Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Studi agrobiofisik kamandrah (croton tiglium L.) dan penentuan potensi awal kamandrah sebagai larvasida hayati pencegah penyakit demam berdarah dengue Dyah Iswantini; Rosihan Rosman; Upik Kesumawati; Djumali Mangunwidjaja; Min Rahminiwati; Adi Riyadhi
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 14 No. 2 (2009): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1308.713 KB)

Abstract

The aim of the research is to obtain the ecological condition and propagation of kamandrah (Croton tiglium L.) and determination of its potency as biological larvacidal for preventing dengue haemorraghic fever. Agrobiophysic study indicated that Croton tiglium L. plant need full sunlight(> 70 %). low intensity of sunlight could decrease the ability of plant to produce seed. The plant could grow well on podzolic land (30-50 m upon sea surface). Seed of kamandrah from Ampah has growth percentage of 43.8 °/o, height of 27.5 em, stem diameter of 5 em, total leaves of 10, and total primary branches of 2. Phytochemical assay resulted that among other part of Kamandrah, Kamandrah seed has highest alkaloid content. Because alkaloid compound has high larvicidal activity, kamandrah seed has high potency as larvicide. Among all of extracts of part of plant, oil of Croton tiglium L. has the highest potency as biological larvacidal with 863.67 ppm of LC50 for 24 hours of treatment.
Potensi Jarak Pagar (Jatropha curcas) sebagai Larvasida Hayati Pencegah Penyakit Demam Berdarah Dengue Dyah Iswantini; Adi Riyadhi; Upik Kesumawati; Rosihan Rosman; Djumali Mangunwidjaja; Min Rahminiwati
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 16 No. 1 (2011): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.563 KB)

Abstract

Recently, Indonesia has big problem caused by dengue haemorraghic fever with A. aegypti as vector. Potential medicine and vaccine for curing this disease have not been found. The effective method to prevent this disease is the use of A. aegypti larvicidal. The chemical larvicidal has disadvantage for evironmental aspect. To solve this problem, the biological larvicidal has a good chance to develop. Indonesia has megadiversity which can be developed as biological larvicidal. Crude aqueous extracts and ethanol extracts of Jatropha curcas (Jarak pagar) seed and oil of Jatropha curcas were evaluated for larvicidal potential against the Aedes aegypti mosquito. Among all extracts, Jatropha curcas oil possessed a highest activity against the 3th instar larvae of Aedes. LC50 values of Jatropha curcas oil was 1507 ppm for 24 h and 866 ppm for 48 h. It was suggested that the Croton tiglium oil and Jatropha curcas oil possess larvicidal properties that could be developed and used as biological larvicidal. 
PENGARUH KEKERINGAN PADA TANAH BERGARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM Anna Median Kurniasari; Adisyahputra Adisyahputra; Rosihan Rosman
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 1 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n1.2010.%p

Abstract

Untuk mengetahui pengaruh keke-ringan pada tanah bergaram NaCl terhadap pertumbuhan tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) telah dila-kukan penelitian di rumah kaca Balai Pene-litian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Bogor pada Juni sampai November 2007. Faktor yang diuji adalah : 1) keadaan tanah, terdiri atas 2 taraf (keadaan lembap dan kering); dan 2) kadar garam NaCl tanah terdiri atas 3 taraf (0, 1.000, dan 2.000 ppm). Faktor-faktor yang diuji tersebut disusun dalam ran-cangan acak lengkap dengan 10 ulangan. Sedangkan parameter yang diamati meli-puti komponen tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buku, jumlah cabang, dia-meter batang, serta bobot basah dan kering biomas. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa faktor keadaan dan kadar garam NaCl tanah mempengaruhi pertum-buhan tanaman nilam. Pengaruh interaksi antara kedua faktor tersebut hanya dijum-pai pada komponen diameter batang. Pada kondisi tanah kering, kadar garam NaCl 1.000 ppm atau lebih sangat nyata meng-hambat pertumbuhan diameter batang, tetapi tidak berpengaruh ketika tanah cukup lembap (basah). Kedua faktor secara individu berpengaruh nyata ter-hadap komponen pertumbuhan lainnya pada tanaman nilam. Keadaan tanah basah nyata lebih baik pengaruhnya ter-hadap perkembangan tanaman dibanding tanah  dengan  keadaan  kering.  Demikian   pula kadar garam NaCl tanah yang semakin meningkat ternyata semakin memperburuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman nilam.
Kemungkinan Pengembangan Tanaman Cengkeh Pada Tanah Podsolik di Bone-Bone Sulawesi Selatan Rosihan Rosman
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 2, No 2 (1987): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v2n2.1987.32-42

