Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Keanekaragaman Lamun di Pesisir Pantai Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado (Biodiversity of Seagrass on Molas Seashore in Bunaken Subdistrict, Manado) Maabuat, Pience Veralyn
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 1 (2012): Jurnal Bioslogos
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.1.2012.376

Abstract

AbstrakEkosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. Selain sebagai sumber produktifitas primer di perairan, ekosistem lamun juga memiliki arti penting bagi hewan yang hidup di area padang lamun. Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Pantai Molas dengan menggunakan metode garis transek kuadrat, yang dilakukan pada bulan Januari – Juni 2011. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Ada lima jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium. Lamun E. acoroides dan S. isoetifolium memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah H. ovalis. Jumlah individu yang ditemukan adalah 130 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang dibandingkan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Kata kunci: biodiversitas, Molas, rumput lautAbstractSeagrass ecosystem is one of the productive marine ecosystems. This ecosystem is a source of primary productivity in waters and it is significant for the animals that live in the seagrass areas. This study was conducted in the Molas coastal using the method of transect line squares, in January-June 2011. The analysis included calculation using the formula of Krebs and Fachrul, identification of seagrass species and determination Shannon Wiener diversity index. Five species of seagrass species were found, i.e. Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata and Syringodium isoetifolium. The total number of individual weres 130. Index value of diversity in the Molas coastal showed that the seagrass diversity in this region were medium compared with 13 other locations in Indonesia.Key Words : biodiversity, Molas, seagrass
PKM Kelompok Ibu Dalam Penanggulangan Narkoba Pada Anak Dan Remaja Di Bukit Doa Meras Maabuat, Pience Veralyn; Tangapo, Agustina Monalisa
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol 3, No 1 (2021): VIVABIO:Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.3.1.2021.31325

Abstract

Saat ini pengetahuan tentang narkoba dan obat-obatan terlarang perlu disosialisasikan dimanapun, dimulai dari dalam keluarga sampai ke sekolah dan perguruan tinggi bahkan instansi pemerintah serta kantor-kantor swasta. Pengenalan akan bahaya dan pencegahan bukan saja diperlukan di kalangan mahasiswa atau orang dewasa saja, akan tetapi dibutuhkan juga dikalangan siswa sekolah yang mulai tumbuh mencari jati diri juga berlaku bagi anak-anak usia dini. Pendampingan orang tua sangatlah penting, terutama ayah dan ibu dalam keluarga. Hal penting yang perlu diperhatikan saat ini yaitu meningkatnya peredaran narkotika dan jumlah pengguna yang bukan saja dari kalangan orang dewasa tetapi juga siswa sekolah dasar yang mmenjadi korban akibat para sindikat pengedar narkoba yang memasarkan produk dalam bentuk permen, sehingga orang tua juga bisa terkecoh. Untuk itu penting dilakukan suatu kegiatan berupa penyuluhan bagi kelompok Wanita Bukit Doa di Kelurahan Meras Kecamatan Bunaken Kota Manado. Mitra yang dipilih merupakan dua kelompok wanita yang terdiri dari ibu rumah tangga dan wanita bekerja yang berdomisili di Bukit Doa dan sekitarnya dalam wilayah yang sama di Kelurahan Meras Lingkungan III. Metode kegiatan yang dilaksanakan yaitu penyuluhan/sosialisasi dan memotivasi mitra sehingga diharapkan kegiatan ini memberikan pengaruh yang positif sehingga kedepannya bisa lebih waspada dalam menanggulangi Narkoba dan obat terlarang lainnya. Hasil yang diperoleh, kegiatan yang dilakukan melalui media zoom berlangsung dengan baik dan respon yang diterima sangat baik dari peserta yang terdiri dari kalangan ibu-ibu, bapak bapak, remaja dan pemuda. Transfer pengetahuan dari pembicara bisa dilaksanakan dengan terlihatnya respon peserta yang awalnya masih kurang pengetahuannya akan narkoba menjadi tahu dan mengerti. Kegiatan tersebut juga dimanfaatkan oleh para peserta untuk tanya jawab melalui zoom chat.
Seleksi Aktivitas Antibakteri dari Beberapa Gorgonia dari Perairan Manado Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Edwarsiella tarda Kandou, Febby Ester Fany; Maabuat, Pience Veralyn; Katili, Deidy Yulius
Jurnal MIPA Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.8.3.2019.26207

