Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

POLA SEBARAN BINTANG LAUT BERDURI (Protoreaster nodosus) DI PANTAI SALIBABU KECAMATAN SALIBABU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA Essinga, Irenne Winda; Rondonuwu, Sendy B.; Dapas, Farha N. J.
Jurnal MIPA Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.8.3.2019.26092

Abstract

Wilayah perairan memiliki sumberdaya pesisir yang beragam, salah satunya Echinodermata. Echinodermata (echinoderm) berasal dari Bahasa Yunani echin (berduri) derma (kulit). Secara umum Echinodermata merupakan organisme laut yang pergerakannya sangat lambat. Filum Echinodermata memiliki lima kelas diantaranya kelas Asteroidea yang mempunyai lima lengan atau lebih yang memanjang dan memiliki tubuh radikal yang berwujud bintang (stellate), serta memiliki rangka yang dapat mampu membantu dalam pergerakan. Tubuh Asteroidea memiliki dua bagian ialah bagian aboral (dorsal) dan oral (ventral).   Kelas Asteroidea memiliki genus Protoreaster yang banyak dijumpai di Pantai Salibabu. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pola sebaran bintang laut berduri (Protoreaster nodosus) di Pantai Salibabu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dengan menggunakan plot 1 m x 1 m. Lokasi penelitian yaitu padang lamun, batu berpasir, dan terumbu karang. Bintang laut (Protoreaster nodosus) yang didapat pada bulan Desember 2018 berjumlah 48 individu pada ketiga lokasi. Pada lokasi padang lamun (I) ditemukan 22 individu; batu berpasir (II) ditemukan 13 individu; pada terumbu karang (III) ditemukan 13 individu, sedangkan pada bulan Januari 2019 total individu berjumlah 51 individu pada padang lamun ditemukan 28 individu, batu berpasir ditemukan 14, dan terumbu karang berjumlah 9 individu. Pola sebaran bintang laut berduri pada ketiga lokasi penelitian  memiliki pola sebaran  yang mengelompok dan acak pada pengamatan sampel bulan Desember 2018 dan bulan Januari 2019The waters have diverse coastal resources, one of which is Echinoderms. Echinoderms (echinoderm) are derived from the Greek echin (thorny) derma (skin). In general, Echinoderms are marine organisms that move very slowly. Phylum Echinodermata has five classes, one of which is the Asteroidea class, which has five or more arms that are elongated and has a radical body in the form of a star (stellate), and has a frame that can be able to assist in movement. Asteroidea's body has two parts: the aboral (dorsal) and oral (ventral) parts. The Asteroidea class has the Protoreaster genus which is commonly found on Salibabu Beach. The purpose of this study was to analyze the distribution pattern of thorny starfish (Protoreaster nodosus) on Salibabu Beach. The method used in this study is purposive sampling using 1 m x 1 m quadratic plot. The research locations are seagrass beds, sandy rocks, and coral reefs. Starfish (Protoreaster nodosus) obtained in December 2018 totaled 48 individuals in all three locations. At the location of seagrass (I) 22 individuals were found; sandstone (II) found 13 individuals; on coral reef (III) 13 individuals were found, while in January 2019 a total of 51 individuals; in the seagrass found 28 individuals, sandy stones found 14, and coral reefs amounted to 9 individuals. The distribution pattern of thorny starfish in the three study sites has a regular distribution pattern on sample observations in December 2018 and January 2019.
Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara Kamarrudin, Zakiah Susanti; Rondonuwu, Sendy B.; Maabuat, Pience Veralyn
Jurnal MIPA Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.5.1.2016.11194

Abstract

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Desa Lihunu dengan menggunakan metode purposive random sampling yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 saat surut terendah. Analisis data meliputi perhitungan dengan menggunakan rumus menurut Shannon & Wienner dan buku identifikasi lamun. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu, Enhalus acoroides (L.f.) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea rotundata (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson, Halophila ovalis (R. Brwon) Hooker, Halodule pinifolia (Miki) den Hartog dan Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Cymodocea serrulata. Jumlah individu lamun yang ditemukan adalah 2316 individu. Nilai indeks keanekaragaman di Pesisir Desa Lihunu memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang dengan H’ = 1 ≤ H’ ≤ 3.Seagrass is flowering plants that can grow so well in shallow marine environments. This research was conducted in Seashore Lihunu Village on August 2015 using field observation with purposive random sampling when low withdraw. Data analysis was performed using the formula of Shannon-Wienner and identification of seagrass. Results obtained in this research showed that there are seven types of seagrass, namely Enhalus acoroides (L.f) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea rotundata (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson, Halophila ovalis (R. Brwon) Hooker, Halodule pinifolia (Miki) den Hartog and Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Cymodocea serrulata. Number of individual found was 2316 individuals. Value of diversity index at Seashore Lihunu Village showed that this area has moderate seagrass diversity with H’ = 1 ≤ H’ ≤ 3.
PENENTUAN STATUS PEMANFAATAN DAN SKENARIO PENGELOLAAN IKAN TONGKOL (Auxis rochei) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN KABUPATEN SIAU-TAGULANDANG-BIARO SULAWESI UTARA John S. Kekenusa; Sendy B. Rondonuwu; Marline S. Paendong; Winsy Ch.D. Weku
JURNAL ILMIAH SAINS Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.546 KB) | DOI: 10.35799/jis.14.2.2014.6268

