Nurrahma Wahyu Fitriyani
Faculty Of Medicine, Universitas Brawijaya, Malang - INDONESIA

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RESIDENT AS TEACHER IN CLERKSHIP: STUDENTS’ AND RESIDENTS’ PERCEPTION Nurrahma Wahyu Fitriyani; Ova Emilia; Doni Widyandana
Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian Journal of Medical Education Vol 7, No 3 (2018): November 2018
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.545 KB) | DOI: 10.22146/jpki.41845

Abstract

Background: Resident has a significant role and time allocation as a clinical teacher in the learning process of medical students at the clerkship stage in clinical settings. Unfortunately, residents were often not formally asked to be involved in the teaching process. Residents’ role in medical students’ learning process in clerkship is still ill defined. The aim of this study was to explore the perceptions of resident and medical students on residents’ role as a teacher in clerkship using cognitive apprenticeship model.Methods: This study used quantitative descriptive, cross sectional design. Samples taken with total sampling were 153 students (68.3%) and 214 resident (60.6%) of the total population. Respondents were asked to fill The Maastricht Clinical Teaching Questionnaire (MCTQ), and the results were analyzed using ANOVA and independent t-test.Results: Results of quantitative analysis showed a difference of perception between students and residents in modeling (p = 0.008) and overall performance (p = 0.002) factor, in which students placed a higher point than the resident. These results were consistently found in three departments. While in three other, students gave a lower point than the resident. In addition, differences also found in the exploration factor based on residents’ study period and residents’ preferences for teaching.Conclusion: Residents’ role as a clinical teacher in clerkship is very important, especially as a role model for students. Taking into account of time allocations spent between students and the residents, improvement and optimalization of residents’ role as a clinical teacher appears to be an important requirement.
Tinjauan Literatur: MIKROBIOM PADA KULIT DALAM PERSPEKTIF DERMATOLOGI Nurrahma Wahyu Fitriyani; Sinta Murlistyarini
Majalah Kesehatan FKUB Vol. 9 No. 2 (2022): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2022.009.02.7

Abstract

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Sebagai pertahanan fisik terluar, kulit bertugas untuk mencegah invasi dari berbagai patogen. Kolonisasi dari berbagai bakteri, jamur, dan virus yang disebut mikrobiom pada kulit berperan esensial dalam proteksi tubuh terhadap patogen yang menyerang, perkembangan dari sistem imun, maturasi dan homeostasis dari imunitas kulit, serta pembersihan sisa-sisa produk alami tubuh. Sebagian besar mikroba yang hidup pada kulit bersifat komensal atau mutualistik pada kondisi normal. Gangguan dan ketidakseimbangan pada komposisi normal mikrobiom, atau disbiosis, dapat menyebabkan pergeseran mikrobiota komensal pada kulit menjadi komunitas mikrobiota yang berbahaya pada penyakit kulit noninfeksi seperti dermatitis atopik, psoriasis, dan akne. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran mikrobioma secara fisiologis pada kulit serta pada beberapa penyakit kulit yang umum dijumpai, seperti dermatitis atopik, akne vulgaris, dan psoriasis. Berbagai studi telah menunjukkan adanya pengaruh perubahan komposisi mikrobiota dapat memicu munculnya penyakit kulit, merangsang eksaserbasi, dan berkontribusi pada progresivitas penyakit kulit. Meningkatnya minat pada penelitian mengenai mikrobiom pada kulit diharapkan dapat membantu para ahli dermatologi untuk lebih banyak mengembangkan alat diagnostik, meningkatkan pehamaman terhadap patogenesis penyakit kulit, serta mengembangkan berbagai modalitas terapi untuk tata laksana pasien yang lebih terpersonalisasi, bahkan dapat disesuaikan dengan karakteristik mikrobiom pada masing-masing individu. Ruang gerak pengembangan dalam hal mikrobiom pada kulit masih sangat luas dan akan memiliki implikasi yang signifikan baik dalam konteks preventif, klinis, maupun terapeutik.