Abstract

Telah dilakukan penelitian dengan tujuan menguji aktivitas antibakteri dari beberapa Gorgonia yang berasal dari Perairan Pulau Bunaken Manado. Tahapan penelitian yaitu pengambilan sampel gorgonia pada lokasi Perairan Bunaken Manado dengan metode purposive sampling, identifikasi, ekstraksi dengan metode maserasi, peremajaan bakteri uji dengan metode goresan, pembuatan larutan Mc. Farland, pengujian aktivitas antibakteri dengan metode Kirby-Bauer. Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Edwarsiella tarda. Hasil penelitian dari ke 9 sampel Gorgonia teridentifikasi 7 sampel Gorgonia yaitu Annella sp, Melithaea sp, Astrogorgia sp, Mopsella sp *cf, Siphonogorgia geodeffry *cf,  Gorgonia sp, dan Iciligorgia sp *cf serta 2 sampel yang belum teridentifikasi. Pengujian antibakteri didapatkan untuk bakteri uji Staphylococcus aureus, ada 4 sampel yang memiliki zona hambat dengan kategori sedang, 1 sampel dengan kategori kuat dan 4 sampel tidak memiliki zona hambat tetapi memiliki zona halo. Bakteri uji Escherichia coli, ada 5 sampel memiliki zona hambat dengan kategori sedang, 1 sampel dengan kategori kuat dan 3 sampel tidak memiliki zona hambat tetapi memiliki zona halo. Bakteri uji Edwarsiella tarda, ada 2 sampel memiliki zona hambat dengan kategori sedang, dan 7 sampel tidak memiliki zona hambat tetapi memiliki zona halo. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ke 9 sampel Gorgonian memiliki sifat bakterisida (membunuh bakteri) dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri)The aim of the research to examine the antibacterial activity of some Gorgonian from Bunaken Island Waters. The stages of the research are Gorgonian sampling, identification, extraction by maceration method, making Mc. Farland solution, and testing the antibacterial activity by the Kirby-Bauer method. The test bacteria used Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Edwarsiella tarda. The results of the nine Gorgonian samples were identified namely Annella sp, Melithaea sp, Astrogorgia sp, Mopsella sp *cf, Siphonogorgia geodeffry *cf, Gorgonia sp, and Iciligorgia sp and three unidentified samples. Antibacterial testing was obtained for the Staphylococcus aureus bacteria, there were four samples that had medium inhibitory categories, one sample with strong category and four samples did not have inhibitory zones but had a halo zone. Escherichia coli bacteria, there are five samples having inhibition zone with medium categories, one sample with strong category and three samples do not have inhibitory zone but have a halo zone. Edwarsiella tarda bacteria, there are two samples having inhibition zone with medium categories, and seven samples do not have inhibitory zone but have a halo zone. Based on the results of the study it can be concluded that the nine Gorgonian samples have bactericidal and bacteriostatic properties
Analisis Keanekaragaman Lamun Di Pesisir Pulau Karakelang Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara Maabuat, Pience Veralyn; Langoy, Marnix
Jurnal MIPA Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.10.1.2021.31297

Abstract

Kabupaten Kepulauan Talaud Merupakan salah satu daerah administratif Propinsi Sulawesi Utara yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan  hampir di semua bidang, terutama pariwisata. Daerah yang merupakan gugusan pulau-pulau besar yaitu pulau Karakelang, Salibabu, Nanusa dan Mangaran ini menyimpan potensi tinggi menyangkut keanekaragaman hayati, terutama biota laut. Salah satu contoh yaitu keberadaan jenis lamun yang mendukung secara biologis dan ekologis di pesisir pantai hampir diseluruh pulau, namun informasi menyangkut jenis dari lamun yang ada di Talaud belum sepenuhnya terdata dan masih sedikit. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis lamun,  yang tersebar di pesisir Pulau Karakelang. Penelitian ini juga penting untuk dilakukan selain untuk memberikan informasi sebagai data base, juga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan sebagai salah satu upaya untuk konservasi sumberdaya dan perairan laut. Metode yang digunakan yaitu metode transek kuadrat dan setiap lamun dalam plot kuadrat 1m x 1m akan diidentifikasi menggunakan buku identifikasi lamun. Analisis data keanekaragaman menggunakan rumus Shannon-wienner. Hasil penelitian diperoleh 7 (tujuh) jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, Halophila ovalis. Analisis keanekaragaman H’ = 1.29 menunjukkan  keanekaragaman di lokasi penelitian sedangTalaud Islands Regency is one of the administrative areas of North Sulawesi Province which is actively carrying out development in almost all fields, especially tourism. The area, which is a cluster of large islands, namely the islands of Karakelang, Salibabu, Nanusa and Mangaran, has high potential regarding biodiversity, especially marine biota. One example is the existence of biologically and ecologically supported types of seagrass on the coasts of almost all islands, however information regarding the types of seagrass in Talaud has not been fully recorded and is still scanty. For this reason, this study was conducted to determine the types of seagrass that are scattered on the coast of Karakelang Island. This research is also important to do in addition to providing information as a data base, it can also be used as a basis for decision making as an effort to conserve marine resources and waters. The method used is the quadratic transect method and each seagrass in the 1m x 1m square plot will be identified using a seagrass identification book.  Diversity data analysis used the Shannon-wienner formula. The results obtained 7 (seven) types of seagrass, namely
Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tanaman Obat pada Pekarangan di Dumoga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara Lestari, Dewi; Koneri, Roni; Maabuat, Pience Veralyn
JURNAL BIOS LOGOS Vol 11, No 2 (2021): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.11.2.2021.32017

