Ratu Siti Aliah
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERFORMA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HASIL SEX REVERSAL, GENETICALLY MALE DAN YY PADA FASE PENDEDERAN PERTAMA Odang Carman; Aulia Saputra; Alimuddin Alimuddin; Maskur Maskur; Dian R Herdianto; Ratu Siti Aliah; Komar Sumantadinata; Tristiana Yuniarti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (April 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.049 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.1.2009.33-38

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji performa ikan nila hasil sex reversal (SRV), genetically male tilapia (GMT), dan YY pada fase pendederan pertama di akuarium. Benih ikan dipelihara selama 22 hari, dari umur 6 hari hingga 28 hari. Parameter yang diamati meliputi tingkat sintasan, persentase ikan jantan, laju pertumbuhan, dan biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat sintasan tidak berbeda (P>0,05) antar ketiga kelompok ikan dan kontrol (KN), berkisar antara 85,30%--86,20%. Persentase ikan jantan antara SRV (94,5% ± 1,32%) vs. GMT (93,8% ± 1,25%) dan GMT vs. YY (90,2% ± 1,83%) tidak berbeda (P>0,05), sedangkan antara SRV lebih tinggi daripada YY (P<0,05). Persentase ikan jantan pada ketiga kelompok ikan tersebut lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan KN (56,9% ± 3,62%). Pertumbuhan ikan YY dan GMT lebih cepat (P<0,05) dibandingkan dengan ikan SRV dan kontrol (KN). Bobot rata-rata ikan YY pada akhir penelitian mencapai 485 mg, ikan GMT 456 mg, ikan SRV 379 mg dan kontrol 342 mg. Produksi biomassa ikan YY, GMT, dan SRV masing-masing sebesar 41,3%; 32,9%; dan 10,3% lebih tinggi dibandingkan dengan KN. Dengan performa yang tinggi dan pertimbangan teknis di lapangan, benih GMT merupakan alternatif yang baik untuk dibudidayakan dalam rangka meningkatkan produksi ikan nila.The experiment was conducted to determine the performance of sex reversed (SRV), genetically male tilapia (GMT), and YY tilapia on first nursery phase in aquarium. Fry were reared for 22 days, from 6 to 28 days-old. Survival rate, percentage of male fish, growth rate and biomass were observed. The result of the study showed that survival rate among fish group and control were similar (P>0.05), ranged from 85.30%-86.20%. Percentage of male fish between SRV (94.5% ± 1.32%) versus GMT (93.8% ± 1.25%) and GMT versus YY (90.2% ± 1.83%) were also similar (P>0.05), while SRV is higher than YY (P<0.05). Percentage of male fish in the three fish groups was higher than that of control (56.9% ± 3.62%). Growth of YY fish and GMT were higher compared to SRV and control fish (KN). The mean weight of YY fish at the end of the experiment reached 476 mg, GMT fish 447 mg, SRV fish 379 mg and control 342 mg. Biomass of YY, GMT and SRV fish were respectively higher by 41.3%, 32.9%, and 10.3% compared to control. With high performance and technical consideration in farm, GMT fish can be a potential alternative to be cultured in fish farm in order to increase aquaculture production of nile tilapia.
PRODUKSI PROTEIN REKOMBINAN HORMON PERTUMBUHAN IKAN KERAPU Irvan Faizal; Ratu Siti Aliah; Muhammad Husni Amarullah; Novi Megawati; Sutanti Sutanti; Alimuddin Alimuddin
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.059 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.2.2012.231-235