Abstract

PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKWENSI PEMBERIAN PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN PANILI DI PEMBIBITAN Rosihan Rosman; S Soemono; Suhendra Suhendra
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 15, No 2 (2004): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v15n2.2004.%p

Abstract

Research on the effect of concentration and frequency of foliar fertilizer application on growth of vanilla (Vanilla planifolia Andrews) was carried out at the experimental garden of The Indonesian spice and medicinal crops Research Institute, West Java, from May until October, 1996. The experiment was conducted with a randomized block design, with 3 replicates and 10 treatments. The treatments were control, 1,5 g foliar fertilizer/4 liter/twice a week, 1,5 g foliar fertilizer/4 liter/once a week, 1,5 g foliar fertilizer/4 liter/once in two weeks, 3 g foliar fertilizer/4 liter/twice a week 3 g foliar fertilizer/4 liter/once a week, 3 g foliar fertilizer/4 liter/ once in two weeks 4,5 g foliar fertilizer/4 liter/twice a week 4,5 g foliar fertilizer/4 liter/once a week, and 4,5 g foliar fertilizer/4 liter/once in two weeks. The foliar fertilizer used was NPK (30-10-10) plus trace elements, such as Fe, Co, B, Mo, Mg and vitamine B1. The result showed that application of 1,5 g foliar fertilizer/4 liter/twice a week and 4,5 g foliar fertilizer/4 liter/once in two weeks were the best for the growth of vanilla at nursery. However, application of 4,5 g foliar fertilizer/4 liter/once in two weeks is efisien. 
Studi Keadaan dan Iklim Akar Wangi di Daerah Sukakarya Kabupaten Garut, Jawa Barat Rosihan Rosman; I Made Tasma
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 5, No 2 (1990): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v5n2.1990.73-78

Abstract

Pengaruh Pupuk N, P dan K Terhadap Perumbuhan dan Hasil Tanama Serai Dapur di Tanah Latosol Citayam Rosihan Rosman; Herry Muhammad; Rudi Suryadi; NFN Emmyzar; Rachman Permana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 2 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v9n2.1994.76-79

Abstract

Status dan Strategi Pengembangan Panili di Indonesia ROSIHAN ROSMAN
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKVanilla planifolia Andrews merupakan salah satu tanaman dari keluarga  Orchidaceae yang buahnya bernilai ekonomi tinggi dan saat ini telah berkembang luas di berbagai propinsi di Indonesia. Teknologi yang mendukung   pengembangannya   pun   sudah   cukup tersedia. Sehubungan dengan adanya penyakit busuk batang  panili (BBP)  hingga  saat  ini  masih  terus dilakukan upaya penelitian untuk menanggulanginya. Arahnya  berbagai  tantangan  perlu  dipecahkan  dan peluang  perlu  dicari  solusinya.  Untuk  itu  strategi pengembangan yang tepat perlu menjadi perhatian, yaitu pengembangan ke lokasi yang sesuai, adopsi teknologi   budidaya   yang   mampu   meningkatkan produktivitas dan efisiensi, pola tanam yang sesuai, serta upaya mendapatkan varietas yang tahan penyakit busuk batang panili.Kata kunci : Panili, Vanilla planifolia Andews, status, strategi, pengembangan, Indonesia. ABSTRACTStatus and Strategy of Vanila Development in IndonesiaVanilla planifolia Andrews is one of the Orchidaceae families. It has high economi value and has developed in Indonesia. The technology to support vanila development is avalaible. Due to the Vanilla root rot disease which still exists up to now, the research to control the disease is still corried out. The direction is that various challenges should be overcome and opportunity  should be found  out. Therefore,  it is necessary to determine the strategy for vanila development, i.e. the developmen of vanila in suitable area adoption of cultivation technique which improve productivity and efficiency, appropriate planting pattern, and effort to produce variety which is resistant to vanila root rotKey words : Vanila, Vanilla planifolia Anderws, status, strategy, development, Indonesia
PERAN DAN PENGELOLAAN KALIUM DALAM BUDIDAYA AKARWANGI ROSIHAN ROSMAN; SETIAWAN SETIAWAN
Perspektif Vol 13, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v13n2.2014.%p