Abstract

ABSTRAK Ikan tongkol (Auxis rochei), perlu dikelola dengan baik karena walaupun sebagai sumberdaya alam terbarukan, namun dapat mengalami deplesi ataupun kepunahan. Salah satu pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya ikan ialah dengan pemodelan. Analisis dilakukan bertujuan untuk mendapatkan model terbaik untuk model produksi surplus guna mengetahui tangkapan maksimum lestari (MSY), tingkat pemanfaatan, dan pengupayaan ikan tongkol. Data hasil tangkapan dan upaya tangkap ikan tongkol dikumpulkan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Siau-Tagulandang-Biaro dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara Sulawesi. Model Produksi Surplus terbaik, yang digunakan untuk menilai potensi ikan tongkol ialah model Schaefer. Upaya optimal (EMSY)sebesar 5436 trip per tahun. Hasil tangkapan optimal CMSY sebesar 1040,94 ton per tahun. Tingkat pemanfaatan untuk tahun 2013 ialah 103,80 %, dengan tingkat pengusahaan sebesar 110,56 %, yang menunjukkan terjadi tangkap-lebih (overfishing). Kata Kunci : Ikan  tongkol, Model Produksi Surplus,Tangkapan Maksimum Lestari, Siau-Tagulandang-Biaro DETERMINATION OF THE STATUS OF UTILIZATION AND MANAGEMENT SCENARIOS BONITO (Auxis rochei) CAUGHT IN THE SIAU-TAGULANDANG-BIARO REGENCY NORTH SULAWESI ABSTRACT Bonito (Auxis rochei), needs to be  managed well as a renewable natural resources, but vunerable to depletion or extinction. One approach in fish resource management is by modeling. Analysis were carried out, aimed to get the best model for surplus production model, to assess the Maximum Sustainable Yield (MSY), and to get the bonito utilization and effort level. Data used for surplus production model were collected from bonito landings data provided by Marine and Fisheries Service (Dinas Kelautan dan Perikanan) of  Siau-Tagulandang-Biaro Regency and North Sulawesi Province. The best Surplus Production Model that can be used to assess the bonito potential yield is the Schaefer model. The optimum effort biologically EMSY is 5,436 trips per year. The optimum yield biologically CMSY is 1,040.94 tons per year. Utilization level for 2013 was103.80 %, with effort level 110.56 %. The catch for 2013 had already above the MSY value, which shows an  overfishing. Keywords : Bonito, Surplus Production Model, Maximum Sustainable Yield, Siau-Tagulandang-Biaro
IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PEGANGAN ESKALATOR DI SALAH SATU PUSAT PERBELANJAAN DI KOTA MANADO Michelle V. Holderman; Edwin de Queljoe; Sendy B. Rondonuwu
JURNAL ILMIAH SAINS Volume 17 Nomor 1, April 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.07 KB) | DOI: 10.35799/jis.17.1.2017.14901

Abstract

ABSTRAK Pusat perbelanjaan banyak diminati masyarakat karena mempunyai daya tarik internal dan eksternal. Eskalator pada pusat perbelanjaan dilengkapi dengan pegangan tangan, dengan demikian eskalator dapat menjadi media untuk penjangkitan penyakit yang dapat dengan cepat menyebar karena bakteri pada tangan dapat berpindah ke tangan orang lain apabila memegang pegangan dari eskalator tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi jenis-jenis bakteri yang terdapat pada pegangan escalator. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu identifikasi bakteri meliputi pengamatan morfologi dan pewarnaan gram. Berdasarkan hasil penelitian jenis bakteri yang ditemukan yaitu Staphylococcus epidermidis, Stomatococcus sp, Bacillus subtilis. Kata-kata kunci: Pusat perbelanjaan, eskalator, bakteri IDENTIFICATION OF BACTERIA IN HANDRAIL ESCALATOR ON SHOPPING CENTER IN MANADO ABSTRACT Shopping center attracted many people because they have internal and external appeal. Escalators in shopping center equipped with handrails, thus escalator can be a medium for the outbreak of disease can quickly spread because bacteria on the hands can be transferred into other hands when holding the handle of the escalator that. The purpose of this study is to identify the types of bacteria present on escalator handrail. The method used in this research is the identification of bacteria includes observation of morphology and gram stain. Based on the results of the study found that the type of bacteria Staphylococcus epidermidis, Stomatococcus sp, Bacillus subtilis. Kata-kata kunci: Shopping center, escalator, bacteria