Abstract

(Article History: Received January 12, 2021; Revised March 8, 2021; Accepted April 7, 2021) ABSTRAKTanaman obat merupakan tanaman yang memiliki komponen aktif dan diyakini oleh masyarakat dapat menyembuhkan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman dan pemanfaatan tanaman obat pada pekarangan di Dumoga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pemilihan responden dilakukan dengan metoda snowball sampling. Hasil penelitian didapatkkan sebanyak 25 famili, yang terdiri dari 46 spesies dan 2691 individu tanaman obat. Famili yang banyak ditemukan jumlah spesies dan individunya adalah Zingeberaceae, merupakan famili yang banyak ditemukan jumlah spesies dan individunya. Spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah Sauropus androgynus, kemudian Zingiber officinale dan Curcuma longa. Indek kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan spesies tertinggi pada pekarangan Suku Jawa. Bentuk hidup tanaman obat yang paling banyak ditemukan adalah herba dan perdu. Daun merupakan bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk tanaman obat dan proses pengolahan umumnya dengan cara direbus.  Pemanfaatan tanaman obat pekarangan oleh masyarakat dapat digunakan untuk mengobati 18 jenis penyakit.Kata kunci: Tanaman obat; Zingiberaceae, Sauropus androgynus, herba.  ABSTRACTMedicinal plants are plants that have active components and are believed by the community to cure diseases. This study aims to analyze the diversity and utilization of medicinal plants in the yard in North Dumoga, Bolaang Mongondow Regency, North Sulawesi. The sampling method used was purposive sampling. The selection of respondents was carried out using the snowball sampling method. The results of the study were 25 families, consisting of 46 species and 2691 individual medicinal plants. The family with the highest number of species and individuals was Zingeberaceae, which was the family with the highest number of species and individuals. The species with the highest abundance were Sauropus androgynus, then Zingiber officinale and Curcuma longa. The highest index of species richness, diversity and evenness was in the Javanese tribe. The most common forms of medicinal plant life are herbs and shrubs. Leaves are part of a plant that is widely used for medicinal plants and in general processing by boiling. The use of yard medicinal plants by the community can be used to treat 18 types of diseases.Key words: Medicinal plants; Zingiberaceae, Sauropus androgynus, herb.
Pengenalan Gangguan Reproduksi Anak Pria Pra-Pubertas di Kelurahan Meras Kecamatan Bunaken, Kota Manado Maabuat, Pience Veralyn; deQueljoe, Edwin
The Studies of Social Sciences Vol 3, No 2 (2021): The Studies of Social Sciences
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/tsss.2021.3.2.36186