Abstract

ABSTRAKTanaman   akarwangi (Vetiveria   zizanioides   Stapf.) memerlukan kalium (K) dalam jumlah yang memadai. Pemberian K ke tanah dalam jumlah banyak akan tidak efektif. Oleh karena itu, ketersediaan hara K baik di tanah maupun sumber lainnya harus di kelola secara baik. Selain K, tanaman akarwangi juga memerlukan ketepatan umur panen. Umur panen yang tidak tepat akan  mempengaruhi  produksi  dan  mutu  minyak. Waktu  panen  yang  tepat  memenuhi  produksi  dan mutu   vetiverol   yang   tinggi.   Pada   tanah   yang mengandung   K   sedang (>0,35   me/100   g   tanah), penambahan   pupuk   K   ke   tanah   tidak   mampu meningkatkan   kandungan   senyawa   alkohol   pada akarwangi. Panen produksi akar dan minyak terbaik adalah umur 14 bulan setelah tanam (BST) dengan kandungan   vetiverol     >50%.   Perbedaan   senyawa alkohol yang terbentuk terjadi pada umur 12 BST dan 14  BST.  Adapun  senyawa  alkohol  yang  terbentuk adalah    Cis-.alpha.-copaene-8-ol,    valerenol,    beta-eudesmol, globulol, (+) -gamma-castol, zizanol, dan 1-cloro-2,4-dimethroxy-3-methylphenol.  Pada  umur 12 BST, senyawa yang mengandung alkohol yaitu cis-.alpha.-copaene-8-ol,                             (+)   -gamma-castol,    beta-eudesmol,  globulol  dan  valerenol  sedangkan  pada umur 14 BST yaitu beta.-Eudesmol, (+) -gamma-castol, zizanol,   dan 1-cloro-2,4-dimethroxy-3-methylphenol. Perbedaan ini perlu diteliti lebih lanjut.Kata kunci : Minyak akarwangi, Kalium, umur panen The Role And Management of Potassium in Cultivation of Vetiver CropsABSTRACTVetiver crop need potassium (K) nutrient. Using of K on vetiver over dosage, so inefficient. Besides that, the vetiver crops need time of harvest. Time of harvest can be affecting to product and quality of oil. Therefore, K nutrient in soil, from fertilizer or the other source must be managed with good and harvest time also. The medium  K  (>0,35  me/100 g  soil)  of  soil  could  not increase of the alcohol compound. Time of harvest (14 month after planting (MAP)) was high production (dry weight of root and oil) and vetiverol (>50%). The result of research showed that component of alcohol oil was different between harvesting at 12 (MAP) and 14 MAP. The component of alcohol were cis-alpha-copaene-8-ol, beta-eudesmol, valerenol, globulol, (+)-gamma-castol, zizanol,   dan 1-cloro-2,4-dimethroxy-3-methylphenol There were four essential components of oil (alcohol groups ) at 12 MAP were cis-alpha-copaene-8-ol, beta-eudesmol, (+)-gamma-castol, valerenol and globulol. At  14  MAP  were  beta-eudesmol,  (+)-gamma-castol, zizanol,   dan 1-cloro-2,4-dimethroxy-3-methylphenol. Different of this component must be research on the future.Key words : Vetiver oil, potassium, time of harvest.
Studi Kesesuaian Lahan dan Iklim Untuk Tanaman Kapulaga Sabrang Rosihan Rosman
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 2, No 1 (1987): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v2n1.1987.50-59

Abstract