Abstract

Salah satu spesies ikan yang menjadi target produksi perikanan budidaya nasional adalah ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Ikan kerapu tikus merupakan ikan laut budidaya komoditas ekspor, namun laju pertumbuhannya sangat lambat. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha budidaya yang mampu menaikkan laju pertumbuhan ikan kerapu tikus. Pendekatan nutrisi melalui penggunaan hormon pertumbuhan (Growth Hormone, GH) pada usaha budidaya diyakini mampu meningkatkan kecepatan tumbuh ikan budidaya. Pada penelitian ini, melalui teknologi DNA rekombinan telah dilakukan isolasi dan identifikasi gen GH yang selanjutnya dilakukan produksi protein rekombinan GH (recombinant Growth Hormone, rGH) dengan memanfaatkan penggunaan bakteri E. coli. Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan konstruksi rGH yang menghasilkan bakteri E. coli BL21 (DE3) yang mampu memproduksi protein rGH. Produksi rGH dilakukan pada skala bioreaktor. Proses isolasi produk rGH-nya dalam bentuk pellet inclusion bodies yang selanjutnya dicampur dengan pelet pakan komersil hingga konsentrasi akhir protein dalam pakan mencapai 1 ng/6 mg pakan, di mana setelah dikering-anginkan, pelet pakan protein rekombinan GH dapat diaplikasikan untuk budidaya ikan kerapu tikus dan ikan budidaya lainnya.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI PROMOTER β-ACTIN DARI IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) Alimuddin Alimuddin; Wedaraningtyas Nugrahani; Ratu Siti Aliah; Komar Sumantadinata; Irvan Faizal; Odang Carman; Goro Yoshizaki
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.021 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.199-210

Abstract

Promoter sebagai regulator ekspresi gen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan transgenesis.  Penelitian isolasi dan karakterisasi promoter β-actin (ktBA) dari ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) dalam rangka pembuatan ikan kerapu autotransgenik telah dilakukan. Promoter β-actin memiliki aktivitas tinggi pada jaringan otot. Sekuens promoter ktBA diisolasi menggunakan metode degenerate PCR. Sekuensing dilakukan menggunakan mesin ABI PRISM 3100. Analisis sekuens menggunakan software BLAST, GENETYX versi 7 dan TFBind. Fragment DNA hasil amplifikasi PCR yang dipotong dari vektor kloning selanjutnya diligasi dengan pEGFPN1 untuk membuat konstruksi pktBA-EGFP. Konstruksi pktBA-EGFP dimikroinjeksi ke embrio ikan zebra (Danio rerio) fase 1 sel untuk menguji aktivitas promoter ktBA. Ekspresi gen EGFP diamati menggunakan mikroskop fluoresens. Analisis sekuens menunjukkan bahwa panjang fragmen DNA hasil amplifikasi PCR sekitar 1,6 kb dan memiliki faktor transkripsi yang conserved pada promoter β-actin, yaitu CCAAT, CArG dan boks TATA. Selanjutnya, sekuens ktBA dalam konstruksi pktBA-EGFP mampu mengendalikan ekspresi gen EGFP pada jaringan otot embrio ikan zebra yang dimikroinjeksi dengan konstruksi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fragmen DNA hasil amplifikasi PCR tersebut merupakan sekuens promoter β-actin ikan kerapu bebek. Pembuatan ikan kerapu autotransgenik selanjutnya dapat dilakukan dengan mengganti gen EGFP pada pktBA-EGFP dengan gen-gen asal ikan kerapu yang mengkodekan karakter penting dalam budi daya ikan.Promoter as gene expression regulator is one of the factors affecting the successful of transgenesis. Isolation and characterization of β -actin promoter (ktBA) from humpback grouper (Cromileptes altivelis) towards generation of autotransgenic grouper have been conducted.  β -actin promoter has high activity in muscle. Sequence of ktBA promoter was isolated by using degenerate PCR method. Sequencing was performed using ABI PRISM 3100 machine. Analysis of sequences was conducted using BLAST, GENETYX version 7 and TFBind softwares. DNA fragment of PCR amplification product digested from the vector cloning was then ligated with pEGFPN1 to generate pktBA-GFP construct. The construct was microinjected into one-cell stage of zebrafish (Danio rerio) embryos to test the ktBA promoter activity. EGFP gene expression was observed by fluorescence microscope. The result of sequence analysis showed that the length of DNA fragment obtained is about 1.6 kb and containing the evolutionary conserved sequences of transcription factor for β -actin promoter including CCAAT, CArG and TATA boxes. Furthermore, ktBA sequence in pktBA-EGFP construct could drove GFP expression in muscle of zebrafish embryos injected with the construct. The results suggested that PCR amplification product is the regulator sequence of humpback grouper β -actin gene. Autotransgenic grouper can be then produced by changing GFP gene fragment of pktBA-EGFP construct with genes from grouper encoding important traits in aquaculture.