Abstract

Disorders or abnormalities of sexual differentiation and development in men and women began to be known when the child entered the prepubertal period. For boys, abnormalities include cryptorchidism, hypospadias, congenital bilateral absence of the vas deferens, and pseudohermaphroditism. The prepubertal period is the period that begins at the end of childhood called prepuberty, also known as the maturation stage where at this stage secondary sex characteristics begin to appear and the reproductive organs in boys have begun to develop perfectly. For this reason, it is necessary for early recognition through the transfer of knowledge regarding reproductive organs, especially known by parents, so that they can give attention to the health condition of children in the family and of course can determine steps for early countermeasures if a disorder is found in the child's reproductive organs. Partners who participated in this activity were community members in Meras Village, Bunaken District, who had children from prepuberty to teenage. The purpose of this activity is to increase public knowledge about reproductive health in boys prepubertal. The results obtained were an increase in knowledge through given tests before and after the transfer of knowledge, and the results of the free examination carried out did not find abnormalities in the sample children.Keywords: Disorders; reproduction; cryptorchidism; hypospadias; Meras AbstrakGangguan atau kelainan diferensiasi dan perkembangan seksual pada pria dan wanita, mulai diketahui pada saat anak memasuki  masa pra pubertas. Untuk anak pria kelainan yang muncul seperti kriptorkismus, hipospadia, tidak adanya vas deferens bilateral kongenital, dan pseudohermafroditisme . Masa pra pubertas merupakan masa yang terjadi mengawali masa akhir kanak-kanak yang disebut dengan prapuber, disebut juga sebagai tahap pematangan dimana pada tahapan ini ciri-ciri seks sekunder mulai nampak dan organ-organ reproduksi pada anak pria sudah mulai berkembang sempurna. Untuk itu perlu pengenalan sejak dini melalui transfer pengetahuan menyangkut organ reproduksi, terutama diketahui oleh orang tua, sehingga bisa memperhatikan kondisi kesehatan anak dalam keluarga dan tentunya dapat menentukan langkah untuk penanggulangan sejak dini jika ditemukan adanya gangguan pada organ reproduksi anak. Mitra yang mengikuti kegiatan ini merupakan warga masyarakat di Kelurahan Meras Kecamatan Bunaken, yang memiliki anak-anak berusia pra pubertas sampai menginjak usia remaja. Tujuan kegiatan ini yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi pada anak pria prapubertas. Hasil yang diperoleh yaitu adanya peningkatan pengetahuan lewat tes yang diberikan sebelum dan sesudah transfer ilmu, dan hasil pemeriksaan gratis yang dilakukan tidak ditemukan kelainan pada anak sampel.           Kata kunci: Gangguan; reproduksi; kriptorkismus; hipospadia; Meras
Keragaman Lamun (Seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara Kamarrudin, Zakiah Susanti; Rondonuwu, Sendy B.; Maabuat, Pience Veralyn
Jurnal MIPA Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.5.1.2016.11194

Abstract

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Desa Lihunu dengan menggunakan metode purposive random sampling yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 saat surut terendah. Analisis data meliputi perhitungan dengan menggunakan rumus menurut Shannon & Wienner dan buku identifikasi lamun. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu, Enhalus acoroides (L.f.) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea rotundata (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson, Halophila ovalis (R. Brwon) Hooker, Halodule pinifolia (Miki) den Hartog dan Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Cymodocea serrulata. Jumlah individu lamun yang ditemukan adalah 2316 individu. Nilai indeks keanekaragaman di Pesisir Desa Lihunu memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang dengan H’ = 1 ≤ H’ ≤ 3.Seagrass is flowering plants that can grow so well in shallow marine environments. This research was conducted in Seashore Lihunu Village on August 2015 using field observation with purposive random sampling when low withdraw. Data analysis was performed using the formula of Shannon-Wienner and identification of seagrass. Results obtained in this research showed that there are seven types of seagrass, namely Enhalus acoroides (L.f) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea rotundata (Ehrenberg) Ascherson, Cymodocea serrulata (R. Brown) Ascherson, Halophila ovalis (R. Brwon) Hooker, Halodule pinifolia (Miki) den Hartog and Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Cymodocea serrulata. Number of individual found was 2316 individuals. Value of diversity index at Seashore Lihunu Village showed that this area has moderate seagrass diversity with H’ = 1 ≤ H’ ≤ 3.
Biodiversitas Lamun (Seagrass) di Pesisir Kecamatan Pulutan Kabupaten Kepulauan Talaud Sebagai Database Keanekaragaman Hayati di Propinsi Sulawesi Utara Maabuat, Pience Veralyn; Kolondam, Beivy Jonathan; Langoy, Marnix L. D.; Loho, Jesica C. M.; Makagansa, Marbela
Kalwedo Sains (KASA) Vol 5 No 2 (2024): Kalwedo Sains (KASA), September 2024
Publisher : Program Studi Di Luar Kampus Utama Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/kasav5i2p83-90

