Khaerun Nisa
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PANORAMA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (STUDI KASUS DI SEKOLAH LUAR BIASA ABCD DHARMA WANITA HERLANG) Khaerun Nisa
EDUCANDUM Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/educandum.v6i1.339

Abstract

Setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, dalam hal ini Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat panorama pembelajaran PAI pada anak berkebutuhan khusus pada SLB ABCD Dharmawanita Herlang, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran PAI. Dengan menggunakan metode kualitatif, diperoleh bahwa Kurikulum PAI yang digunakan pada SLB ABCD Dharmawanita Herlang mengikuti kurikulum pada sekolah umum, yaitu kurikulum 2013. Metode yang dominan digunakan dalam proses pembelajaran PAI, yaitu metode yang masih bersifat teacher learning centre, seperti metode ceramah dan metode demontrasi. Pembelajaran bersifat individual teaching. Sistem evaluasi tetap menggunakan tiga ranah ; kognitif, afektif dan psikomotorik, meskipun komponen kognitif tidak menjadi acuan utama, namun lebih kepada kemampuan peserta didik mengimplementasikan materi pembelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kendala dalam penyelenggaraan pembelajaran PAI pada SLB ABCD Dharmawanita Herlang adalah pertama kurangnya guru PAI yang memiliki spesifikasi khusus dalam pendidikan luar biasa, kedua belum tersedianya kurikulum PAI yang dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus, karena selama ini kurikulum PAI yang digunakan umumnya berasal dari sekolah umum yang sedikit mengalami modifikasi dan adaptasi untuk anak berkebutuhan khusus. Ketiga, minimnya ketersediaan buku-buku PAI bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang disediakan oleh pihak SLB, khususnya bagi peserta didik tunanetra yang membutuhkan buku braille. Keempat, perlunya guru melakukan pendekatan secara emosional sebab peserta didik yang berkebutuhan khusus memiliki kecenderungan akan lebih nyaman dan lebih mudah berkompromi terhadap instruksi yang disampaikan oleh guru, apabila telah memiliki kedekatan emosial.
POTRET PENYELENGGARAAN BELAJAR DARI RUMAH PADA RAUDHATUL ATHFAL KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS : RA BABURRAHMAN TANUNTUNG) Syarifah Halifah; Khaerun Nisa
EDUCANDUM Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/educandum.v6i2.410

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memotret penyelenggaraan belajar dari rumah pada Raudhatul Athfal di Kabupaten Bulukumba, yang meliputi tahapan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada tahap persiapan, guru menyediakan rancangan pembelajaran mingguan dan media-media pembelajaran sederhana seperti menyediakan media buku LKS, dan media yang tersedia di rumah sebagai perangkat output pembelajaran dari rumah. Konten tidak dituntut untuk menuntaskan kurikulum, tapi lebih disesuaikan kearah pengembangan life skill. (2) Tahap pelaksanaan, pihak RA Baburrahman melibatkan orang tua dalam menyepakati agenda pembelajaran anak yang disesuaikan dengan kondisi RPPM Ayah Bunda dengan segala keterbatasan. (3) Tahap evaluasi selama pembelajaran dari rumah yaitu guru menilai hasil karya anak selama kegiatan belajar dari rumah untuk mencapai aspek perkembangan anak. Penyelenggaraan pembelajaran belajar dari Rumah pada RA Baburrahman memiliki tantangan tersendiri dikarenakan kondisi pandemi, sehingga pihak RA Baburrahman dan orang tua berusaha secara optimal untuk memaksimalkan kondisi belajar dari rumah dengan membangun kerjasama dan kolaborasi.
Perspektif Tokoh Masyarakat Tentang Pendidikan Moderasi Beragama Di Kota Pare-pare Khaerun Nisa
EDUCANDUM Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bermuara pada penggalian perspektif tokoh masyarakat terhadap pendidikan moderasi beragama, yang merujuk pada empat indikator yang digagas oleh Kementerian Agama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap budaya lokal. Dalam menggali perspektif tokoh masyarakat terhadap pendidikan moderasi beragama digunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Adapun temuan lapangan yang diperoleh adalah (1) secara umum tokoh masyarakat di Kota Parepare sepakat dengan konsep moderasi beragama yang disusun oleh Kementerian Agama dan urgensinya meregenerasi moderasi beragama ke dalam lembaga pendidikan, (2) konsep moderasi beragama yang belum familiar pada beberapa lapisan masyarakat (3) gagasan materi agama yang disampaikan oleh tokoh agama memuat beberapa ayat terkait empat indikator moderasi beragama, serta pentingnya hubbul wathan minal iman dan ukhuwah basyariah (4) Tradisi Mappadendang yang menjadi menjadi wadah perjumpaan dan pembauran untuk menyatukan rasa kebersamaan pemerintah dan masyarakat dari berbagai lapisan etnis dan agama. Sistem pangngaderreng orang Bugis yang telah mendarah daging ade’, bicara, rapang, wari, dan shara’ (6) tenaga pendidik adalah segmentasi pertama penerapan pendidikan moderasi beragama, sistem pembelajarannya dapat melalui pembentukan kurikulum, terintegrasi maupun injeksi melalui kegiatan ekstrakuler, serta atmosfer sekolah yang mendukung sistem (5) sekolah melakukan filterasisasi dan melakukan aktivasi kegiatan kerohanian serta menggandeng ormas untuk menumbuhkan pemikiran yang moderat. Dan menghidupkan kembali mata pelajaran muatan lokal, yang tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pemangku kebijakan.
IMPLEMENTASI KURIKULUM DARURAT PADA MADRASAH DI KABUPATEN BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN AM Saifullah Aldeia; Khaerun Nisa
EDUCANDUM Vol 7 No 2 (2021): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kementerian Agama dalam merespon kondisi covid-19 yang mengharuskan guru melakukan adaptasi kurikulum pembelajaran, menerbitkan Keputusan Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2791 Tahun 2020 Tentang Panduan Kurikulum Darurat Pada Madrasah. Balai Litbang Agama Makassar sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Agama RI yang memiliki tusi memberikan input kebijakan berbasis penelitian, melakukan penelitian terkait implementasi kurikulum darurat pada Madrasah di Sulawesi Selatan, khususnya dalam artikel ini di Kab. Bulukumba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur implementasi kurikulum darurat pada madrasah di Kab. Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2791 Tahun 2020 Tentang Panduan Kurikulum Darurat Pada Madrasah. Penelitian ini merupakan penelitian deksriprif dengan pendekatan mixed methods dengan strategi embedded Konkruen. Pengumpulan data lapangan menggunakan kuesioner tertutup dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum implementasi kurikulum darurat pada Madrasah di Kab. Bulukumba terkategori sangat tinggi, yaitu 81%. Pada jenjang MIN ditemukan guru melakukan home visit dengan sistem door to door dan sistem cluster. Pada MTsN dan MAN melakukan pembelajaran luring di madrasah dengan menerapkan sistem shift. Persentase media yang paling banyak digunakan guru pada pembelajaran daring adalah whatsapp 51%, sedangkan e-learning Madrasah hanya 8%. Adapun rekomendasi dari penelitian ini adalah 1) penggodokan e-learning yang user friendly sehingga dapat menjadi aplikasi utama yang digunakan oleh para guru di Madrasah, 2) subsidi kuota internet dari Kemenag pada peserta didik di madrasah yang memiliki jaringan internet yang memadai, dan 3) Pelatihan teknis kepada para guru mengenai metode dan strategi pembelajaran dengan sistem blended learning