Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN Akhmad Mustafa; Erna Ratnawati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.043 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.117-133

Abstract

Kabupaten Pinrang memiliki tambak terluas di Provinsi Sulawesi Selatan dan ditetapkan sebagai pusat pengembangan produksi udang windu, namun produktivitas tambaknya masih relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Sebagai peubah tergantung adalah produktivitas tambak, sedangkan sebagai peubah bebas adalah faktor-faktor status pembudi daya tambak, kondisi tambak, pengelolaan tambak, kualitas air tambak, dan kualitas tanah tambak yang masing-masing terdiri atas 9, 11, 31, 11, dan 17 peubah. Regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk menganalisis data untuk memprediksi peubah tergantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang rata-rata 499 kg/ha/musim. Produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang masih dapat ditingkatkan melalui penambahan tenaga kerja dan pemisahan saluran pemasukan dan pengeluaran air serta penambahan tinggi pematang agar tinggi air juga dapat ditingkatkan. Aplikasi pupuk urea pada saat persiapan tambak dan aplikasi urea dan SP-36 sebagai pupuk susulan dapat meningkatkan produktivitas tambak, sebaliknya aplikasi KCl pada saat persiapan tambak dapat menurunkan produktivitas tambak. Pengurangan kapur susulan dan peningkatan pupuk yang mengandung fosfat dapat meningkatkan produktivitas tambak.Pinrang Regency has largest brackishwater ponds in South Sulawesi Province and determined as a centre for developing of shrimp production. However, their brackishwater ponds productivity is still low. Because of that, it was conducted research with aims to know the dominant factors that effect on the productivity of brackishwater pond in Pinrang Regency. As a dependent variable in this research was productivity of brackishwater ponds. Independent variables were grouped into: (a) farmer status factor, consist of 9 variables; (b) pond condition factor, consist of 11 variables; (c) pond management factor, consist of 31 variables; (d) water quality factor, consist of 11 variables and (e) soil quality factor, consist of 17 variables. Multiple regressions with dummy variable were used to analyze the data in predicting dependent variable. The results showed that the productivity of brackishwater pond in Pinrang Regency was 499 kg/ha/cycle in average. The productivity of brackishwater pond could be increased through addition of labor and separating of outlet and inlet canals and making higher the pond dyke for increasing the water depth. Application of urea fertilizer as an initial fertilizing and application urea and SP-36 as a continuing fertilizing could be increased the brackishwater pond productivity. In contrary, application of KCl fertilizer as an initial fertilizing would be decreased the brackishwater ponds productivity. Decreasing of continuing liming and increasing the fertilizer containing phosphate would be increased the brackishwater ponds productivity in Pinrang Regency.
FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI PERAIRAN PANTAI SELATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Erna Ratnawati; Akhmad Mustafa; Rohama Daud
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.185 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.491-504

Abstract

Perairan pantai Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, dan Bulukumba merupakan sentra produksi rumput laut Kappaphycus alvarezii di Sulawesi Selatan. Pengelolaan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di daerah tersebut cukup bervariasi sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan budidaya yang mempengaruhi produksi rumput laut. Metode survai melalui pengajuan kuesioner kepada 62 responden secara terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas dalam penelitian ini adalah produksi rumput laut, sedangkan peubah bebas adalah faktor pengelolaan budidaya. Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk memprediksi produksi rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi rumput laut di perairan selatan Sulawesi Selatan berkisar antara 463-5.000 dengan rata-rata 1.502,3 kg kering/3.000 m2 yang dibudidayakan dengan tali panjang. Faktor pengelolaan budidaya yang mempengaruhi produksi rumput laut adalah jarak antar tali ris, jarak antar rumpun dalam tali ris, hama baronang, penyakit ice-ice, bobot bibit, asal bibit dan sumber cemaran. Untuk meningkatkan produksi rumput laut di perairan selatan Sulawesi Selatan dapat dilakukan melalui peningkatan bobot bibit antara 36,9 sampai 100,0 g/rumpun, menggunakan bibit yang tidak diangkut terlalu lama, tidak menambah jarak antar tali ris sampai melebihi 1,0 m, tidak menambah jarak antar rumpun dalam tali ris yang melebihi 25 cm serta melakukan penanaman berdasar kalender musim tanam untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit serta cemaran.Coastal waters of Jeneponto, Bantaeng, and Bulukumba Regencies are the centre of seaweed Kappaphycus alvarezii production in South Sulawesi. Culture management practices applied by farmers in these areas are highly variable. Therefore, this research was conducted to study culture management practices affect the seaweed production in the area. Field survey was conducted by interviewing 62 respondents using questionnaires. The dependent variable in this research was seaweed production, while the independent variables were culture management factors. Multiple regressions with dummy variable were employed to analyze the data to predict seaweed production. The results show that the seaweed productions per one cycle in the south coastal waters of South Sulawesi were ranging from 463 to 5,000 kg dry/3,000 m2. Using long line method, the average yield production was 1,502.3 kg dry/3,000 m2. Culture management practices that affect the seaweed production were distance between ropes, distance between seaweed seeds along the rope, rabbitfish predatory, ice-ice disease, weight of seed, seed origin, and source of pollution. Increasing seaweed production in the south coastal waters of South Sulawesi could be done through increasing weight of seed from 36.9 to 100.0 g/clump, quicker transport of seed, maintaining the distance between the ropes not more than 1.0 m, not increasing the distance between clump along the ropes more than 25 cm along as well as conducting seed planting based on cultivating season to prevent pest diseases and pollution.
FAKTOR STATUS PEMBUDIDAYA, KONDISI, DAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN Erna Ratnawati; Akhmad Mustafa; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1080.303 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.275-287

