Diyah Eka Andayani
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TERAPI MEDIK GIZI PADA PASIEN SPACE OCCUPYING LESION SEREBELUM METASTASIS DENGAN RISIKO TINGGI SINDROM REFEEDING Dian Sarah Mutiara; Diyah Eka Andayani; Diana Sunardi; Tiara Aninditha
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 5 No 1 (2022): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v5i1.89

Abstract

Metastasis otak merupakan keganasan terbanyak pada susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran, menurunkan asupan nutrisi, meningkatkan risiko malnutrisi serta terjadinya gangguan elektrolit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom refeeding. Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas tatalaksana pasien dalam menjaga status nutrisi dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien space occupying lesion (SOL) serebelum metastasis dengan risiko sindrom refeeding. Laporan kasus berasal dari pasien rawat inap yaitu perempuan berusia 54 tahun dengan diagnosis hidrosefalus obstruktif ec SOL serebelum suspek metastasis, karsinoma mammae sinistra stadium III T3N3M1 dengan malnutrisi berat, kaheksia kanker, dan risiko tinggi sindrom refeeding. Pasien mengalami kondisi malnutrisi dan terdapat gangguan elektrolit. Pasien menalami penurunan kesadaran dan membutuhkan jalur nutrisi artifisial. Pasien mendapatkan terapi medik gizi berupa peningkatan nutrisi bertahap dan koreksi elektrolit. Namun, kondisi klinis pasien kurang baik ditandai adanya efusi pleura masif dan perdarahan saluran cerna sehingga pasien dalam kasus tersebut meninggal. Pemberian nutrisi pada pasien dengan risiko sindrom refeeding disesuaikan dengan kondisi klinis, ditingkatkan bertahap, dan mengatasi gangguan elektrolit. kata kunci : kaheksia, kanker, malnutrisi, metastasis, sindrom refeeding
Terapi Medik Gizi pada Psoriasis Pustulosa Generalisata: Laporan Kasus Prinindita Artiara Dewi; Steffi Sonia; Diyah Eka Andayani
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 6 No. 01 (2024): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v6i01.83

Abstract

Psoriasis Pustulosa Generalisata (PPG) merupakan jenis psoriasis yang jarang terjadi. PPG merupakan penyakit autoinflamasi yang terjadi di kulit dan sistemik. Manifestasi kulit ditandai dengan inflamasi di epidermis, pustul multipel dan hiperkeratosis, sedangkan salah satu manifestasi sistemik berupa sepsis. Pemberian nutrisi berperan dalam pencegahan malnutrisi, mendukung proses penyembuhan dan mengatasi inflamasi. Laki-laki berusia 32 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama bercak kemerahan dengan bintik-bintik bernanah yang semakin meluas sejak 3 hari SMRS. Keluhan lain berupa demam dan bengkak di tungkai bawah. Status gizi pasien adalah berat badan normal. Terdapat anemia, leukositosis, hipoalbuminemia dan peningkatan kadar C-Reactive Protein (CRP). Pemeriksaan histopatologis tidak dilakukan. Pasien didiagnosis dengan PPG (total body surface area 75%)  dan sepsis et causa Skin and Soft Tissue Infection (SSTI). Pasien mendapatkan terapi antibiotik sistemik per oral, kortikosteroid topikal, dan kompres NaCl 0,9%. Selama perawatan, pasien mendapat asupan nutrisi secara adekuat melalui oral berupa makanan padat dan makanan cair tinggi protein.  Pasien mendapatkan transfusi albumin 20% 100 mL sebanyak 1 kali. Mikronutrien diberikan berupa vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin D, asam folat dan zinc per oral. Pasien dirawat di rumah sakit selama 16 hari. Pada akhir pemantauan, status gizi normal dapat dipertahankan, terdapat penurunan luas lesi kulit menjadi sebesar 30%, kadar albumin meningkat dari 2,3 menjadi 2,8 g/dL, dan penurunan kadar CRP. Pemberian makro- dan mikronutrien yang adekuat pada PPG dapat mempertahankan status gizi yang baik, menunjang proses penyembuhan lesi kulit, dan perbaikan kadar inflamasi.