AM Saifullah Aldeia
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ENTREPRENEURSHIP AND INDEPENDENCE IN ISLAMIC BOARDING SCHOOL (STUDY OF ENTREPRENEURSHIP MANAGEMENT AT MBS PRAMBANAN) AM Saifullah Aldeia; Israpil Israpil
Al-Qalam Vol 27, No 2 (2021)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/alq.v27i2.989

Abstract

The implementation of entrepreneurial activities is an important element that must receive attention by Islamic boarding school managers so that they can become independent educational institutions. Its implementation must also be carried out systematically through the implementation of management functions. The problem of this study is as to why entrepreneurship needs to be developed in the Muhammadiyah Boarding School (MBS) ; how is the practice of entrepreneurial management in building independence in the MBS. This study aims to describe the entrepreneurial management process as an effort to build independence in the MBS. This research method is qualitative method using a phenomenological approach. The results of this study show that: (1) since its inception in 2008, the MBS has made the entrepreneurship program part of the master plan for institutional development. (2) In the management of entrepreneurial activities, management functions are applied, namely from planning, organizing, implementing and supervising. (3) The planning function is implemented in work meeting activities held at the beginning of each academic year. (4) Organizing function is implemented through the transfer of authority from the director of the Islamic boarding school to the manager of the waqf center institution. (5) The implementation function in entrepreneurial activities at the MBS is described in three core activities, namely coordinating, delegating, and commanding. (6) the supervisory function is carried out incidentally by the Wkaf center manager and routinely by the head of the unit by evaluating individual work assessment report cards. (7) The existence of a business unit is capable of supporting the Islamic boarding school's economy and finances. In addition, Islamic boarding school is also capable of being independent as it can provide the required resources through their business units.
IMPLEMENTASI KURIKULUM DARURAT PADA MADRASAH DI KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN AM Saifullah Aldeia; Khaerun Nisa
EDUCANDUM Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kementerian Agama dalam merespon kondisi covid-19 yang mengharuskan guru melakukan adaptasi kurikulum pembelajaran, menerbitkan Keputusan Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2791 Tahun 2020 Tentang Panduan Kurikulum Darurat Pada Madrasah. Balai Litbang Agama Makassar sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Agama RI yang memiliki tusi memberikan input kebijakan berbasis penelitian, melakukan penelitian terkait implementasi kurikulum darurat pada Madrasah di Sulawesi Selatan, khususnya dalam artikel ini di Kab. Bulukumba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur implementasi kurikulum darurat pada madrasah di Kab. Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2791 Tahun 2020 Tentang Panduan Kurikulum Darurat Pada Madrasah. Penelitian ini merupakan penelitian deksriprif dengan pendekatan mixed methods dengan strategi embedded Konkruen. Pengumpulan data lapangan menggunakan kuesioner tertutup dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum implementasi kurikulum darurat pada Madrasah di Kab. Bulukumba terkategori sangat tinggi, yaitu 81%. Pada jenjang MIN ditemukan guru melakukan home visit dengan sistem door to door dan sistem cluster. Pada MTsN dan MAN melakukan pembelajaran luring di madrasah dengan menerapkan sistem shift. Persentase media yang paling banyak digunakan guru pada pembelajaran daring adalah whatsapp 51%, sedangkan e-learning Madrasah hanya 8%. Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah 1) penggodokan e-learning yang user friendly sehingga dapat menjadi aplikasi utama yang digunakan oleh para guru di Madrasah, 2) subsidi kuota internet dari Kemenag pada peserta didik di madrasah yang memiliki jaringan internet yang memadai, dan 3) Pelatihan teknis kepada para guru mengenai metode dan strategi pembelajaran dengan sistem blended learning