Abstract

Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang berbeda dengan alga (Seaweed). Ekosistem padang lamun memiliki fungsi penting di lingkungan perairan bagi biota yang hidup di laut. Ekosistem Padang Lamun berfungsi sebagai habitat bagi berbagai biota laut, termasuk ikan kecil, Moluska, dugong dan penyu. Lamun menjadi sumber makanan, menjadi tempat asuhan dan tempat berlindung, selain itu sebagai tempat sirkulasi nutrien Begitu juga dari segi manfaatnya secara ekonomis tinggi dengan dimanfaatan sebagai bahan obat tradisional sampai dijual dalam bentuk kerajinan tangan. Penelitian menyangkut ekosistem ini masih kurang memperoleh perhatian dibandingkan dengan ekosistem Mangrove dan Terumbu Karang, padahal secara fungsional penting dan saling berhubungan erat di pesisir. Selain itu informasi data masih kurang sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk memperoleh informasi berupa data base keanekaragaman lamun di perairan Indonesia. Lamun tumbuh di Pantai Desa Pulutan Kabupaten Kepulauan Talaud, akan tetapi belum ada informasi tentang keberadaannya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2024 pada saat surut terendah dengan menggunakan metode Purposive random sampling. Hasil penelitian menemukan tiga jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata dan Cymodocea rotundata. Indeks keanekaragaman diperoleh H’ = 0.99 dengan keanekaragaman rendah
Biodiversitas Biodiversitas Semut di Pohon Mangrove Pesisir Palaes, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara ada Loho, Jesicca; Maabuat, Pience Veralyn; Koneri, Roni
Jurnal MIPA Vol. 14 No. 1 (2024): Artikel
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jm.v14i1.57670

Abstract

Semut merupakan salah satu jenis serangga yang termasuk ke dalam Ordo Hymenoptera yang memiliki peranan penting sebagai bioindikator kesehatan lingkungan. Data keanekaragaman semut (Formicidae) di pohon mangrove Desa Palaes belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman dan jenis semut yang ada di pohon mangrove Desa Palaes, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel secara purposive sampling atau ditentukan dengan sengaja dengan menggunakan perangkap umpan (Bait trap), tangkap tangan (Hand collecting) dan tadahan. Data penunjang yang diukur dalam penelitian ini melibatkan faktor lingkungan seperti suhu udara dan kelembaban udara. Hasil penelitian di dapatkan lima jenis semut yaitu Oecophylla smaragdina, Polyrhachis dives, Camponotus sp., Dolichoderus thoracicus, dan Camponotus festinus. Jenis semut yang didapatkan dianalisis dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dan diperoleh hasil H’≤ 1 yaitu tingkat keanekaragaman rendah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting untuk pemahaman lebih lanjut tentang peran dan Biodiversitas semut (Formicidae) dan bermanfaat dalam pengelolaan ekosistem pohon mangrove di Sulawesi Utara. Kata kunci: Biodiversitas; Semut; Palaes; Formicidae; Mangrove.
Pelatihan Identifikasi dan Konservasi Lamun pada Siswa SD di Kecamatan Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud Propinsi Sulawesi Utara Maabuat, Pience Veralyn; Kolondam, Beivy; Langoy, Marnix L.D.; Koneri , Roni
The Studies of Social Sciences Vol. 6 No. 2 (2024): The Studies of Social Sciences
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35801/tsss.v6i2.58396

Abstract

Pesisir pantai merupakan wilayah yang tidak asing lagi bagi masyarakat, terutama yang hidupnya berada di wilayah tersebut. Banyak hal yang menjadi peruntukan pesisir itu sendiri terutama berhubungan dengan wisata maupun mata pencaharian. Aktivitas yang sering dilakukan masyarakat di pesisir dapat berupa rekreasi karena gratis, atau wisata ekologis lainnya seperti menjadikan pesisir tempat studi lapangan. Ironisnya pesisir juga menjadi tempat pembuangan sampah terakhir bagi masyarakat yang tinggal dekat di lokasi tersebut. Sekolah Dasar mitra dalam kegiatan ini berdomisili di daerah kawasan pesisir Kecamatan Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud. Kecamatan Rainis berada di daratan Pulau Karakelang dan memiliki area pesisir yang luas dengan Ekosistemnya. Pengenalan Lamun itu sendiri mulai dari bentuk morfologinya dan bagaimana berinteraksi di pesisir tanpa merusak ekosistem tersebut. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang sudah menyesuaikan hidup dan tumbuh di dalam air laut. Ketidaktahuan seringkali membuat masyarakat tidak peduli dan hanya mengabaikan saja keberadaannya saja, diinjak-injak, diambil untuk makanan ternak, bahkan ada yang mencabut. Langkah pengelolaan ekositem pesisir telah banyak dilakukan, akan tetapi perhatian dititikberatkan pada ekosistem Mangrove dan Terumbu Karang, lamun masih sering dilupakan. Untuk itu perlu dilakukan suatu sosialisasi dan pelatihan menyangkut pengenalan akan lamun itu sendiri sehingga wawasan masyarakat dalam hal ini dimulai dari siwa dan guru bisa meningkat dalam upaya pengelolaan ekosistem pesisir. Kegiatan dilaksanakan di SDK PNIEL Rainis dan SDN INPRES Rainis Kecamatan Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud. Kata kunci: Lamun, Pelatihan, Siswa, SDK Rainis, Talaud