Abstract

Tambak di Kabupaten Luwu Utara umumnya tergolong tanah sulfat masam dan banyak digunakan untuk budidaya rumput laut (Gracilaria verrucosa) dengan produksi yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor status pembudidaya, kondisi, dan pengelolaan tambak yang mempengaruhi produksi rumput laut. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai untuk mendapatkan data primer dari produksi, status pembudidaya, dan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepada responden secara terstruktur, sedangkan kondisi tambak ditentukan melalui pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi dan peubah bebas adalah faktor status pembudidaya yang terdiri atas 10 peubah, kondisi tambak yang terdiri atas 12 peubah, dan pengelolaan tambak yang terdiri atas 26 peubah. Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk memprediksi produksi rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi aktual rata-rata rumput laut di tambak tanah sulfat masam sebesar 7.821 kg/ha/tahun dengan prediksi produksi sebesar 23.563 kg kering/ha/tahun. Produksi rumput laut dapat ditingkatkan melalui: peningkatan pengalaman pembudidaya tambak, penambahan jumlah pintu air, tambak dibuat dengan bentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan luasan tambak tidak terlalu luas serta peningkatan lama pengeringan tanah dasar tambak, padat penebaran ikan bandeng, dosis kapur dan dosis pupuk Urea, SP-36, KCl, dan Za sebagai pupuk dasar.Brackishwater pond in North Luwu Regency, generally as classified as acid sulfate soils and most of them was used for culturing seaweed (Gracilaria verrucosa) with high productivity. Hence, it was conduct research that aim to know the effect of farmer status, condition, and management of pond on the seaweed production. Survey method was applied to find primary data of seaweed production, farmer status and pond management, while pond condition was determined through observation or measurement in the field. As a dependent variable in this research is seaweed production. Independent variable was grouped into: (a) farmer status factor, consist of 10 variables; (b) pond condition factor, consist of 12 variables; and (c) pond management factor, consist of 26 variables. Multiple regression with dummy variable was used to analyse the data in prediction dependent variable. Results show that average of seaweed actual production in ASS-affected pond of Luwu Utara Regency is 7,821 kg dry/ha/year with prediction product is 23,563 kg dry/ha/year. Seaweed production can be increased through: (a) increasing the experience of farmers pond, (b) increasing number of water gate and pond was make in rectangle or rectangular shape with it is not large of area, (c) increasing duration of bottom drying and stocking density of milkfish, and (d) increasing dosage of lime and Urea, SP-36, KCl and ZA as initiating fertilizer.
BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM SEMI-INTENSIF PADA TAMBAK TANAH SULFAT MASAM Erna Ratnawati
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.309 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.6-10

Abstract

Tanah sulfat masam adalah nama umum yang diberikan pada tanah yang mengandung senyawa sulfida atau pirit (FeS2). Apabila tanah sulfat masam digali untuk dikonversi menjadi tambak atau tambak diperdalam, akan menyebabkan pirit teroksidasi dan menjadi larut selanjutnya dapat menyebabkan penurunan pH tanah dan meningkatkan kelarutan unsur-unsur toksik seperti besi dan aluminium. Akibatnya produktivitas tambak rendah atau bahkan tidak berproduksi. Oleh karena itu, untuk memberdayakan tambak tanah sulfat masam diperlukan upaya perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk budidaya tambak. Kegiatan utama yang perlu dilakukan dalam usaha budidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak tanah sulfat masam adalah remediasi tambak. Budidaya udang windu dengan pola semi-intensif di tambak tanah sulfat masam yang terlebih dahulu diremediasi dapat mencapai sintasan 57,46% dengan padat penebaran 80.000 ekor/ha. Hal ini tidak jauh berbeda dengan sintasan pada budidaya udang vanamei pada tambak tanah mineral pola tradisional plus yaitu 60%--70% dengan padat penebaran yang sama. Dari hasil yang dicapai ini, menandakan bahwa budidaya pada tambak tanah sulfat masam memberi harapan bagi pembudidaya udang apabila dilakukan pengelolaan tanah tambak yang tepat.