prekursor, karbon berpori. Phenol formaldehyde resin can be modified by adding phenol derivates, such as tertiary butylphenol (TBP), hydroquinone (HQ), and p-amino phenol (AP). This research aimed at studying the effect of phenol derivates and pH on the resin characteristic and porous carbon. Polymerization was carried out in a three-neck flask, equipped with a magnetic stirrer, heating jacket and thermometer in a base condition, at 90°C and 1 to 3 hours reaction time. The resin was then cooled and neutralized. The curing process was carried out where resin was added by pTSA and then stirred to reach homogeneous condition. The resin was then heated at 150°C for ± 10 minutes. The carbonization process was conducted by pyrolizing the phenolic resin at 800°C for 1 hour. The result showed that the optimum condition of phenol formaldehyde reaction was at pH 8. Resin product that had optimum physical properties was PFTBP resin. It had a density of 1.18 g/cm3 and hardness value of 17.2 g/mm2. Among the phenolic resin materials produced, the PF carbon showed the highest product quality, indicated by high BET surface area of 836.7 m2/g and high iodine number of 862.3 mg/g. Keywords: phenol formaldehyde, resin, precursor, porous carbon
Kinetika Reaksi Polimerisasi Urea-Asetaldehid dalam Proses Enkapsulasi Urea Indah Purnamasari; Rochmadi; Hary Sulistyo
Jurnal Rekayasa Proses Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.4694

Abstract

Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan urea dan mengurangi pencemaran lingkungan, perlu dilakukan enkapsulasi urea sehingga pelepasan urea dalam air dapat dikontrol. Dinding kapsul terbentuk langsung di permukaan partikel urea yang disebut in situ polimerisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi polimerisasi urea dan asetaldehid dalam proses enkapsulasi urea. Urea dan asetaldehid dengan perbandingan 1:1,2 mol/mol dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang dilengkapi dengan termometer dan pendingin. Reaksi dijalankan di dalam erlenmeyer selama 2 jam dan contoh diambil setiap 20 menit untuk dianalisis asetaldehid sisa dengan metode sodium sulfit dan ukuran butiran diukur dengan mikroskop optik dan menggunakan software image pro. Variabel yang dipelajari adalah suhu reaksi (5-15°C), ukuran butir urea (14, 18, dan 25 mesh), dan pH (2, 3, 4). Konstanta kecepatan reaksi dan koefisien difusivitas ditentukan dengan optimasi antara model dengan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan ukuran butir, semakin tinggi konversi yang dihasilkan. Semakin rendah pH (semakin asam) memberikan konversi yang semakin tinggi akan tetapi butiran hasil sedikit mengembang dan lengket. Model kinetika reaksi yang diajukan sesuai dengan data pengamatan. Reaksi adisi berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan reaksi kondensasi. Kondisi reaksi yang cukup baik terjadi pada suhu reaksi 15°C, pH 4, ukuran butir 14 mesh dan waktu 120 menit dengan konversi sebesar 63,38%. Pada kondisi ini, produk polimer yang dihasilkan lebih keras dibandingkan dengan kondisi yang lainnya. Kata kunci: enkapsulasi, urea-asetaldehid, polimerisasi, pelepasan terkontrol The function of urea encapsulation is to control its release in water, thus increasing effectiveness of using urea and reducing environmental pollution. Microcapsule shell is formed directly on the surface of urea particles called in-situ polymerization. This research aimed to study the kinetics of the polymerization reaction of urea and acetaldehyde in the urea encapsulation process. Urea and acetaldehyde in the ratio of 1:1.2 mol/mol were placed in an erlenmeyer equipped with a thermometer and cooler. The reaction was run for 2 hours in erlenmeyer and sample was taken every 20 minutes. The amount of remaining acetaldehyde was determined by sodium sulfite method and grain size was measured by optical microscope and image pro software. Variables investigated were reaction temperatures (5 - 15°C), particle sizes (14, 18, and 25 mesh), and pH (2 - 4). Reaction rate and diffusivity constants were determined through fitting the experimental data and proposed model. The results showed that the higher temperature and grain size, the higher conversion was. Lower pH (more acid) provides higher conversion but urea particle was seen slightly swelling during the reaction, and also slightly sticky. Addition reaction was much faster than condensation reaction. The proposed reaction kinetics model fitted reasonably well to the experimental data. The process was best conducted at 15°C, 14 mesh, pH 4 and 120 minutes time of reaction which result in 63.38% conversion. Polymer product of urea-acetaldehyde obtained at this condition was slightly harder than that at other conditions. Keywords: encapsulation, urea-acetaldehyde, polymerization, controlled release
Pelepasan Lambat (Slow Release) Diazinon dari Mikrokapsul Melamin Urea Formaldehid Retno Sulistyo Dhamar Lestari; Rochmadi; Supranto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.4949

