This Author published in this journals
All Journal Al-Qalam Harmoni
Saprillah Saprillah
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PELAYANAN KEMENTERIAN AGAMA TERHADAP PENGANUT AGAMA HINDU DI KOTA MANADO SULAWESI UTARA Saprillah Saprillah
Al-Qalam Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.957 KB) | DOI: 10.31969/alq.v19i2.165

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk “melihat kembali” sistem pelayanan publik yang dilakukan olehKementerian Agama terhadap penganut agama “yang berjumlah sedikit”. Asumsi dasarnya adalahbahwa problem minoritas terkadang mempengaruhi situasi keberpihakan otoritas yang mainstream.Metode penelitian adalah kualitatif dengan mengeksplorasi sebanyak mungkin data dari narasumberyang terkait. Baik dari pejabat Kementerian Agama sebagai supplier pelayanan maupun dari masyarakatHindu sebagai stakeholder. Penelitian ini dilakukan di Kota Manado. Hasil penelitian menunjukkanbahwa Jenis pelayanan Pembimas bersifat supporting service, agensi, tidak melayani warga secaralangsung. Representasi pelayanan Kemenag dilakukan oleh guru agama Hindu, penyuluh agama, danlembaga keagamaan. Secara umum, pelayanan Kemenag (melalui Bimas dan Penyelenggara Hindu)secara umum sudah berjalan dengan baik. Kedua unit kerja ini bekerja untuk memenuhi tugas pokokdan fungsi (tupoksi). Program kerja yang disusun setiap tahunnya dimaksudkan untuk memenuhitupoksi pendidikan dan urusan agama Hindu (selain fungsi administrasi). Problemnya adalah soaltransparansi dan partisipasi. Publik Hindu sebagai stakeholder sejauh ini tidak mengetahui denganbaik hal-hal apa yang menjadi program kerja yang diprogramkan oleh Kemenag. Ini karena partisipasipublik dalam penyusunan ataupun dalam pengambilan keputusan tidak terjadi. Kemenag “menjauhkandiri” dari publik karena menganggap sudah tahu apa yang dibutuhkan oleh publik. Kemenag hanyamengembangkan sistem yang bersifat empati.
MELAWAN ARUS (STRATEGIKOMUNITAS TOLOTANG MEMPERTAHANKAN KEPERCAYAANNYA) Saprillah Saprillah
Al-Qalam Vol 14, No 1 (2008)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.593 KB) | DOI: 10.31969/alq.v14i1.517

Abstract

This study was conducted in Amparita, Sidrap as the center ofTolotangsettlement in South Sulawesi. The study aims to describe how Tolotangcommunity maintain their identity from the dominant groups. Data wascollected using interview and observation. Interview was conductedwith community leader of Tolotang as well as Tolotang community.This study indicates that Tolotang community has a number strategy inmaintaining their identity. These strategies are integrating to Hindu,obscuring people entered into the special place, join to Golkar Party,they also strengthen their community with an exclusive marriage system,they have a strong faith. Then, this community have a good systemin maintaining their identity.
MENGUKUR INDEKS KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI KABUPATEN KONAWE SELATAN Saprillah Saprillah
Al-Qalam Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.835 KB) | DOI: 10.31969/alq.v20i2.196

Abstract

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian tentang pengukuran Indeks Kerukunan Antar UmatBeragama di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kerukunanantar umat beragama di Kab. Konawe Selatan. Variabel yang menjadi alat ukur ada empat yaitu;hubungan sosial, hubungan keagamaan, nilai dan lokus sosial, dan dukungan pemerintah. Penelitianmenggunakan metode kuantitatif dengan jumlah sampel yang disebar sebanyak 138 (dari 1100 sampeldi seluruh Provinsi Sulawesi Tenggara). Lokasi penyebaran angket berbasis desa/kelurahan yangmemiliki tingkat pluralitas yang tinggi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1). Indeks kerukunanantar umat beragama di Kab. Konsel berada pada nilai 2,86 atau berada pada tingkat tinggi. Penerimaandan penghargaan terhadap sesama warga relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sikap terbukadalam konteks hubungan sosial. Bahkan, responden yang berasal dari kelompok agama minoritasmenampakkan keterbukaan dalam hal keagamaan. 2). Faktor agama, usia, dan pengalaman interaksitampaknya mempengaruhi kualitas kerukunan antar umat beragama. Kelompok agama mayoritasmengalami hambatan dalam hal merayakan pergaulan dalam konteks keagamaan meski secara sosialtidak bermasalah. Kelompok responden yang berusia matang menunjukkan sikap yang lebih terbuka.Begitu pula dengan pengalaman interaksi, semakin tinggi interaksinya maka peluang semakin rukunlebih besar. 3). Faktor adat dan karakter orang Tolaki yang terbuka menjadi salah satu katup pengamanyang penting dalam konteks pembangunan kerukunan. Hukum adat sejauh ini menjadi elemen pentingyang dapat menyelesaikan konflik antar individu.
KONTESTASI KEAGAMAAN DALAM MASYARAKAT MUSLIM URBAN Saprillah Saprillah; Hamdan Juhannis; Nurman Said; Hamzah Harun Al-Rasyid
Al-Qalam Vol 26, No 1 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.626 KB) | DOI: 10.31969/alq.v26i1.844

Abstract

Kontestasi keagamaan menjadi salah satu ciri penting dalam sejarah masyarakat Islam. Latar belakang ide dan pemikiran keagamaan menjadi pemicu yang meledakkan berbagai perdebatan keagamaan. Berbagai kelompok keagamaan muncul dan menawarkan perspektif keagamaan yang berbeda-beda. Munculnya media digital mengamplifikasi berbagai mode perdebatan dengan jumlah massa yang lebih besar. Kontestasi yang bersifat dialektis ini pada prinsipnya dibutuhkan untuk membangun peradaban Islam yang dialogis. Sepanjang kontestasi wacana keagamaan berlangsung dalam suasana debat intelektual. Hal itu justru berpengaruh positif bagi lahirnya kreasi-kreasi keagamaan baru. Salah satu implikasi menarik dari kontestasi keagamaan adalah munculnya berbagai gerakan keagamaan populer dalam kerangka merebut panggung di media sosial. Kelompok salafi pun tidak ketinggalan merebut panggung modernitas, bahkan sedang membentuk satu bentuk gerakan keagamaan baru yang disebut urban salafisme.
RUMAH IBADAH SEBAGAI MEDAN KONTESTASI BERAGAMA Saprillah Saprillah
Harmoni Vol. 16 No. 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Research and Development Center for Guidance for Religious Societies and Religious Services, the Research and Development and Education and Training Agency of the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (MORA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.964 KB) | DOI: 10.32488/harmoni.v16i2.13

Abstract

The house of worship become an interesting phenomena among the religion community, in recent years. The minority tends very hard to build their houses of worship. This paper aims to describe that houses of worship become battle area among the reliogion community. Seven cases of houses of worship in East Kalimantan are best example for that symbolic battle. Not only between two different religion community but also the same religion community.This paper explains that houses of worship become battle area among the reliogion community was caused by; 1) houses of worship is well known as symbolic and artificial. Not just for pure worship for sure. 2). Syndrome of majority. The majority reject to live side by side in peace. 3). Those people are not ready to live together in multicultural area.