Abstract

Konsep dasar slow release adalah pengaturan pelepasan bahan aktif dari mikrokapsul dengan pelapisan dari bahan semi permeable yang tidak larut dalam air atau bahan berpori yang permeable. Pengaturan ketebalan dinding mikrokapsul dapat digunakan untuk mengendalikan kecepatan difusi bahan aktif dari mikrokapsul. Mikrokapsul dengan bahan inti pestisida diazinon dibuat dengan metode insitu polimerisasi, menggunakan melamin, urea, dan formaldehid sebagai bahan dinding mikrokapsul. Polimerisasi dilakukan pada suhu 50˚C, pH 3, dengan waktu homogenisasi 30 menit dan waktu mikroenkapsulasi 2 jam. Pengujian kecepatan pelepasan pestisida dilakukan dengan merendam sejumlah mikrokapsul melamin urea formaldehid (MUF) dalam aquades dengan pH yang bervariasi dan ketebalan dinding mikrokapsul yang berbeda. Pada penelitian ini, diameter mikrokapsul MUF diperoleh pada kisaran 50 sampai dengan 160 μm. Tanpa penambahan surfaktan, hasil mikrokapsul memiliki ketebalan 13,8 μm. Sedangkan dengan penambahan SDS dan PVA tebal dinding mikrokapsul yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar 45%, yaitu menjadi 7,55 μm. Pada mikrokapsul dengan ketebalan 13,8 μm, kecepatan pelepasan pestisida berada pada kisaran 0,52 x 10-6 sampai dengan 1,69 x 10-6 mg/cm2·s. Sedangkan pada mikrokapsul dengan ketebalan 7,55 μm, kecepatan pelepasan diazinon meningkat sebesar 74%, yaitu berada pada kisaran 0,66 x 10-6 sampai dengan 3,4 x 10-6 mg/cm2·s. Kata kunci : slow release, mikrokapsul melamin urea formaldehid, diazinon The basic concept of slow release is to control the active ingredient release from microcapsules by means of coating made from either water-insoluble, semi permeable or porous permeable materials. By designing microcapsules wall thickness, the diffusion rate of active ingredient can be controlled. Microcapsules containing diazinon pesticides as a core material have been prepared by in-situ polymerization using melamin urea formaldehyde prepolymer as the wall material. The polymerization had been done at 50 °C and pH 3, with homogenization time of 30 minutes, and microencapsulation time of 2 hours. To measure pesticide release rate, a number of Melamine Urea Formaldehyde (MUF) microcapsules were soaked in aquadest at various pH and microcapsules wall thicknesses. In this study, the diameter of MUF microcapsules ranged from 50 to 160 μm. Without surfactant addition, the microcapsule wall thickness was 13.8 μm, but by adding SDS and PVA the wall thickness of microcapsule decreased by 45% i.e. around 7.55 μm. For microcapsules with wall thickness of 13.8 μm, the pesticide releasing rate ranged from 0.52 x 10-6 to 1.69 x 10-6 mg/cm2·s. On the other side, the microcapsules with wall thickness of 7.55 μm the pesticide releasing rate dramatically increased by 74% ranged from 0.66 x 10-6 to 3.4 x 10-6 mg/cm2·s. Keywords: slow release, melamine urea formaldehyde microcapsules, diazinon.
Penguraian Limbah Organik secara Aerobik dengan Aerasi Menggunakan Microbubble Generator dalam Kolam dengan Imobilisasi Bakteri Riysan Octy Shalindry; Rochmadi; Wiratni Budhijanto
Jurnal Rekayasa Proses Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.31035

Abstract

The abundance utilization of the water in life can lead to decrease water quality in the earth. To resolve these problems an efficient alternative waste treatment is needed. This research studied the aerobic wastewater treatment using the microbubble generator (MBG) type of porous pipe and orifice as an oxygen supply (aerator) to treat artificial waste in pond of 3m x 3m x 1m dimension. Attached culture growth using pumice as biofilm media was applied. The main focus of this research was the influence of the aeration intensity variation of MBG as the result of liquid flow rate (QL) and air flow rate (QG) combination upon the decrease of organic content measured as sCOD (soluble Chemical Oxygen Demand). The value of QG was varied at 0.0150; 0.0300; and 0.0450 m3/h while QL value was varied at 12, 14, and 16 m3/h. The data obtained were evaluated based on oxygen mass transfer performance represented by the value of kL. The value of kL was used as a reference in determining the best combination of QG and QL for reducing sCOD in aerobic wastewater treatment. From the results of the research, the best combination of QG and QL for aerobic waste treatment was at QG 0.0300 m3/h and QL 14 m3/h (at 0.0450 QG m3/h). Although the research was still exploratory, the obtained trends and numbers were very useful for optimizing the MBG performance. Keywords: aerobic waste treatment, microbubble, microbubble aeration, microbubble generator, biofilm, attached growth Penelitian ini mempelajari pengolahan air limbah secara aerobik menggunakan Microbubble Generator (MBG) tipe porous pipe dan orifice sebagai alat suplai oksigen (aerator) untuk mengolah limbah artifisial pada kolam berukuran 3m x 3m x 1m. Aerasi diuji coba dengan bakteri pengurai berupa biakan melekat (attached culture) pada batu apung berukuran diameter 2-4 cm. Fokus utama dari penelitian ini adalah pengaruh variasi kombinasi kecepatan aliran cairan (QL) dan kecepatan aliran udara (QG) pada MBG terhadap penurunan kadar bahan organik yang dinyatakan sebagai nilai sCOD (soluble Chemical Oxygen Demand). Nilai QG divariasikan pada 0,0150; 0,0300 dan 0,0450 m3/jam sedangkan untuk nilai QL pada 12, 14 dan 16 m3/jam. Data yang diperoleh pada penelitian dievaluasi menggunakan konstanta transfer massa (kL). Nilai kL digunakan sebagai acuan dalam menentukan kombinasi QG dan QL terbaik dalam penurunan konsentrasi sCOD pada limbah aerobik. Dari hasil penelitian ini nilai kL yang relatif baik dan stabil diperoleh pada kombinasi QG 0,030 m3/jam (untuk QL 16 m3/jam) dan QL 16 (pada QG 0,045 m3/jam). Walaupun penelitian ini masih bersifat eksploratif, trend dan konstanta yang diperoleh sangat berharga untuk mengoptimasi kinerja MBG. Kata kunci: Pengolahan limbah aerobik, microbubble, aerasi microbubble, microbubble generator (MBG), biofilm, pertumbuhan melekat
Investigating the impact of nanoparticle geothermal silica loading on the mechanical properties and vulcanization characteristics of rubber composites Syabani, Muh Wahyu; Rochmadi; Perdana, Indra; Prasetya, Agus
Communications in Science and Technology Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : Komunitas Ilmuwan dan Profesional Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21924/cst.8.1.2023.1190

Abstract

The present study investigates the effects of nanoparticle geothermal silica (NGS) on the mechanical properties and vulcanization characteristics of rubber compounds with various filler loadings. The rubber compounds were filled with 0, 20, 30, and 40 phr of silica. The properties of NGS were analyzed using transmission electron microscopy, particle size analyzer, and BET surface area analysis to examine its morphology, size distribution, and surface area. The mechanical properties and vulcanization characteristics of the rubber compounds reinforced with NGS were evaluated using a universal testing machine and moving die rheometer. The results showed that NGS possessed the primary particle sizes below 20 nm and a surface area of 168.35 m2/g. The interaction between silica and rubber determined the modulus of the rubber composites and the vulcanization characteristics. The tensile strength of the rubber compounds, meanwhile, showed a significant increase more than threefold as the filler loading increased from 0 phr to 30 phr, followed by a slight decline at 40 phr loading. The addition of 20 phr of silica led to a prolonged scorch time compared to the filler-free compound due to the adsorption of activators and accelerators. However, the scorch time decreased after reaching 30 phr of silica loading, which could be attributed to the higher amount of bound rubber covering a portion of the silica surface, thereby reducing its ability to adsorb the activator. The presence of silica with good thermal conductivity enabled a better heat transfer during the vulcanization process, resulting in shorter curing times for higher loading. Rubber compounds with an NGS loading of 30 phr demonstrated a favorable balance between filler-rubber interactions, vulcanization characteristics, and mechanical properties in the rubber compounds.
Peran Kepala Sekolah Profesional Dalam Menjaga Keberlanjutan Dan Daya Tarik Madrasah Ibtidaiyah Indri; Iswantuti; Rochmadi; Sri Sutarni; Umi Mahmudah
PESHUM : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora Vol. 4 No. 6: Oktober 2025
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/peshum.v4i6.11778

Abstract

Madrasah ibtidaiyah memegang fungsi krusial dalam membina generasi penerus yang tidak cakap dalam bidang keilmuan, tetapi juga kokoh dalam pengamalan nilai-nilai Islam. Sebagai institusi pendidikan bernuansa keagamaan, madrasah ini dihadapkan pada berbagai tantangan untuk mempertahankan mutu dan relevansinya di tengah kompetisi dengan lembaga pendidikan umum. Kompetisi tersebut mencakup berbagai dimensi, mulai dari pencapaian akademis hingga kemampuan dalam menarik minat dan membangun kepercayaan publik. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kepala sekolah profesional dalam menjaga keberlanjutan madrasah ibtidaiyah, khususnya dalam strategi meningkatkan daya tarik madrasah, dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi serta solusi yang diterapkan. Penelitian menggunakan pendekatan empiris. Berdasarkan analisis data penelitian, kepala sekolah yang profesional menunjukkan sikap lebih adaptif terhadap pembaruan dan penerapan metode pembelajaran yang inovatif. Dalam hal implementasi nilai-nilai Islam, kepala sekolah menerapkan kebijakan yang tegas namun tetap mengedepankan pendekatan yang humanis. Sementara itu berkaitan dengan keterampilan komunikasi, kepala sekolah profesional juga berperan sebagai mediator yang efektif. Studi ini mengungkapkan bahwa hubungan komunikasi yang konstruktif antara pimpinan sekolah dengan wali murid berpotensi meningkatkan loyalitas serta partisipasi aktif mereka dalam berbagai program madrasah.